• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari Berladang-berpindah menjadi Berladang Menetap

PERUBAHAN SISTEM BERLADANG ORANG SAKAI 3.1.Proses atau Tahapan Perladangan

3. Memikul padi dan di bawah ke rumah

4.3. Dari Berladang-berpindah menjadi Berladang Menetap

Orang Sakai di Desa Petani memiliki hubungan yang dekat dan erat dengan alam sebelum berubahnya ekologi. Hal ini terlihat pada cara mereka dalam memanfaatkan alam. Mereka memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Akan tetapi keeratan hubungan Orang Sakai dengan alam tersebut menyebabkan ketergantungan mereka dengan alam.

Orang Sakai yang bergantung dengan alam tersebut membuat mereka menjaga hutan dan sungai yang memberikan hasil melimpah untuk kebutuhan hidup. Dalam mengumpulkan hasil hutan, berburu hewan dan menangkap ikan Orang Sakai memiliki cara dan aturan tertentu. Orang Sakai cenderung tidak mengeksploitasi alamnya. Mereka mengambil hasil alam hanya untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Dengan demikian bisa disebut hubungan manusia dengan alam dalam pandangan Orang Sakai bukan hubungan penundukan tetapi hubungan relasional.

Sebelum Kedatangan Perusahaan-Perusahaan ke Desa Petani Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis, Riau untuk membuka hutan tersebut sebagai eksploitasi minyak. Dahulunya Orang Sakai berladang berpindah yang dimana

73 mereka memanfaatkan hasil hutan dari hutan satu ke hutan lainnya. Sebelum mereka pindah Terlebih dahulu mereka membersihkan hutan tersebut dan mengolah tanahnya dengan menggunakan abu kayu yang sebagian kayu tersebut dibakar untuk menambah kesuburan lahan yang akan mereka tanami nantinya. Lahan ini akan diolah dan ditanami selama beberapa musim atau sekitar 3-5 tahun. Setelah itu hasil ladang biasanya mulai menurun sehingga tidak akan lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota kelompok keluarga yang memanfaatkan lahan tersebut dan mereka kemudian akan pindah mencari hutan baru untuk dimanfaatkan dengan cara yang sama.

Bagi orang Sakai pertanian ladang berpindah yang mereka lakukan jelas merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat karena hidup-mati mereka sangat tergantung pada pertanian ini. Puluhan tahun mereka menjalankannya dan selama itu pula tidak pernah ada masalah. Masalah tersebut muncul ketika perusahaan-perusahaan tersebut datang untuk menebang hutan-hutan yang sebelumnya merupakan daerah yang menjadi bagian dari siklus perladang-berpindah mereka. 4.4.Masuknya Hak Pengusahaan Hutan

Perkampungan Orang Sakai di Desa Petani pada awal kedatangan mereka yang dikelilingi hutan lebat, kayu alam yang berukuran sangat kecil hingga yang besar, dan hewan melata hingga hewan buas masih mudah dijumpai. Sungai Jurong yang membelah perkampungan mereka pun menyimpan aneka ragam ikan dengan jumlah yang melimpah. Namun kini pemandangan tersebut sudah tidak terlihat lagi. Menurut Orang Sakai luas hutan di sekitar pemukiman mereka sudah berkurang jumlahnya. Pada awal Orang Sakai menetap di Desa Petani luas hutan

74 di sekitar pemukiman mereka ± 5.000 Ha dan sekarang hanya tersisa sekitar ± 3.000 Ha.

Wilayah Kecamatan Mandau termasuk wilayah Desa Petani yang dijadikan sebagai pusat kegiatan eksplorasi minyak, perkebunan kelapa sawit, usaha Hutan Tanaman Industri (HTI) membuat wilayah-wilayah hutan diwilayah ini dibuka secara bertahap dan terus-menerus. Selain itu hutan negara juga semakin memepertegas kuasanya. Keadaan ini membuat tidak ada lagi tanah ulayat masyarakat. PT yang terdapat di dekat pemukiman Orang Sakai antara lain PT Chevron Pacific Indonesia yang bergerak dibidang perminyakan, dan PT Tumpuan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit.

Sumber : Roida Silaban, 2014 Foto 6 : Hutan yang akan dibuka

Orang Sakai di Desa Petani merasakan semakin sempitnya ruang gerak mereka untuk mengumpulkan hasil hutan. Mereka merasa hutan-hutan yang dikelola oleh perusahaan itu tidak membawa keuntungan bagi Orang Sakai sendiri, bahkan mereka tidak bisa memasuki wilayah hutan tanaman industri yang dikelola perusahaan. Selain itu mereka juga tidak dapat mengharapkan hasil

75 sungai. Menurut mereka setiap harinya jumlah tangkapan ikan dari sungai semakin tak bisa dipastikan. Dahulu mereka bisa mendapatkan 10 kg ikan setiap harinya. Tetapi sekarang setiap harinya mereka hanya mendapat maksimal 3 kg ikan. Tangkapan ikan tersebut tentulah hanya bisa untuk makan saja. Mereka tidak mengetahui mengapa jumlah ikan semakin sedikit di sungai Jurong tersebut. Karena Hutan tempat pemukiman Orang Sakai adalah tempat mereka hidup dari hasil hutan tersebut. tetapi perusahaan-perusahaan datang untuk membuka hutan tersebut sehingga Orang Sakai itu kehilangan sumber kehidupannya. Walaupun demikian perusahaan-perusahaan tersebut tetap mengantikan lahan tersebut dengan materi dengan jumlah yang sangat sedikit. Dan ada juga yang tidak mau diberi materi tetapi lahan yang dimana lahan tersebut bisa dimanfaatkan seumur hidup.

Lahan yang sudah diambil perusahaan tersebut ada yang diganti dengan materi dan ada juga yang tidak mau materi tetapi meminta lahan karena dengan adanya lahan tersebut mereka bisa berladang untuk menghidupin mereka dari hasil ladang tersebut. karena sungai jurong yang mereka harapankan selama ini sudah tidak bisa lagi diharapkan karena jumlah ikan di dalam sungai tersebut semakin sedikit. Makanya ada sebagian Orang Sakai meminta bagian lahannya agar mereka bisa berladang sambil pekerjaan sampingannya mencari ikan. 4.5. Dilema Yang Di hadapi Petani Akibat Perubahan

Perubahan yang dihadapi seorang petani di Desa Petani, membuat mereka menjadi di lema yang mengakibatkan kedatangan perusahaan-perusahaan yang membuka hutan sebagai eksplorasi minyak. Sehingga hutan yang selama ini orang sakai manfaatkan sebagai kebutuhan hidupnya sekarang telah berkurang yang

76 menyebabkan orang sakai kekurangan kebutuhan hidupnya. Seperti sungai jurong yang dimana didalam sungai jurong itu terdapat aneka ragam ikan-ikan yang berlimpah banyaknya. Dan juga dalam sistem berladang-berpindah mereka dahulu juga sudah berubah yang dimana dahulu mereka berpindah dari hutan satu ke hutan lainnya, sekarang sistem berladang Orang Sakai berubah menjadi sistem berladang menetap yang dimana mereka hanya mengerjakan dan menunggu hasil panen dari lahan yang telah dibagikan perusahaan-perusahaan tersebut.

Kedatangan perusahaan-perusahaan bagi orang sakai bukannya semakin membaik dalam segi ekonomi mereka tetapi semakin merosotnya keadaan ekonomi mereka. karena perusahaan-perusahaan itu tidak memperkerjakan orang sakai tersebut ke perusahaan-perusahaan mereka.

4.6. Selain Sistem Berladang ada juga Menangkap Ikan dan Mencari Kayu