• Tidak ada hasil yang ditemukan

Danau Laut Tawar Milik Bersama (Common Property)

BAB IV PENGETAHUAN LOKAL DALAM CARA PENANGKAPAN

5.2 Danau Laut Tawar Milik Bersama (Common Property)

Danau Laut Tawar merupakan sumberdaya alam yang sifatnya milik orang banyak atau sering disebut dengan istilah common property, common property rezim, dan

common-pool resource. Sumberdaya alam milik bersama (common property rezim)

adalah semua sumberdaya alam yang sifatnya terbuka (open source), yang semua orang berhak untuk menggunakan dan memanfaatkannya untuk menjamin kelangsungan dan kebutuhan. Namun menurut M.Acheson (dalam Zulkifli) harus dapat dibedakan secara tegas antara sumber daya milik bersama yang digolongkan dalam open access

sumber daya yang dapat diakses oleh semua orang dan tanpa batasan, yang mana sumber daya tersebut belum menjadi institusi pengelolaan tertentu oleh suatu komuniti atau negara. Kemudian golongan communally owned resource adalah sumber daya yang dimiliki bersama oleh kelompok, dan untuk memanfaatkan sumber daya tersebut ada aturan yang harus dipatuhi, aturan tersebut dibuat oleh kelompok atau komuniti tersebut.

Sumber daya alam yang rawan terhadap eksploitasi adalah open access resource, berbeda dengan communally owned resource pada golongan ini eksploitasi jarang terjadi karena adanya aturan yang dibuat oleh suatu kelompok dan aturan tersebut dipatuhi. Sehingga tidak sembarangan orang untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut, biasanya aturan-aturan tersebut bersifat tradisional.

Seperti halnya dengan definisi dari common property, Danau Laut Tawar dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh orang banyak dan masuk ke dalam golongan open

access resource. Seperti misalnya setiap orang bebas untuk menangkap ikan di daerah

Danau Laut Tawar. Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang informan bernama Ruhdan berumur 35 tahun, berikut penuturannya:

“kalo mau nyari ikan kemari enggak ada larangan. Eceknya welcome lah, karena ini harta Tuhan milik semua bukan saja orang Takengon yang bisa menikmati. Orang Bener Meriah orang mana saja bisa ke sini, bukan ketentuan, kamu enggak

boleh. Kamu orang ini. Enggak ada dia.”

Danau Laut Tawar milik bersama, namun ada juga yang mengklaim atau menjadikan hak milik di Danau Laut Tawar ini khususnya di daerah yang dekat tepi danau. Ini disampaikan oleh Aman Syahadat masyarakat yang tinggal di tepi Danau Laut Tawar beliau geram dengan adanya penimbunan dan dijadikan rumah saat air danau sedang surut. Aman Syahadat juga mengatakan bahwa kebanyakan yang menimbun dan mengklaim pinggiran danau yang ditimbun itu adalah para pejabat pemerintah daerah

setempat. Penimbunan yang terjadi dipiggir danau tersebut tentu saja prilaku yang tidak bersahabat dengan lingkungan di Danau Laut Tawar.

Karena kepemilikan sumberdaya alam milik bersama, maka sifat kepemilikannya tidak jelas sehingga sering dimanfaatkan secara habis-habisan (eksploitasi) tanpa memperdulikan kelestariannya. Seperti halnya penangkapan ikan di Danau Laut Tawar nelayan terus saja mengeksploitasi ikan yang ada disana, tanpa menjaga kelestarian danau tersebut. Sampai-sampai ada informasi yang mengatakan ikan Depik terus mengalami penurunan jumlah populasinya, fenomena ini sering disebut dengan “tragedy of

commons”.

Yang mempopulerkan konsep tragedy of commonsadalah Hardin, beliau mengatakan

tragedy of commonsakan terjadi apabila seseorang membatasi penggunaan sumber daya

yang terbatas namun tetangganya (masyarakat lainnya) tidak melakukannya. Dengan begitu sumber daya akan mengalami penurunan (ruin) dan orang yang membatasi penggunaan sumber daya tadi tetap kehilangan keuntungan jangka pendek akibat dari alokasi yang dilakukan oleh orang yang tidak membatasi sumber daya tadi. Menurut pendapat dari para ahli antropologi dan ekologi manusia berpendapat bahwa sumber daya memiliki karakter yang nilainya tergantung pada kehidupan yang ada disekitarnya.

Walaupun makhluk hidup seperti ikan Depik dan Danau Laut Tawar termasuk ke dalam sumberdaya yang dapat diperbaharui (regenerasi), namun daya regenarasi tersebut sifatnya terbatas. Apabila pemanfaatan sumberdaya dimanfaatkan dengan bijak maka sumberdaya tersebut tidak mudah mengalami kerusakan, dan jika dimanfaatkan dengan keserakahan kerusakan sumberdaya pasti akan terjadi. Lingkungan merupakan salah satu sumber alam yang merupakan tempat atau media berlangsungnya hubungan timbal-balik

makhluk hidup dan faktor-faktor alam, dan dapat disimpulkan bahwa ekosistem tidak dapat dipisahkan dengan sumber-sumber alam.

Ketergantungan satu sama lain tersebut memberikan pengaruh kepada sumber daya alam lainnya, misalnya eksploitasi ikan Depik di Danau Laut Tawar akan menimbulkan gangguan terhadap ekosistem ikan yang ada di Danau Laut Tawar. Untuk menghindari pemanfaatan sumberdaya yang tidak baik maka pemerintah membuat peraturan ke dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang berisikan tentang mewajibkan agar bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berkurangnya populasi ikan Depik tersebut dapat diketahui berdasarkan Data Dinas Perikanan Provinsi Aceh 1989, hasil tangkapan ikan di Danau Laut Tawar pada tahun 1988 sebesar 455 ton. Pada tahun 1994, produksi menurun menjadi 223 ton. Tahun 2006 menjadi 79,1 ton dan terus menurun menjadi 74,5 ton tahun 2008. Informasi ini dibenarkan oleh seorang nelayan dedesen, yang menjelaskan bahwa apabila dibandingkan dengan dahulu (sekitar tahun 1980-an ke bawah) jumlah ikan depik yang didapat lebih banyak dari yang di dapat saat ini. Seperti pembicaraan tentang jumlah tangkapan ikan depik dari dua informan mengenai jumlah naik turunnya jumlah tanggkapan ikan Depik., berikut potongan dialognya:

Ibu Ami: “Dele ke kak…?” (banyak kak…?) Inen Fijas: “Enggeh mien.” (tidak lagi)

Ibu Ami: “Gere lagu jemena geh, jemena ke mera opat tem,

lime tem nye we.” (tidak seperti dulu ya, dulu bisa

sampai empat tem, lima tem)

Inen Fijas: “Ike nge musim ke mera opat tem nye…” (kalau sudah musim bisa mencapai empat tem17)

      

17

Dari dialog tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah tangkapan ikan Depik tidak sebanyak dulu, tetapi apabila sudah masuk musimnya jumlah tangkapan ikan Depik bisa banyak. Berkurangnya jumlah populasi ikan Depik di Danau Laut Tawar menjadi penanda bahwa ekosistem di danau tersebut sudah tidak sehat.

Dokumen terkait