• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Jumlah Danau/Embung/Telaga 238 Skala besar dan kecil

b. Danau Lintas Provinsi 1 Danau Buatan Koto Panjang

(Prov. Sumbar dan Prov. Riau)

c. Danau Lintas Kabupaten 1 Danau Singkarak

(Kab. Solok dan Kab. Tanah Datar)

d. Danau/ Embung/Telaga Parsial

Kab/Kota 236

Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Barat II-20 2.3.1.1. Inventarisasi Sungai di Sumatera

Barat

Sungai terpanjang di Sumatera Barat adalah Batang Tapan, yaitu dengan panjang 337,93 km. Sungai ini berada dan melintasi Kabupaten Pesisir Selatan.

Sungai lintas provinsi di Sumatera Barat yang dijadikan sebagai sungai strategis nasional yaitu Batang Hari (Prov. Sumbar–Jambi) dan Batang Kampar (Prov. Sumbar–Riau). Hulu sungai kedua sungai strategis nasional tersebut berada di Sumatera Barat, yaitu:

1) Hulu Sungai Batang Hari berada di Jorong Batang Hari, Nagari Alahan Panjang Kec. Lembah Gumanti, Kab. Solok.

2) Hulu Sungai Kampar berada di Jorong Muaro Nagari Muaro Sie Lalo Kec. Mapat Tunggul Selatan Kab. Pasaman dan Jorong Galugu dan Nagari Koto Tangah Kec.Kayu IX Kab. Lima Puluh Kota

Sungai Batang Hari segmen Sumatera Barat memiliki panjang 192 km, yang meliputi Kabupaten Solok, Solok Selatan dan Dharmasraya. Sedangkan Batang Kampar segmen Sumatera Barat meliputi Kabupaten Pasaman dan Limapuluh Kota.

Panjang dan lebar serta kedalaman sungai di Sumatera Barat cukup bervariasi. Bagian hulu relatif sempit yaitu sekitar 2–5 meter. Bagian rentang dan hillir melebar seiring bersatunya beberapa anak sungai ke

sungai utama. Demikian pula kedalaman sungai juga bervariasi. Perbedaan kedalaman (tinggi muka air) sungai sangat dipengaruhi oleh musim dan terjadi perubahan signifikan antara musim kemarau dengan musim hujan.

Sungai terlebar adalah Sungai Batang Hari (lebar permukaan mencapai 140 m). Sungai terdalam adalah Sungai Batang Tapan (mencapai 15 m). Berdasarkan data yang tersedia, sungai dengan debit terbesar adalah Batang Sumpur, mencapai 210,97 m3/dt (Sumber : Tabel SD-11, Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2011). Berdasarkan fakta yang ditemui di lapangan, sungai dengan debit yang besar berada di DAS Akuaman seperti Sungai Batanghari, Sungai Batang Antokan dan Sungai Batang Anai.

Lima sungai yang memiliki debit maksimum adalah Sungai Batang Hari, Sungai Batang Sangir, Sungai Batang Mangau, Sungai Batang Air Dingin dan Sungai Batang Gayo. Sedangkan lima sungai yang memiliki debit minimum adalah Sungai Batang Hari, Sungai Batang Sangir, Sungai Batang Silaut, Sungai Batang Kambang dan Sungai Batang Air Tunu. Nilai maksimum untuk debit maksimum adalah 1.554,24, nilai minimumnya adalah 1,63. Nilai maksimum debit minimum adalah 434,99, sedangkan nilai minimumnya adalah 0,32. Nilai debit maksimum dan minimum dari masing-masing sungai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Barat II-21 Gambar 2.6. Lima Sungai Dengan Debit Maksimum Terbesar Menurut Segmen

Kabupaten/Kota

Sumber : Olahan Data Tabel SD-11 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2011.

Gambar 2.7. Lima Sungai Dengan Debit Minimum Terbesar Menurut Segmen Kabupaten/Kota

Sumber : Olahan Data Tabel SD-11 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2011. Rasio Q-max/Q-min yang

diperbolehkan tergantung tipe/karakteritik sungai. Penentuan kerusakan DAS telah ditetapkan dengan peraturan menteri Pekerjaan Umum yaitu untuk Sumatera Barat batas normal rasio Q-max/Q-min adalah 120. Dengan demikian rasio Q max/Q-min sungai-sungai di Sumatera Barat masih dikatakan cukup baik kecuali Sungai Batang Arau yaitu 128,57. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan

pada DAS dan sempadan sungai di sungai Batang Arau.

Perbandingan nilai debit maksimum, minimum serta rasio debit antar sungai, menunjukan perbandingan kondisi lingkungan terutama pada DAS dan sempadan sungai dari masing-masing daerah tersebut. Pada Gambar 2.8 di bawah ini menunjukkan gambaran rasio debit (Q-max/Q-min) beberapa sungai segemen Kabupaten/Kota.

Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Barat II-22 Gambar 2.8. Rasio Debit Maks/Min Beberapa Sungai di Sumatera Barat

Menurut Segmen Kabupaten/Kota

Sumber : Olahan Data Tabel SD-11 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2011.

Perbandingan nilai antar waktu dilakukan terhadap perbandingan rasio Q-max/Q-min pada sungai-sungai strategis dan lintas Kab/Kota sejauh ketersediaan data yang dimiliki. Sungai-sungai di Sumatera Barat kecendrungannya tahun ini debitnya

lebih kecil. Hal ini lebih disebabkan curah hujan yang relatif lebih rendah dari pada tahun sebelumnya. Berikut, ditampilkan perbandingan nilai rasio Q-max/Q-min untuk tahun 2009, 2010 dan 2011.

Gambar 2.9. Rasio Debit Maks/Min Beberapa Sungai di Sumatera Barat Menurut Segmen Kabupaten/Kota Tahun 2009 – Tahun 2011

Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Barat II-23 2.3.1.2. Inventarisasi

Danau/Waduk/Situ/Embung Di Sumatera Barat terdapat 4 (empat) buah danau besar, yaitu Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas dan Danau Dibawah. Danau Singkarak

merupakan danau terbesar kedua di Sumatera setelah Danau Toba (Sumatera Utara). Secara administrasi Danau Singkarak berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar.

Gambar 2.10. Danau Singkarak

Sumber : Bapedalda Provinsi Sumatera Barat., 2011 Danau Singkarak termasuk danau strategis nasional. Danau ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting, baik dari segi ekonomi-sosial-budaya Minangkabau maupun didalam mendukung pembangunan nasional. Danau Singkarak dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan cakupan distribusi listrik,

wilayah Sumbagsel (Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Sumatera Selatan)

Dengan fungsinya Danau Singkarak sebagai PLTA, kuantitas air danau akan sangat berpengaruh didalam menunjang operasional PLTA. Ketinggian muka air (elevasi) Danau Singkarak dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.11 . Elevasi Danau Singkarak

Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Barat II-24 Di Danau Singkarak terdapat 17

jenis ikan, satu diantaranya merupakan fauna air endemik, satu-satunya di dunia. Ikan tersebut adalah Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis). Ikan ini merupakan sebagai sumber protein bagi masyarakat sekitar danau, bahkan se-Sumatera Barat. Dengan frekuensi penangkapan ikan yang cukup tinggi serta cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan, keberadaan ikan ini semakin menurun, bahkan terancam punah.

Keberadaan Danau Maninjau, tidak kalah pentingnya di Sumatera Barat. Secara

administrasi, Danau Maninjau berada di Kabupaten Agam. Danau ini juga digunakan sebagai sumber energi listrik (PLTA). Beberapa tahun belakangan, masyarakat sekitar memanfaatkan danau untuk budidaya ikan melalui Keramba Jaring Apung (KJA). Keberadaan KJA sudah melebihi daya tampung danau. Danau telah tercemar dari sisa pakan ikan dalam jumlah yang cukup besar. Data umum kondisi danau-danau di Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.13. Danau di Sumatera Barat

No Nama Danau Jenis Danau L u as Ca tc h m ent Are a (km 2 ) Lua s Da na u (k m 2 ) P a nj a n g Ma ks im al (km) Le ba r M aksim a l (km ) K e d a la m a n R a ta -r a ta (m) Vol u m e A ir (k m 3 ) Ke ti ngg ia n P e rm u kaan ( m dp l) Koordinat Lokasi 1 Danau

Singkarak Danau Tektonik 1.078 130,0 20 6,5 268 16,1 363,5 LS : 0°36′44,17″ BT : 100°32′21,14″

Kab. Solok dan Kab. Tanah Datar 2 Danau

Maninjau Danau Vulkanik 248 99,5 16 7 105 10,4 459,0 LS : 0°19′ BT : 100°12′

Kab. Agam

3 Danau

Diatas Danau Tektonik 39 17,0 6,25 2,75 44 0,37 1.531,0 LS : 1°4′37″ BT : 100°45′17″

Kab. Solok

4 Danau

Dibawah Danau Tektonik 30 14,0 5,62 3 309 0,28 1.462,0 LS : 1°0′35″ BT : 100°43′51″

Kab. Solok

5 Danau

Talang Danau Vulkanik 1,31 5,0 15 0,264 1.660,0 LS : 1°0′45,71″ BT : 100°42′3,59″

Kab. Solok

6 Danau

Tandikek Danau Vulkanik 2 0,02 Kota Sawahlunto 7 Danau

Kandi Danau ex. Tambang Batu Bara

0,25 0,05 10 200,0 LS : 0°37′10,00″ BT : 100°45′30,00″

Kota Sawahlunto Sumber : Olahan Data Tabel SD-12, SLHD Sumatera Barat, 2011.

Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Barat II-25 Sumber : Google Earth.

Embung adalah salah satu bangunan konservasi air yang berfungsi sebagai penampungan air yang dapat dimanfaatkan manusia, ternak dan ladang terutama pada musim kemarau untuk kelompok pemukiman yang dihuni sekitar 20 sampai dengan 350 kepala keluarga.

Di Provinsi Sumatera Barat terdapat sekitar 238 embung yang tersebar di 6 (enam) Kabupaten yang sebagian besar pemanfaatannya untuk keperluan air irigasi bagi masyarakat sekitarnya. Pengembangan dan pembangunan embung merupakan upaya di dalam konservasi air. Ketersediaan air pada embung diharapkan mampu mengatasi kekurangan air pada musim kemarau.

Di Sumatera Barat khususnya pada bagian Timur Bukit Barisan seperti Kabupaten Solok, Tanah Datar, Limapuluh Kota, Agam, Bukittinggi dan kawasan lainnya dimana topografi dan sumberdaya air yang terbatas, pengembangan embung sangat cocok untuk membantu pemecahan masalah kekurangan air di musim kemarau. Pada beberapa kenagarian di kabupaten-kabupaten tersebut dapat ditemui embung atau tabek yang sudah sejak lama masyarakat mengembangkannya untuk memenuhi kebutuhan air. Pemerintah sejak tahun 1965 hingga 2011 telah banyak memberikan bantuan dalam pengembangan embung. Beberapa embung dengan skala yang cukup besar di Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel berikut:

Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Barat II-26 Sumber : Olahan Data Tabel SD-12, Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2011.

Gambar 2.13. Embung di Sumatera Barat

Sumber : Dinas PSDA Provinsi Sumatera Barat. 2.3.1.3. Kualitas Air Sungai

Kualitas sumber air (sungai dan danau) di Sumatera Barat, umumnya tergolong cukup baik, kecuali sumber air tertentu yang mendapat tekanan cukup tinggi

baik oleh kegiatan domestik, industri, pertambangan, pertanian maupun aktifitas lainnya. Dampak yang berasal dari aktifitas manusia sangat dominan mempengaruhi

Limapuluh Kota

Embung Talago Rapuih

Limapuluh Kota

Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Barat II-27 kualitas sumber air di Sumatera Barat, jika

dibandingkan dengan pengaruh alami. Didalam menentukan status kualitas sumber air, perlu dilakukan uji laboratorium terhadap parameter pencemar, baik yang bersifat umum maupun parameter pencemar spesifik, misalnya kandungan Hg pada Sungai Batang Hari, yang diprediksi berasal dari aktifitas penambangan emas.

Secara visual sungai-sungai di Sumatera Barat kondisinya cukup baik, namun berdasarkan hasil pengujian laboratorium ditemukan beberapa parameter diatas ambang baku mutu kualitas air sungai. Penyebab kondisi ini dapat disebabkan pengaruh alami maupun kontribusi berbagai sumber pencemaran akibat aktifitas manusia.

Kualitas sumber air dapat dibandingkan dengan beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perbandingan dilakukan terhadap beberapa parameter kunci dan parameter primer kualitas air. Pembahasan terhadap perbandingan kualitas air sungai dilakukan untuk sungai-sungai dengan ketersediaan data yang cukup lengkap, yaitu sungai lintas Kabupaten/Kota (Sungai Batang Lembang, dan Sungai Batang Agam) dan sungai strategis nasional (Sungai Batang Hari).

Untuk Sungai Batang Lembang, mengacu kepada Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 5 Tahun 2008 tentang Penetapan Kriteria Mutu Air Sungai di Sumatera Barat. Didalam peraturan tersebut telah dimuat Kelas air Sungai Batang Lembang, yaitu dari hulu (Kab. Solok) hingga rentang (batas Kota Solok) termasuk kelas I. Kemudian dari rentang (batas Kota Solok) hingga hilir (inlet Danau Singkarak) termasuk Kelas II. Sedangkan terhadap Sungai Batang Hari, berpedoman kepada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dengan kategori Kelas II.

Beberapa parameter yang melebihi baku mutu untuk terhadap sungai sebagaimana tersebut di atas, dapat dilihat pada ulasan berikut:

Dokumen terkait