• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kematian atau Mortalitas

Dalam dokumen sma11geo Geografi EniAnjayani (Halaman 81-85)

Pentingnya Mengetahui Komposisi Penduduk

A. Pertumbuhan Penduduk

2. Kematian atau Mortalitas

Kematian atau mortalitas adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia secara permanen. Secara otomatis, kematian akan menyebabkan jumlah penduduk berkurang. Seseorang tidak akan mengetahui kapan ia mati. Kadang kematian terjadi saat manusia masih bayi, ketika umur dewasa, atau sudah tua. Tinggi rendahnya tingkat kematian ditunjukkan oleh jumlah kematian penduduk dalam setahun. Tingkat kematian penduduk di suatu wilayah dapat dibedakan sebagai berikut.

a. Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR)

Angka kematian kasar (CDR) menunjukkan jumlah orang yang mati dalam setiap 1.000 penduduk di suatu wilayah.

CDR dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut.

CDR =

× 1.000

Keterangan:

CDR = Angka kematian kasar.

D = Jumlah kematian dalam setahun. P = Jumlah penduduk.

Contoh soal:

Desa Sekar Mulia pada tahun 2005 berpenduduk 5.600 jiwa. Kematian di desa ini pada tahun yang sama adalah 112 jiwa. Berapakah angka kematian kasar di Desa Sekar Mulia?

Penyelesaian: CDR =

P

D

× 1.000 =

600

.

5

112

× 1.000 = 20 jiwa

Angka kematian kasar di Desa Sekar Mulia pada tahun 2005 adalah 20 jiwa. Ini menunjukkan bahwa dari setiap 1.000 penduduk terjadi kematian sebanyak 20 orang selama tahun 2005. Angka kematian setiap wilayah tentu berbeda-beda. Demikian juga untuk setiap negara. Angka kematian kasar negara maju lebih sedikit dibanding dengan negara berkembang. Hal dibuktikan dengan hasil penelitian PBB yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Klasifikasi Angka Kematian Kasar (CDR)

Kategori Negara Angka Kematian Kasar (per 1.000 penduduk)

Negara maju 10

Negara berkembang 11

Dunia 19

Sumber:demography.anu.edu.au

Mengapa di negara ber- kembang angka kematian kasar masih tinggi?

b. Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR)

Angka kematian bayi menunjukkan jumlah kematian bayi dari setiap 1.000 kelahiran. Penentuan angka kematian bayi menggunakan rumus sebagai berikut.

IMR =

× 1.000

Keterangan:

IMR = Angka kematian bayi.

D0 = Jumlah kematian bayi yang berumur < 1 tahun. B = Jumlah kelahiran per tahun.

Contoh soal:

Di Desa Sekar Mulia pada tahun 2005 telah terjadi kelahiran 160 bayi. Dari jumlah kelahiran tersebut, 20 bayi meninggal. Berapakah angka kematian bayi di Desa Sekar Mulia?

Penyelesaian: IMR =

B

D

0 × 1.000 =

160

20

× 1.000 = 125 jiwa

Angka kematian bayi (IMR) di Desa Sekar Mulia pada tahun 2005 adalah 125 jiwa. Ini berarti untuk setiap 1.000 kelahiran terdapat 125 bayi yang mati.

Apakah batasannya IMR di suatu wilayah dikatakan rendah, sedang, atau tinggi? Nah, berdasarkan jumlah kematian bayi, IMR dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1) IMR < 35 jiwa per 1.000 kelahiran, berarti angka kematian bayi rendah.

2) IMR 35–75 jiwa per 1.000 kelahiran, berarti angka kematian bayi sedang.

3) IMR 75–125 jiwa per 1.000 kelahiran, berarti angka kematian bayi tinggi.

4) IMR > 125 jiwa per 1.000 kelahiran, berarti angka kematian bayi sangat tinggi.

c. Angka Kematian Menurut Umur atau Age Specific Death Rate

(ASDR)

Angka kematian khusus (ASDR) menunjukkan jumlah kematian penduduk usia tertentu dari setiap 1.000 jiwa penduduk dalam satu tahun. Besarnya angka kematian khusus ditentukan dengan rumus sebagai berikut.

ASDRx = × 1.000 Keterangan:

ASDRx= Angka kematian kelompok umur x tahun.

Dx = Jumlah kematian penduduk kelompok umur x tahun.

Px = Jumlah penduduk yang termasuk dalam kelompok umur x tahun.

Angka kematian bayi (IMR) dapat digunakan sebagai indikator kualitas kesehatan di suatu negara. Jelaskan!

Apakah manfaat perhitungan angka kematian menurut umur?

Contoh soal:

Penduduk Desa Sekar Mulia pada tahun 2005 yang berumur 50– 54 tahun berjumlah 2.800 jiwa. Dalam setahun, penduduk kelompok umur tersebut yang meninggal sebanyak 56 jiwa. Berapakah angka kematian khusus penduduk kelompok umur 50– 54 tahun di Desa Sekar Mulia?

Penyelesaian: ASDR (50–54)= ) 54 50 ( ) 54 50 ( P D × 1.000 =

800

.

2

56

× 1.000 = 20 jiwa

Angka kematian penduduk kelompok umur 50–54 tahun (ASDR (50–54)) di Desa Sekar Mulia pada tahun 2005 sebanyak 20 jiwa. Hal ini berarti dari setiap 1.000 penduduk berumur 50–54 tahun terjadi kematian sebanyak 20 jiwa di Desa Sekar Mulia dalam tahun 2005.

Tinggi rendahnya tingkat kematian dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat kematian.

a. Faktor pendukung kematian (promortalitas)

Promortalitas merupakan faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah kematian. Tingginya kematian bisa saja terjadi secara natu- ral maupun karena kurangnya perhatian pada kesehatan dan prasarana pendukungnya. Apa jadinya jika sarana dan prasarana kesehatan kurang serta kesadaran masyarakat terhadap kesehatan rendah?

b. Faktor penghambat kematian (antimortalitas)

Antimortalitas merupakan faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kematian. Faktor penghambat kematian bisa kamu temukan jika kamu telah menyimpulkan faktor-faktor yang mendukung kematian. Karena faktor penghambat kematian berbanding terbalik dengan pendukung kematian. Coba temukan faktor-faktor penghambat kematian!

3.

Migrasi

Dinamika penduduk tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan tingkat kematian, tetapi juga dipengaruhi oleh mobilitas penduduk dalam bentuk perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain yang disebut migrasi. Beberapa faktor yang mendorong terjadinya perpindahan penduduk, antara lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jangka waktu perpindahan pun tidak terbatas, ada yang hanya menetap beberapa waktu atau dalam jangka waktu yang lama dengan berbagai batas administrasi baik antarkota maupun antarnegara. Berikut ini adalah berbagai jenis migrasi.

Perhatikanlah lingkungan sekitarmu, termasuk ling- kungan yang sehat atau tidak sehat?

Faktor-faktor natural/alami apakah yang mendorong tingginya jumlah kematian?

a. Migrasi Internasional (Migrasi Ekstern)

Migrasi jenis ini merupakan perpindahan penduduk dari dan ke suatu negara. Migrasi internasional dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Imigrasi

Imigrasi yaitu masuknya penduduk dari negara lain ke suatu negara dengan tujuan untuk menetap.

Contoh:Orang Inggris menikah dengan orang Indonesia kemudian menetap di Indonesia.

2) Emigrasi

Emigrasi merupakan perpindahan penduduk atau keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain dengan tujuan untuk menetap.

Contoh:Orang Indonesia yang bekerja dan menetap di Arab Saudi.

3) Remigrasi

Remigrasi merupakan kembalinya penduduk dari suatu negara ke negara asalnya.

Contoh: Orang Indonesia yang kembali ke Indonesia setelah lama bekerja di Malaysia.

b. Migrasi Nasional (Migrasi Intern)

Migrasi jenis ini merupakan perpindahan penduduk yang terjadi masih dalam wilayah satu negara. Jenis migrasi ini meliputi:

1) Transmigrasi

Transmigrasi merupakan perpindahan pen- duduk yang diprakarsai dan diselenggarakan oleh pemerintah, dari daerah yang padat penduduknya ke daerah yang belum padat penduduknya. Transmigrasi dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

a) Transmigrasi Umum

Merupakan transmigrasi yang dibiayai oleh pe- merintah mulai dari daerah asal sampai ke daerah tujuan transmigrasi.

b) Transmigrasi Spontan

Merupakan transmigrasi yang dilakukan

penduduk atas biaya, kesadaran, dan kemauan sendiri. c) Transmigrasi Sektoral

Merupakan transmigrasi yang biayanya ditanggung bersama antara pemerintah daerah asal transmigran dengan pemerintah daerah yang dituju transmigran. d) Transmigrasi Swakarsa

Merupakan transmigrasi yang seluruh pembiayaannya ditanggung oleh transmigran atau pihak lain (bukan pemerintah).

e) Transmigrasi Khusus

Merupakan transmigrasi dalam rangka pembangunan proyek-proyek tertentu, seperti transmigrasi bedol desa.

Sumber:Profil Propinsi Republik Indonesia (Kalimantan Timur), halaman 302

Gambar 4.2 Permukiman transmigrasi.

Cobalah temukan faktor-faktor apakah yang mendorong tingginya angka migrasi!

Program transmigrasi yang diselenggarakan oleh pemerintah bertujuan untuk:

a) Meningkatkan produksi pertanian dengan mengolah lahan transmigrasi.

b) Meratakan persebaran penduduk. c) Meratakan pembangunan daerah.

d) Mengurangi jumlah pengangguran dari daerah asal. e) Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk.

Keberhasilan program transmigrasi dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu:

a) Terjadi akulturasi atau perpaduan budaya dengan baik tanpa disertai konflik.

b) Terjadi peningkatan kesejahteraan hidup para transmigran. c) Pengurangan tekanan penduduk pada daerah yang

ditinggalkan.

d) Peningkatan jumlah penduduk yang ditransmigrasikan ke tempat lain tiap tahunnya, lebih banyak daripada pertambahan penduduk yang ditinggalkan.

2) Urbanisasi

Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Terjadinya urbanisasi karena kota mempunyai daya tarik untuk dituju dan desa mempunyai daya dorong untuk ditinggalkan.

a) Daya tarik kota antara lain:

(1) Tersedianya lapangan pekerjaan formal maupun in- formal di kota lebih banyak dibandingkan di desa. (2) Tingginya upah tenaga kerja di kota.

(3) Ketersediaan fasilitas yang lengkap. (4) Ketersediaan berbagai hiburan. b) Daya dorong dari desa, antara lain:

(1) Lapangan pekerjaan di luar sektor pertanian semakin sempit.

(2) Lahan pertanian di desa semakin sempit.

(3) Upah tenaga kerja di desa pada umumnya lebih rendah.

(4) Kurangnya berbagai fasilitas umum. (5) Kurangnya berbagai hiburan.

(6) Kegiatan pertanian di desa bersifat musiman.

(7) Dorongan penduduk untuk memperbaiki taraf hidup.

Dalam dokumen sma11geo Geografi EniAnjayani (Halaman 81-85)