• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIRJEN CIPTA KARYA KEMENTERIAN PUPR (DIANA KUSUMASTUTI):

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 84-88)

Baik. Terima kasih Pimpinan.

Bapak/Ibu Pimpinan Komisi V DPR RI dan juga Para Anggota Komisi V yang kami banggakan.

Pertama, tentunya kami mohon maaf atas paparan yang kami sampaikan. Masih banyak catatan-catatan yang harus kita perbaiki termasuk juga masalah judul, termasuk juga masalah struktur dalam kami melakukan presentasi tadi. Mudah-mudahan ini akan menjadi hal yang awalan yang kurang bagus, tapi menjadi pelajaran yang baik untuk kami untuk melakukan perbaikan-perbaikan ke depannya.

Terima kasih Pak Jhoni Allen dan semuanya, Pak Dewo dan semuanya yang memberikan masukan untuk paparan kami.

Kemudian yang kedua, kami nanti akan memberikan perbaikannya sesuai dengan apa yang diminta oleh Pak Jhoni Allen tadi terkait dengan apa yang ada di Cipta Karya baik 2021. Kalau untuk progress, saya pikir tadi kami sudah menyampaikan, namun terkait masalah KSPN apabila masih ada yang perlu disampaikan kami sampaikan secara detail Bapak, nanti setelah RDP ini kami akan menyusun selengkapnya untuk kami sampaikan kepada Sekretariat.

Selanjutnya terkait dengan beberapa hal yang masalah usulan-usulan untuk infrastruktur yang APBN rasa APBD, ini yang perlu kami jelaskan Bapak, mohon izin. Usulan aspirasi itu memang perlu diperhatikan karena ini memang merupakan hak budget anggaran. Kami memahami hal tersebut.

Namun perlu kami sampaikan bahwa kegiatan-kegiatan di Direktorat Jenderal Cipta Karya saat ini memang mayoritas merupakan kegiatan yang menjadi kewenangan daerah atau sesuai dengan Undang-Undang 23 Tahun 2002 tentang Pemerintah Daerah.

Nah dengan dasar tersebut, maka di Pusat disini melalui Kementerian PUPR hanya dapat menangani kegiatan-kegiatan tersebut apabila diusulkan oleh Pemerintah Daerah. Namun kami mengusulkan ada jalan keluarnya yaitu usulan-usulan aspirasi tersebut yaitu akan menjadi kewenangan daerah itu dapat diakomodir melalui usulan dari Pemerintah Daerah.

Nah ini kalau dengan demikian, kami nanti akan memberikan kriteria-kriteria yang ada bagaimana dasar-dasarnya cara pengusulannya seperti apa.

Misalnya seperti sanitasi desa, SANIMAS kegiatannya bisa diusulkan seperti apa, kami akan memberikan data-datanya sehingga data-data tersebut itu

bisa dijadikan sebagai acuan daripada Dapil untuk menentukan daerah-daerah mana yang mungkin bisa didorong melalui dapil.

Nah ini mungkin bisa bersinergi antara usulan daerah dengan usulan, kami akan memberikan data-datanya. Mudah-mudahan usulan ini nanti bisa diterima dan bisa menjadi salah satu kemitraan yang baik diantara Komisi V dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya.

F-PD (WILLEM WANDIK, S.Sos.):

Pak Ketua, interupsi.

KETUA RAPAT:

Sebentar Pak Willem.

Kelihatannya sama ini, karena Pak Jhoni sudah lihat saya dari tadi, Pak Dewo juga, jadi biar saya bicara dulu Pimpinan. Sebentar, soal ini toh?

Jadi biar saya bicara dulu.

F-PD (WILLEM WANDIK, S.Sos.):

Maksud saya, singkat saja. Kalau bisa, perlu ada per textion terkait dengan poin itu terhadap kewenangan Komisi V DPR RI.

KETUA RAPAT:

Baik. Jadi begini Bu.

Ini pernah kami alami dulu ketika kita dengan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi dulu ya Mas Dewo ya. Ini beda pandangan ini menurut saya prinsip.

Jadi begini, Bu. Di lapangan itu, memang kita ini sederhana sebetulnya. Tadi memang jawaban Ibu bahwa itu wilayah kewenangan Pemerintah Daerah. Kenapa tidak dimasukan di APBD saja? Misal DAK dan seterusnya. Nah jadi menurut saya disini letak persoalan yang rumit menurut saya, bukan hanya bagi kami, tapi juga bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya termasuk juga bagi Kementerian PU. Jadi apa namanya anggaran ini Bu seperti yang yang tadi teman semua sampaikan, ke bawah itu menjadi sangat politis. Disini kami yang merasa Komisi ini merasa tidak nyaman.

Ya tadi saya sudah contohkan ada KOTAKU. Saya di Kabupaten saya Bu ada kegiatan KOTAKU di Kabupaten saya, saya sendiri tidak tahu. Nah rupanya yang mengatur kegiatan ini Bupati semua. Kebetulan Bupatinya dari Pak Syarief Pak, NasDem, karena Pak Syarief sahabat saya, ya sudahlah saya iyakan saja. Kan KOTAKU inikan kita dikasih kewenangan disini kan?

Saya tanya teman-teman KOTAKU program kita toh? Kita yang ditanya mau ditaro dimana toh? Tapi saya sendiri tidak tahu, tiba-tiba ada 3 program

KOTAKU di Kabupaten saya. Harusnya dalam kesepakatan kita itu ada KOTAKU ini harus kita komunikasikan.

Jadi maksud saya Bu jangan sampai nanti hubungan kemitraan kita dengan Dirjen ini jadi begini terus perdebatan kita sampai nanti. Nah tadi kita bicara aturan dan seterusnya, maka saya bilang nanti mungkin kita perlu berbicara lebih tajam Pimpinan dan juga seluruh Anggota, pijakan kita ini dalam, atau kita pilah saja mana yang menjadi ranah daerah, mana yang menjadi ranah kita begitu. Kan begitu?

Jadi tidak semua juga usulan dari daerah diabaikan oleh Ibu, tentu kami juga tidak menyarankan itu. Nah tapi ini yang terjadi ini Bu, jadi yang kaminya yang terabaikan sebetulnya oleh Pemerintah Daerah di seluruh daerah yang kita alami. Ini semua teman melakukan keluhan yang sama, dan bahkan Pak Jhoni tadi minta rapat ini ditutup, ya sudah kita ngomong saja dengan Kapoksi, dan Pimpinan dengan Bu Dirjen. Nah menurut saya tidak apa-apa, karena ini ngomongnya terbuka dan kita bicara pijakannya aturan, ya kita bahas terbuka saja disini.

Kita bahas terbuka saja, karena memang menyusun anggaran ini kan pasti pijakan kita aturan begitu loh. Kalau kita bicara soal undang-undang, tentang Anggaran dan seterusnya, tadi Ibu menyampaikan bahwa kami mengerjakan, ya memang bagian dari Pemerintah Daerah, wewenang Pemerintah Daerah. Sebetulnya Bu semua kegiatan pusat itu berada di daerah, tidak ada satupun kegiatan Pemerintah Pusat yang tidak berada di wilayah Pemerintah Daerah, tapi tidak bisa di-general begini Bu.

Jadi seolah-olah yang saya bilang tadi, APBN rasa APBD. Di Bina Marga tidak masalah. Kalau kita bicara Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah juga punya wilayah. Di Sumber Daya Air, seluruh kegiatan sumber daya air juga berada di wilayah Pemerintah Daerah tapi pemilahannya jelas.

Nah disini nanti kita rumuskan bersama. Saya tidak mencari siapa yang salah perlu saya tegaskan Pak.

Bapak-bapak Direktur yang di belakang Pak ya, saya tegaskan saya tidak mencari siapa yang salah. Justru saya ingin mencari benang merah bagaimana kita merumuskan ini supaya teman-teman di bawah tidak bentrok dengan Pemerintah Daerah yang afiliasi politiknya dalam tanda kutip Bu.

Kami ini kan berangkat dari jabatan politik semua. Bupati, Gubernur dipilih dan diusulkan oleh Partai Politik, jabatan politik Pak. Anggota DPR RI dipilih, diusulkan oleh Partai Politik, Jabatan Politik, dan kami tentu tidak semua seragam berangkat dari partai yang sama. Masalah bukan? Masalah Pak. Apa yang mau kita salahkan, Ayam apa telor kalau disini? Ya kan.

Nah oleh karenanya, menurut saya kita rumuskan saja, kita sederhanakan. Ke depan, kita sederhanakan yang mana usulan Pemerintah Daerah, yang mana usulan teman-teman dari sini kita kasih garis embarkasi yang jelas, sesuai ketentuan dan aturan yang berlaku, tidak melanggar undang-undang, kan begitu? Harus jelas garis embarkasihnya ini. Jangan

sampai kami merasa, tadi seperti saya bilang kalau per hari ini saya mau katakan Bu kalau Cipta Karya ini memang APBN rasa APBD Bu, karena garisnya tidak jelas.

Kalau di Bina Marga jelas, jalan nasional ada Surat Keputusannya. Ini tanggung jawab nasional. Sungai yang melintasi 2 provinsi menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, contoh Ciliwung. Itu jadi ranahnya APBN, garis embarkasinya jelas, tapi di Cipta Karya kan kita tidak menemukan yang begini, kita ini bisa masuk kemana saja, sampai ke dapur pun kita boleh masuk. Bikin WC, bikin MCK dimana pun kita boleh masuk.

Nah disini yang harus menurut saya kita terjemahkan sama-sama, seperti apa? Saya sendiri juga perlu masukan dari Bapak-bapak yang Cipta Karya begituloh. Kita semua juga perlu masukan. Oleh karenanya, nanti mungkin Bu ya, tidak hari ini karena hari ini kita sudah terlalu panjang. Nanti tolong rumuskan lagi, di rapat berikutnya, Ibu kasih pemikiran ini kepada kami bagaimana kita merumuskan ini sehingga di APBN Tahun 2022 nanti ini tidak terulang lagi. Untuk 2021 ini kan sudah keluar satuan tiga ini dan tentu kami juga berharap satuan tiga yang ada ini adalah apa yang sudah kita bicarakan dulu disini dengan kita Komisi V, tidak dulu mengakomodir.

Misalnya, begini. Kami mengusulkan, Pemerintah Daerah mengusulkan, ternyata yang keluar di satuan tiga itu usulan Pemerintah.

Kepala-kepala Daerah yang nyinyir kadang-kadang sama kita di daerah, padahal kita tahu itu bukan APBN atau APBD, dia meresmikan. Kadang-kadang ada kegiatan disana, teman-teman dari CK, kita malah tidak tahu, yang hadir justru Pemerintah Daerah, memang berada di ranah Pemerintah Daerah, kita tidak menyalahkan siapa-siapa, karena tadi tidak jelas pemilahannya.

Nah kedepan, kita berharap ini diperjelas. Saya mau tegaskan Pak dari apa yang saya bicarakan sebagai Ketua Komisi, sebagai Pimpinan Komisi dan sebagai Anggota DPR RI, saya mau ini semua tetap berangkat dari aturan dan ketentuan yang berlaku, tidak ngawur. Nah jadi jangan berpikir aneh dulu, tetap harus berangkat dari pijakan aturan dan ketentuan yang berlaku supaya semua jelas.

Nah kalau tidak pilah begitu Bu, tidak jelas pasti teman-teman disini.

Contohnya, yang saya bilang tadi, seringkali lebih banyak usulan Pemerintah Daerah daripada usulan kita yang ada disini padahal kita yang bahas. Saya, Pak Ridwan, Pak Syarief, kemudian Pak Andi Iwan, ada lagi Pak Arwani Thomafi atas persetujuan seluruh Anggota ini menandatangani APBN Bu, menyetujui, bukan Bupati atau Gubernur yang menyetujui anggaran itu. Nah disini menurut saya harus sinkron filosofi ini harus sama pemahaman kita.

Supaya apa? Supaya kita sama-sama nyaman sebagai mitra.

Saya rasa itu barangkali untuk saya pertegas lagi soal ini.

Terjemahannya seperti apa ke depan, saya pikir tolong Bu disana juga Ibu bikin rumusan yang bagus, kami juga mungkin nanti melakukan kajian-kajian

disini, bagaimana kita memilah ini secara baik sehingga nanti ke depan betul-betul bahwa ini APBN yang rasa APBN. Demikian.

Silakan Pak Jhoni.

F-PD (DRH. JHONI ALLEN MARBUN, M.M.):

Ini bukan soal tegas, ini soal aturan. Saya minta diulangi tadi, Dirjen Cipta Karya bagian dari Direktorat Kementerian PUPR atau berdiri sendiri?

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 84-88)