• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Salah Merawat Kebersihan Telinga

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 68-74)

3) Telinga Dalam

2.6.3 Dampak Salah Merawat Kebersihan Telinga

Selain dari warna-warna normal, terdapat juga warna kotoran telinga yang tidak normal dan perlu diwaspadai, yaitu :

1) Kuning ke hijau yang menandakan adanya infeksi pada telinga 2) Hijau dengan bau tak sedap menandakan terjadinya infeksi yang

serius

3) Terdapat bercak darah pada kotoran telinga menandakan adanya trauma pada telinga akibat cotton bud, garukan, ataupun gigitan serangga. Selain itu, hal ini juga dapat menandakan pecahnya gendang telinga jika kotoran berbentuk basah dan mengalir secara terus menerus.

4) Abu-abu yang menandakan adanya penumpukan sel kulit mati atau debu .

5) Hitam yang menandakan adanya kelebihan penumpukan kotoran pada liang telinga yang menyumbat dan mengakibatkan turunnya kemampuan pendengaran atau yang dikenal sebagai impaksi serumen.

2.6.3 Dampak Salah Merawat Kebersihan Telinga

Menurut Olajide, et al. (2015), masih banyak orang yang mempercayai bahwa serumen merupakan kotoran yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Pemahaman ini yang semakin meningkatkan praktik pembersihan telinga sendiri dengan memasukan benda asing ke dalam liang telinga. Padahal melakukan pembersihan telinga sendiri dapat mengganggu proses alami telinga yang mampu membersihkan diri sendiri dan meningkatkan terjadinya gangguan tertentu pada telinga.

Khan, et al. (2017) juga menjelaskan bahwa pembersihan mandiri dengan pengorekkan ke dalam liang telinga juga akan meningkatkan kelembaban dan mengikis lapisan pada liang telinga. Hal ini kemudian dapat mengakibatkan iritasi dan infeksi pada telinga karena adanya perubahan

74

Perancangan Cerita Interaktif…, Agnes Ratna Dully Lilo, Universitas Multimedia Nusantara

lapisan kulit yang mengganggu fungsi normal telinga. Kebiasan pembersihan telinga yang tidak dilakukan oleh tenaga profesional atau membersihkan kotoran telinga sendiri dapat berisiko menimbulkan gejala dan cedera pada telinga seperti nyeri, sakit, perdarahan, perforasi membran timpani, hingga melemahnya pertahanan lokal liang telinga terhadap infeksi bakteri dan jamur. Bahkan risiko lebih besar dapat terjadi jika pembersihan dilakukan dengan benda-benda yang tidak dirancang khusus untuk mengambil kotoran telinga, seperti cotton bud, tongkat, bulu, dan berbagai alat-alat lainnya.

Perforasi membran timpani merupakan kondisi dimana gendang telinga mengalami kerobekan (Isella, n.d.). Posisi gendang telinga yang menghubungkan telinga luar dan adanya robekan ini membentuk lubang di antara kedua bagian telinga tersebut. Perforasi membran timpani ini lebih umum ditemukan pada usia anak-anak, walaupun dapat terjadi juga pada orang dewasa. Hal ini disebabkan karena perforasi membran timpani juga berhubungan dengan gangguan otitis media akut yang biasanya terjadi pada usia anak-anak.

Gambar 2.64 Perforasi Membran Timpani Sumber :

https://caramengobatigendangtelingabolongblog.files.wordpress.com/2016/02/gendang-telinga-bolong.jpg?w=300&h=245, 2016

Ketika terjadi perforasi membran timpani ini, bakteri dapat masuk ke bagian telinga tengah yang seharusnya tertutup dengan adanya lapisan gendang telinga ini (Nurin, 2021). Saat bakteri berhasil masuk ke dalam telinga tengah, meningkatkan terjadinya infeksi pada telinga tengah yang

75

Perancangan Cerita Interaktif…, Agnes Ratna Dully Lilo, Universitas Multimedia Nusantara

lebih dikenal dengan otitis media. Terdapat beberapa gejala yang ditimbulkan ketika terjadi perforasi membran timpani ini, yaitu :

1) Adanya cairan yang keluar dari telinga, baik berwarna bening, dapat bentuk nanah, ataupun darah.

2) Pendengaran semakin menurun

3) Vertigo yang dapat berujung ke rasa mual ingin muntah 4) Rasa sakit pada telinga yang cepat mereda

5) Terdengar bunyi pada telinga seperti tinnitus

Selain itu, proses pembersihan telinga yang salah dapat menyebabkan gangguan pendengaran Otitis Eksterna. Waworuntu, Palandeng, dan Bernadus (2017) menjelaskan bahwa otitis eksterna merupakan infeksi pada liang telinga karena adanya virus, bakteri, maupun jamur. Biasanya, otitis media ini disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus atau golongan Pseudomonas dan beberapa karena adanya penggunaan antibiotik yang menyebabkan bakteri menjadi resisten atau kebal.

Gambar 2.65 Otitis Eksterna

Sumber : https://doktersehat.com/wp-content/uploads/2018/03/otitis-eksterna-768x623.jpg, 2018

Gejala terjadinya otitis ekterna ini dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu ringan, sedang dan lanjut (Kalis, 2020). Pada tahap ringan, biasanya yang dirasakan adalah adanya rasa kurang nyaman pada telinga seperti ingin menarik daun telinga atau menekan benjolan yang ada di telinga luar, adanya cairan bening yang keluar namun tidak berbau, dan adanya area kemerahan

76

Perancangan Cerita Interaktif…, Agnes Ratna Dully Lilo, Universitas Multimedia Nusantara

yang muncul dalam telinga. Pada tahap sedang, gejala yang muncul adalah cairan yang keluar dari dalam telinga semakin banyak, sensasi gatal semakin meningkat, area kemerahan semakin meluas, hingga sensitivitas pendengaran menurun. Sementara, pada tahap lanjut gejala yang timbul adalah adanya sensasi rasa sakit yang berlebih hingga ke area sisi kepala, leher, hingga wajah, demam, adanya penyumbatan pada liang telinga, hingga membengkaknya kelenjar getah bening. Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya otitis eksterna, yaitu :

1) Benda asing

Pernah atau biasa memasukan benda asing ke dalam liang telinga, seperti jari, alat pembersih telinga, dan cotton swab. Pemasukan benda asing ke bagian liang telinga dapat menyebabkan kulit pada liang telinga menjadi tergores dan menjadi ruang untuk bakteri untuk masuk sehingga mengakibatkan infeksi.

2) Obat tetes telinga

Penggunaan obat tetes telinga dapat menyebabkan alergi pada sebagian orang atau dapat menggerus kulit telinga. Sama seperti ketika memasukan benda asing, penggunaan obat tetes hingga menggerus kulit liang telinga ini juga dapat menjadi tempat masuknya bakteri.

3) Kondisi liang telinga yang lembab.

Liang telinga yang lembab ini dapat terjadi karena beberapa hal, seperti cuaca lembab, produksi keringat, ataupun karena berenang atau kebiasaan berendam air panas, apalagi jika air rendaman atau pada kolam renang tidak sering dibersihkan. Kondisi lembab ini semakin mendukung bakteri untuk berkembang biak.

4) Bentuk liang telinga yang lebih sempit.

Biasanya hal ini terjadi pada anak-anak di mana saluran telinga anak lebih kecil yang membuat bagian tersebut lebih mudah lembab.

77

Perancangan Cerita Interaktif…, Agnes Ratna Dully Lilo, Universitas Multimedia Nusantara

5) Produk kosmetik, rambut, atau perhiasan

Adanya reaksi alergi atau iritasi yang ditimbulkan dari produk kosmetik, rambut, atau perhiasan.

6) Riwayat penyakit kulit

Contohnya seperti psoriasis atau eksim.

7) Penggunaan earphone / headphone / sejenisnya 8) Penggunaan alat bantu dengar

Gangguan pendengaran yang sering terjadi akibat kotoran telinga berikutnya adalah tinnitus. Tinnitus merupakan gangguan di mana telinga serasa mendengar bunyi seperti dengungan, gumaman, ketukan, hingga bunyi yang menderu, baik secara terus menerus ataupun terputus-putus (Veratemala, 2021). Tinnitus dapat terjadi karena adanya kerusakan pada sel-sel rambut di dalam telinga yang berfungsi sebagai penerima dan pengubah gelombang suara menjadi gelombang listrik yang akan kirimkan ke otak melalui saraf pendengaran untuk diterjemahkan kembali sebgai bunyi-bunyi yang didengar (Listiarsasih, 2020). Saat sel-sel rambut tersebut mengalami kerusakan, maka akan mengganggu pula proses pengiriman gelombang listrik ke otak sehingga muncullah bunyi dengingan yang akan didengar oleh telinga.

Gambar 2.66 Tinnitus

Sumber :

https://www.mayoclinic.org/-/media/kcms/gbs/patient-consumer/images/2013/08/26/10/31/ds00365_im00193_ww5r606t_jpg.jpg, 2013

78

Perancangan Cerita Interaktif…, Agnes Ratna Dully Lilo, Universitas Multimedia Nusantara

Agustini (2016) menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat mengakibatkan tinnitus, yaitu :

1) Adanya gangguan pada rumah siput

Gangguan dalam rumah siput dapat terjadi karena adanya trauma pada tulang temporal atau akibat suara bising, dampak yang ditimbulkan dari penyakit presbikusis atau meniere, atau mengalami tuli saraf mendadak.

2) Luka di saluran telinga bagian dalam yang terjadi pada saraf 3) Gangguan pada tuba eustachius, skerosis, atau Infeksi yang

menyebabkan kelainan pada telinga tengah

4) Keberadaan benda asing atau serumen di dalam liang telinga 5) Kelainan pada tensor timpani

Terakhir, gangguan pendengaran yang sering terjadi adalah penumpukan kotoran telinga atau yang juga dikenal sebagai serumen prop.

Pada dasarnya, konsistensi dan bentuk dari serumen yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, baik secara genetik maupun ciri fisiknya (Dilla, 2021).

Perbedaan ini terletak pada kandungan lisozim, kandungan imunoglobin, dan jumlahnya. Ada orang yang produksi serumen dalam jumlah yang sedikit, namun ada juga yang memproduksi serumen dalam jumlah yang banyak, berbentuk lebih padat, dan bersifat menyumbat.

Dilla (2021) juga menjelaskan terdapat beberapa faktor yang dapat mengakibatkan terbentuknya serumen prop ini, yaitu seperti penggunaan alat bantu dengan atau ear plug, penggunaan cotton bud untuk membersihkan telinga, serta memang kemampuan telinga yang memproduksi serumen dalam jumlah yang berlebih. Selain itu, untuk mengetahui adanya serumen prop, terdapat beberapa gejala yang dapat terjadi, seperti rasa gatal hingga nyeri pada telinga, suara dengingan, telinga terasa tidak nyaman, pusing, hingga gangguan pendengaran. Namun, terkadang pada sebagian orang kondisi serumen prop yang dialami tidak menimbulkan gejala. Oleh karena itu penting

79

Perancangan Cerita Interaktif…, Agnes Ratna Dully Lilo, Universitas Multimedia Nusantara

untuk melakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak terjadinya serumen prop yang dapat mengganggu fungsi telinga.

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 68-74)

Dokumen terkait