• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

pemerintah, khususya di Desa Petani. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan, khususnya dalam bidang Antropologi mengenai fenomena sistem pertanian orang sakai di Desa Petani.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang berdasarkan deskriptif, yang bertujuan untuk mendekripsikan secara faktual dan sistematis mengenai kasus-kasus pertanian yang terjadi di Desa Petani ini khususnya, dan proses perubahan sistem pertanian pada orang sakai di Desa Petani. Serta, penelitian ini menjelaskan bagaimana perubahan sistem pertanian itu dilihat dari berbagai macam perubahan baik dari cara sistem pertanian maupun alat-alat yang digunakan dalam bertani, menangkap ikan, dll.

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian guna mendapatkan data-data dilapangan antara lain :

a. Teknik Observasi

Pada saat berada di lapangan, yang Peneliti lakukan pertama sekali ialah mengamati dan mencatat segala gejala yang diteliti yang berhubungan dengan pertanyaan penelitian. Gejala yang diamati antara lain adalah bagaimana proses perubahan pertanian tersebut, yaitu perubahan-perubahan apa saja yang di butuhkan dalam sistem pertanian, alat-alat apa saja yang digunakan dalam perubahan sistem pertanian, bagaimana kehidupan orang sakai dalam bertani. Selain itu, pada saat berada dilapangan saya juga mengamati bagaimana cara menanam, cara

14 panen, upacara panen padi, upacara pernikahan di Desa Petani. Dalam hal yang berkaitan dengan penelitian ini, selanjutnya saya mengamati bagaimana rangkaian proses sistem pertanian yang tinggal di Desa Petani khususnya.

Selain observasi, peneliti juga berpartisipasi dalam beberapa hal, yakni peneliti tinggal bersama orang sakai, mengikuti kegiatan Orang Sakai seperti mencari ikan, bertani dan berladang serta mengajar di Sekolah Dasar yang ada di jembatan II tersebut. Tujuan peneliti melakukan partisipasi ini adalah untuk dapat mendekatkan diri lebih dalam dengan masyarakat yang diteliti.

b. Teknik Wawancara

Selain melakukan observasi (pengamatan), saya juga melakukan wawancara terhadap informan yang benar-benar mengetahui tentang masalah yang sedang diteliti oleh saya. Wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dalam penelitian ini. Wawamcara yang dilakukan adalah wawancara mendalam atau depth interview dan wawancara bebas, dimana pertanyaan difokuskan kepada pertanyaaan penelitian yang sebelumnya telah disusun ke dalam daftar interview guide dengan tujuan agar pertanyaan yang disampaikan tetap fokus pada perumusan masalah. Wawancara ini dilakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan saya yang berkaitan dengan kejelasan dan kemantapaan masalah yang dijelajahi.

Awalnya saya mendatangin rumah ketua RT/RW untuk mewawancarai orang yang terkait dalam penulisan skripsi ini, seperti

15 ketua RT/RW Bapak Sugeni (46 tahun) namun saya tidak menemukan informasi yang disampaikan oleh Bapak Sugeni tersebut. Saya pun akhirnya ditujukan kepada Ketua adat sakai di Desa Petani yang bernama Bapak Sudarto (55 tahun), karena menurut Bapak Sugeni, Bapak Sudarto sangat mengetahui apa yang sedang saya teliti. Bapak Sudarto ini adalah orang pertama kali yang tinggal di Desa Petani bersama keluarganya.Setelah itu saya memberikan pertanyaan kepada beliau dan beliau pun membenarkan bahwa di Desa Petani ini memang sudah banyak mengalami perubahan baik dari sistem pertanian dan perubahan alat-alat apa yang sudah dilakukan di Desa Petani tersebut. Tujuan mereka mengalami perubahan sistem pertanian ini agar mereka lebih maju lagi dan tidak lagi dibilang orang terasing. Setelah mendapatkan informasi tersebut, beliau juga menyuruh saya juga diajak ke ladangnya Bapak Sudarto agar saya secara langsung melihatnya. Tanpa pikir panjang saya pun langsung ikut pergi bersama Bapak Sudarto dan saya langsung melihat cara-cara orang-orang sakai tersebut bertani serta ikut dalam bertani.

Setelah melihat mereka bertani dan ikut serta dalam bertani tersebut, awalnya saya sangat kesulitan dalam mencangkul dan menanam karena sebelumnya saya tidak pernah melakukan tersebut. Saya akhirnya meminta bantuan dari ibu Siti (45 tahun) isteri Bapak Sudarto, bagaimana cara mencangkul dan menanam tersebut. kemudian saya mengikuti cara yang diajarkan oleh Ibu Siti Tersebut. Saya banyak melihat orang sakai tersebut sibuk menanam tanaman. Ada seperti padi, ubi menggalo, sawit,

16 dll. Saat saya dan Ibu Siti capek kami pun berhenti dan beristirahat sejenak. Saat kami beristirahat Ibu Siti bercerita bahwa ladang yang di dekat Ibu Siti itu adalah Ibu Suwandari yang menanam ubi menggalo yang dimana makanan tersebut adalah makanan asli orang sakai tersebut. Beliau juga mengatakan kepada saya agar mereka juga menjadi salah satu informan saya nantinya.

Setelah mendapatkan informan dari Bapak Sudarto dan ikut serta menbantu Ibu Suwandari, maka langkah saya selanjutnya Bapak Roni (40 tahun). Beliau adalah petani yang menanam ubi menggalo, ubi menggalo ini adalah tumbuh 3-4 bulan dan selain petani ubi menggalo Bapak Roni juga sebagai petani mencari ikan. Ubi menggalo ini adalah makanan asli orang sakai, makanan asli orang sakai ini tidak bisa ditinggalkan walaupun mereka sudah mengganti makanan mereka tapi tetap saja mereka tidak lupa dengan ubi menggalo makanan asli mereka. sedangkan ikan yang dicari Bapak Roni ini adalah ikan juara padi. Ikan juara padi ini bisa dikomsumsi sendiri maupun dijual. Setelah ika ini diambil dari sungai akhirnya di asepkan, ikan ini di asepkan selama setengah hari dengan bara api saja yang tidak menyala.

Selanjutnya saya mewanwancari Bapak choril (50 tahun) yang dimana Bapak ini adalah orang pekerja sebagai tukang balok kayu dan mencari ikan. Pagi hari Bapak ini mencari ikan setelah itu ikan tersebut diasepkan yang dikerjakan oleh isteri Bapak Choril yang bernama Ibu Rika (45 tahun). Selanjutnya, siang hari Bapak Choril ini pergi bekerja lagi sebagai tukang balok kayu dan pulang malam hari. Walaupun umur