• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH (BPIW)

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 95-103)

Tanggal 26 Januari 2021

1. Terkait dengan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Ditjen Cipta Karya dan BPIW dalam APBN TA 2020:

a. Komisi V DPR RI memberikan apresiasi atas capaian realisasi fisik Tahun Anggaran 2020 sebagai berikut:

Unit Organisasi Eselon I Realisasi Keuangan TA 2020

Realisasi Fisik TA 2020

Ditjen Cipta Karya 89,07% 91,56%

BPIW 89,10% 99,53%

Selanjutnya Komisi V DPR RI meminta Ditjen Cipta Karya dan BPIW untuk tetap meningkatkan penyerapan anggaran di tahun-tahun mendatang.

b. Terhadap pendanaan program/kegiatan Ditjen Cipta Karya di TA 2020 yang tidak terealisasi sebesar Rp 1,84 triliun (10,93% dari pagu anggaran) dan BPIW sebesar Rp 22 miliar (10,9% dari Pagu), Komisi V DPR RI meminta Ditjen Cipta Karya dan BPIW agar mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi hal ini sehingga ke depannya tidak terulang kembali.

2. Komisi V DPR RI sepakat dengan Ditjen Cipta Karya untuk meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi terkait Program Prioritas Nasional serta menambah alokasi Program Padat Karya Tunai yang memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat sesuai dengan saran dan masukan Komisi V DPR RI.

3. Komisi V DPR RI sepakat dengan Ditjen Cipta Karya bahwa dalam pembahasan anggaran, program/kegiatan Ditjen Cipta Karya untuk lebih mengutamakan saran, masukan dan usulan dari Komisi V DPR RI. (Itu tadi yang dimaksudkan oleh Pak Dewo dan Pak Ketua).

4. Komisi V DPR RI sepakat dengan Ditjen Cipta Karya agar dalam setiap penjelasan atau pemaparan materi Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait pembahasan/evaluasi RKA-K/L Tahun Anggaran sebelumnya dan Tahun Anggaran berjalan agar sesuai dengan ketentuan utamanya jenis kegiatan dan lokus, serta besaran anggarannya dengan output dan outcome yang jelas.

5. Komisi V DPR RI meminta BPIW untuk memaksimalkan perannya dalam keterpaduan perencanaan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah untuk meningkatkan daya saing dan mengurangi disparitas wilayah.

Baik. Yang pertama, ada masalah? Tidak ada kan? Bukan, di nomor urut yang pertama Pak.

F-P.GERINDRA (SUDEWO, S.T., M.T.):

Rasanya kita Komisi V ini terlalu mudah, atau mengobral yang namanya kata “apresiasi”. Jangan sampai karena terlalu baiknya kita, tapi kita terperangkap pada hal yang salah juga, sama yang dialami oleh Pemerintah.

Pencapaian 91,56% ini rasanya tidak masuk akal Ibu kalau kita harus dipaksa untuk memberikan apresiasi. Jadi Ibu harus bisa menerima itu, 91,65% itu bukan capaian yang bagus, yang memuaskan, kecuali kalau 95% ke atas itu mungkin kategori bagus.

Jadi lebih baik Ketua … (rekaman terputus) Direktorat Jenderap Cipta Karya supaya pencapaian target penyerapan fisik maupun keuangan itu bisa menjadi lebih bagus daripada yang sekarang. Ini justru untuk peningkatan atau penyemangat kerja kawan-kawan di Cipta Karya, bukan berarti kita ingin mencari suatu hal yang salah dari Cipta Karya. Itu yang pertama.

Yang poin satu begitu. Jadi “dengan capaian realisasi keuangan dan fisik, Komisi V DPR RI mendorong Cipta Karya untuk meningkatkan kinerja supaya capaian itulah”, seperti itu coba disusun.

KETUA RAPAT:

Begini saja, begini-begini. Mana yang bikin, yang mengetik ya, coba.

Huruf (a)-nya itu ditempelkan kotak itu saja sudah. Poin (a) yang sana dihapus semua, hapus semua, hilang sampai ke berikutnya hilang, huruf (a) jangan dibuang, narasi saja kau buang. Jangan pindah kesitu, yang di atas, yang (b) tetap (b). Semua itu buang. Ya titik (a) itukan, sudah? Ya udah boleh, masuk. Sudah.

F-P.GERINDRA (SUDEWO, S.T., M.T.):

Ya 99,53%.

KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS, S.Sos., M.Si):

Ini tidak diapresiasi, ini harus diapresiasi ini Mas.

F-P.GERINDRA (SUDEWO, S.T., M.T.):

Keuangan berapa? Keuangan, 89,10%

KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS, S.Sos., M.Si):

Tapi fisiknya 99, kan mesti diapresiasi. Ini Gerindra ini sudah koalisasi masih saja ini.

F-P.GERINDRA (SUDEWO, S.T., M.T.):

Pimpinan, tetap diapresasi dengan catatan.

KETUA RAPAT:

Dirjen Cipta Karya meningkatkan kinerja begitu ya? Silakan coba.

Mana tadi (a), coba. Komisi V DPR RI memberikan apresiasi dengan catatan, lanjut lagi yang atas, dengan catatan, Ditjen Cipta Karya.

KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS, S.Sos., M.Si):

Sebentar, begini-begini.

Mas, ini nanti, saya ini sudah lama disini kalau bikin kesimpulan ini dibaca Komisi lain, diketawai itu. Itu tetap hilang, itu kita bikin di bawah saja di Komisi V poinnya. “memberikan apresiasi kepada” sebut saja “BPIW” begitu loh, coba “atas capaian”, itu mesti diapresiasi dong 99,53%. Rambut Bapak ini sudah putih semuanya loh Mas, masa tidak diapresiasi ini, piye toh.

Tidak, begini Mas. Itu jangan di atas, tetap saja tidak masuk kalau itu kamu bikin di atas. Yang kotak itu tetap disitu atau tadi sudah, itu keterangan itu di bawah saja, menyambung Komisi V meminta Dirjen Cipta Karya itu di atasnya kita bikin. Selanjutnya Komisi V begituloh, nanti masuknya disitu dia.

Tolong pindahkan ke bawah itu kalimat di atas tadi, langsung di bawah. Itu huruf (a) tetap hanya tabel saja. Huruf (a) khusus untuk tabel saja, baru penjelasannya di bawahnya. Bukan di (b)-nya, tetap (a) disitu. Realisasi fisik 99,53% dan memberikan catatan kepada Cipta Karya begituloh, bla-bla tadi.

F-P.GERINDRA (SUDEWO, S.T., M.T.):

Coba saya bacakan begitu ya, dibacakan diketik ya. Dimulai ya.

“Selanjutnya Komisi V DPR RI memberikan apresiasi kepada BPIW dan mendorong kepada Cipta Karya untuk meningkatkan kinerjanya dalam Tahun Anggaran 2021”. Sudah titik, itu saja “Komisi V DPR RI memberikan apresiasi kepada BPIW koma”.

Tidak, sudah, tidak perlu kasih keterangan itu, BPIW koma dan mendorong Cipta Karya untuk meningkatkan kinerjanya pada Tahun Anggaran 2021. Saya kira sudah cukup. Begitu ya Pak Ketua.

KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS, S.Sos., M.Si):

Ya yang kedua itu hapus, Komisi V yang itu hapus sampai 2021 itu hapus dulu, sudah. Itu tetap (b), itu (b) disitu.

KETUA RAPAT:

Oke, sepakat ya? Baik. Yang kedua, sepakat? Sepakat.

Yang ketiga, sepakat? Pak Sudewo sepakat?

Saya ulangi yang ketiga ya “Komisi V DPR RI sepakat dengan Ditjen Cipta Karya dalam pembahasan anggaran program kegiatan Ditjen Cipta Karya untuk lebih mengutamakan saran, masukan dan usulan dari Komisi V DPR RI”.

F-P.GERINDRA (SUDEWO, S.T., M.T.):

Ini sesuatu yang bisa multitafsir juga. Kalau tersirat, kita sudah bisa memahami dengan kalimat ini, tersirat bisa memahami, tetapi kalau dalam tersurat ini yang dijadikan pedoman, tafsirnya bisa berbeda, implementasinya bisa tidak sesuai dengan harapan kita. Ini sifatnya makro lagi, ngambang lagi.

KETUA RAPAT:

Masukannya, masukannya?

F-P.GERINDRA (SUDEWO, S.T., M.T.):

Masukan, begini. Mohon maaf ya, ini mungkin dibilang muter-muter oleh Pak Ketua, tapi ini penting. Jadi begini. Dirjen Cipta Karya selama ini bahkan saya 2009 berada disini sejak 2009 berada disini, sejak 2009 berada disini, itu sudah mengalami hal yang seperti ini.

KETUA RAPAT:

Maksudnya, masukan pada redaksi ini saja Pak.

F-P.GERINDRA (SUDEWO, S.T., M.T.):

Oke, ini nanti akan sampai kesini tapi Dirjen Cipta Karya tidak pernah melakukan perubahan. Sudah cukup lama tidak melakukan perubahan sebenarnya atas dasar aturan apa yang dipakai, pedoman apa yang dipakai.

Inilah yang harus kita masukan dalam kesimpulan, bahwa aturan itu siap direvisi.

KETUA RAPAT:

Itu kalau masukan Bapak tadi itu Pak, saran Pak Lasarus tadi menjadi penting. Berarti kita mesti Rapat Kapoksi khusus mencari waktu tersendiri

bicara sama Bu Dirjen, karena itu agak panjang, karena harus buka aturan sama yang lain, karena apapun keputusan kita yang ada disini juga terkait dengan undang-undang yang lain.

F-P.GERINDRA (SUDEWO, S.T., M.T.):

Sebentar, saya bicara dulu.

Inikan masih misteri. Sebenarnya peraturan yang dipakai oleh Dirjen Cipta Karya sampai semacam ini implementasinya susah untuk dilakukan perubahan, saran dan pendapat dari kawan-kawan komisi sejak Tahun 2009 dan bahkan sebelumnya itu tidak pernah diakomodir ada hal apa? Peraturan, apakah ini memang benar membuat Cipta Karya ini betul-betul mengikat begituloh?

KETUA RAPAT:

Bukan begitu Pak Dewo. Jadi Undang-Undang MD3 kita kan tegas menyatakan itu Pak, bahwa kita berhak atau harus untuk memperjuangkan, itu sempat kita memperjuangkan.

F-P.GERINDRA (SUDEWO, S.T., M.T.):

Kalau tersirat memang begitu Pak Ketua, tersirat memang seperti itu, tapi nanti implementasinya bisa berbeda lagi kalau kita tidak tegaskan sebagai pedoman untuk pelaksanaan perubahan daripada kebijakan.

KETUA RAPAT:

Ya masukan Pak Dewo?

F-P.GERINDRA (SUDEWO, S.T., M.T.):

Begini. Tadi Pak Lasarus, Ketua kan menyampaikan kita Rapat Pimpinan, Kapoksi dengan Dirjen Cipta Karya tapi mungkin lain waktu. Kalau itu tidak dihapus, saya setuju bahwa nanti tetap kita lakukan rapat dengan Dirjen Cipta Karya. Tapi tadi kan seolah-olah itu tidak ada rapat itu lagi, rapat internal itu lagi oleh karena sudah dibahas secara terbuka masuk dalam satu kesimpulan. Jadi masih.

Kalau memang masih Kapoksi, Pimpinan, dan Dirjen Cipta Karya diagendakan rapat secara internal membahas hal ini secara khusus, saya setuju dengan kesimpulan ini. Tapi kalau tidak, ya kita bahas secara tuntas supaya kawan-kawan Komisi V ini ada pegangan. Jangan-jangan nanti pada implementasinya berbeda lagi. Saya kira itu.

KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS, S.Sos., M.Si):

Baik. Jadi begini.

Saya rasa inikan kita harus membuat kesimpulan rapat ya kan? Tentu untuk supaya Dirjen Cipta Karya dan seluruh jajarannya mengimplementasikan keputusan rapat hari ini pasti perlu ruang dan waktu untuk nanti apakah kesimpulan ini direalisasikan atau tidak? Tadi kan saya sudah mengusulkan juga Pak Dewo, maka saya bilang tidak hari ini. Kenapa tidak hari ini?

Saya minta juga teman-teman dari Cipta Karya ini ketika rapat tidak asal ngomong juga Mas. Ini loh aturannya Pak, ini loh aturan Pak. Ini loh pegangan kami, ini pegangan kami, dari kita juga sama. Ini loh MD3, ini loh menurut keputusan di Badan Anggaran dan seterusnya, jadi itu yang kita sinkronkan pada saat kita ketemu.

Jadi menurut saya biarlah kesimpulan seperti ini, inikan juga penegasan, nanti kita tindaklanjuti lagi Bu, tetap kita akan tindak lanjuti, nanti kita akan tentukan waktunya. Kita akan tentukan waktunya, akan kami sampaikan undangan kami nanti dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya dengan seluruh jajarannya, dengan Pimpinan dan Kapoksi kita ketemu. Yang harus kita sinkronkan nanti disitu, apa letak masalah sehingga kok lebih mengutamakan Pemerintah Daerah daripada kami yang di Komisi V.

Disini Ibu bawa datanya kepada kami supaya kita adu argumennya itu adu argument by aturan, bukan kuat-kuatan begituloh Pak, bukan ngotot-ngototan, tapi ini loh pijakannya, ini loh dasarnya dan seterusnya, maka perlu ruang dan waktu. Menurut saya Mas Dewo biarlah kesimpulan seperti ini sebagai pengikat, nanti yang implementasinya untuk kita mengawal apakah kesimpulan ini nanti dilaksanakan atau tidak, itulah nanti kita belum ketemu Bu sebagai pijakan bersama.

Jadi saya, silakan Pak Jhoni.

F-PD (DRH. JHONI ALLEN MARBUN, M.M.):

Izin menyampaikan poin 3. Komisi V DPR RI sepakat dengan Dirjen Cipta Karya dalam penyusunan RKA-K/L Cipta Karya berdasarkan (jadi bukan saran) ketentuan yang berlaku yaitu direktif Presiden, Kunjungan Komisi, Usulan Komisi V, begitu aturannya Pak. Penyusunan RKA-K/L, bukan pembahasan. Berdasarkan direktif Presiden, Kunjungan Kerja Komisi dan usulan Komisi V. Begitu.

KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS, S.Sos., M.Si):

Kunjungan Kerja Komisi, Kunjungan Spesifik, Kunjungan Dapil Anggota.

F-PD (DRH. JHONI ALLEN MARBUN, M.M.):

Itu ketentuan, bukan saran, berdasarkan. Terima kasih Pimpinan.

Itu undang-undang.

KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS, S.Sos., M.Si.):

Sudah ya sampai situ? Kunjungan Dapil Anggota titik, berikutnya dihapus.

KETUA RAPAT:

Saya ulangi lagi poin 3 ya Pak Ketua.

“Komisi V DPR RI sepakat dengan Dirjen Cipta Karya dalam penyusunan RKA-K/L berdasarkan Direktif Presiden, Kunjungan Kerja Komisi, Kunjungan Kerja Spesifik dan Kunjungan Dapil Anggota.

Nomor 4 “Komisi V DPR RI sepakat dengan Dirjen Cipta Karya agar dalam setiap penjelasan atau pemaparan materi Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait pembahasan atau evaluasi Rencana Kerja Kementerian Lembaga (RKKL) Tahun Anggaran sebelumnya dan Tahun Anggaran berjalan agar sesuai dengan ketentuan utamanya, jenis kegiatan dan lokus serta besaran anggaran dengan output dan outcome yang jelas”.

Setuju?

(RAPAT : SETUJU)

Nomor 5 “Komisi V DPR RI meminta BPIW untuk memaksimalkan perannya dalam keterpaduan perencanaan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah untuk meningkatkan daya saing dan mengurangi disparitas wilayah”.

Setuju?

(RAPAT : SETUJU) F-PKB (NENG EEM MARHAMAH ZULFA HIZ, M.M.):

Pimpinan, ada tambahan Pimpinan? Ada yang belum dimasukan, saya kira ini penting untuk melakukan usulan agar menjadi keputusan politik Komisi V, usulan revisi terbatas terkait Perpers Nomor 43 Tahun 2019 khusus Pasal 4 Ayat (2), yaitu hanya menambahkan redaksi yang setelah kata “negeri” itu ditambah redaksinya “maupun swasta”. Itu saja.

Saya kira karena kalau tidak menjadi keputusan, inikan juga pasti Ibu Dirjen, Pak Menteri tidak berani apa-apa.

KETUA RAPAT:

Yang mana Bu Eem?

F-PKB (NENG EEM MARHAMAH ZULFA HIZ, M.M.):

Tidak, kita kan beberapa program di Dirjen Cipta Karya, kan ada beberapa sekolah dan lain sebagainya

KETUA RAPAT:

Bukan, dalam keputusan ini, dalam keputusan kita ini.

F-PKB (NENG EEM MARHAMAH ZULFA HIZ, M.M.):

Ya ada kan beberapa usulan sekolah dan lain sebagainya, tetapi kita Komisi V walaupun memutuskan tetapi kita tidak bisa mengusulkan. Karena selalu beralasan karena Perpres itu yang Nomor 43 Tahun 2019, bahwa ini hanya untuk Sekolah Negeri, ini hanya untuk Perguruan Tinggi Negeri, ini yang untuk serba negeri.

Oleh karena itu, mungkin tambahan revisi terbatas untuk, jadi negerinya ditambah maupun swasta sehingga sekolah swasta pun bisa dimasukan ketika dia mengalami misalkan bencana, roboh dan lain sebagainya karena di dalam Perpres 43 Tahun 2019 khusus Pasal 4 itu baik Ayat (1) maupun Ayat (2) itukan memang urgent, genting, yang roboh dan sebagainya akibat bencana dan lain sebagainya.

Jadi ketika misalkan ada sekolah swasta yang kena bencana, kita ini tidak bisa menjawab, tetapi kalau itunya direvisi maka sekolah swasta yang terkena bencana, roboh kita bisa mengajukan, seperti itu. Kampus swasta yang roboh, kita bisa mengajukan. Disinikan hanya untuk negeri saja.

Nah saya kira itu apakah nanti bisa berhasil atau tidak. Yang penting, itu adalah sikap politik kita bahwa kita punya sikap juga tidak melakukan diskriminasi terhadap sekolah baik yang swasta maupun yang negeri. Kalau terkena bencana, urgent, ya memang harus hadir Pemerintah.

KETUA RAPAT:

Sudah, sudah dimengerti.

F-PKB (NENG EEM MARHAMAH ZULFA HIZ, M.M.):

Ya itu, makanya kalau perlu, bila perlu itu ditambahkan di dalam kesimpulan ini. Jadi bisa kalau menjadi kesimpulan inikan berarti menjadi dokumen negara.

Jadi Bu Dirjen maupun Pak Menteri juga ini Komisi V, karena kan tidak mungkin berani Menteri sama Dirjen itu untuk mengajukan tetapi kalau ini adalah usulan dari Komisi V, maka mau/tidak mau mengajukan. Apakah nanti ditanggapi atau tidak, itukan urusan nanti. Yang penting, kita melakukan upaya dulu, usaha dulu, seperti itu.

KETUA RAPAT:

Dimengerti dimengerti, tetapi ya nanti kita akan bicara sebentar karena persoalan apakah itu masuk ranah kita atau tidak. Itu kita mesti bicarakan baik-baik itu, tapi bahwa apa yang dimaksud oleh Ibu Eem kita sangat mengerti sekali. Nanti kita pelajari dulu dia punya ketentuan Bu Nunik ya, berbicara ketentuan apakah masuk ranah kita atau tidak.

Pak Jhoni Allen? Sama?

F-PD (DRH. JHONI ALLEN MARBUN, M.M.):

Mungkin ranahnya di tingkat kementerian.

KETUA RAPAT:

Kan rumahnya beda begitu, jadi saya rasa demikian. Clear semua ya?

Saya ketok kembali untuk 5 urutan tadi.

(RAPAT : SETUJU)

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 95-103)