• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN SISTEM BERLADANG ORANG SAKAI 3.1.Proses atau Tahapan Perladangan

3. Memikul padi dan di bawah ke rumah

4.6. Selain Sistem Berladang ada juga Menangkap Ikan dan Mencari Kayu Menangkap Ikan merupakan mata pencaharian asli suku sakai, sedangkan

4.6.2. Proses Mengasapkan Ikan dan Mengasinkan Ikan

Cara mengasapkan ikan tersebut terlebih dahulu kita membersihkan sisiknya, membuang isi perutnya, membuang kepalanya. Setelah ikan dicuci bersih maka siap untuk diasapkan. Ikan asap tidak perlu menggunkan bumbu apapun. Setelah itu menghidupkan api menggunakan potongan-potongan kecil kayu balok. Letakkan ikan diatas ap dengan menggunkan jaring kawat. Jarak api dan jaring kawat yaitu sekitar ½ meter – 1 meter. Ikan disapkan selama 1 hari apabila api ditunggu dan bisa hingga 1 hari 1 malam apabila api tidak rajin dilihat. Jika warna ikan sedah terlihat merah kehitaman maka ikan sudah matang dan bisa diangkat. Ikan yang diasapkan akan keras dagingnya. Ikan asap ini bisa disimpan hingga berbulan-bulan. Ikan salai yang dijual harganya bisa mencapai Rp 30.000/kg- 60.000/kg.

81 Sumber : Roida Silaban, 2014 Foto 10 : Mengasapkan Ikan

Sedangkan cara pengelolahan ikan yang diasinin terlebih dahulu di bersihkan sisik, perut dan kepalanya. Setelah bersih kemudian diberikan garam. Ukurannya adalah 1 kg ikan maka menggunakan 1 bungkus garam. Selesai itu ikan tersebut di diamkan ikan yang sudah diberi garam selama 20 menit. Kemudian ikan tersebut dijemur diatas papan atau potongan seng. Jika matahari terik maka ikan tersebut dijemur selama 2 hari sudah bisa diangkat dan di konsumsi. Akan tetapi apabila musim hujan menjemur ikan asin memerlukan waktu antara 3-4 hari. Orang Sakai mengkonsumsi ikan asin dengan cara menggorengnya. Menurut mereka ikan asin yang mereka buat berbeda rasanya dengan ikan asin yang dijual. Ikan asin yang mereka buat dijual seharga Rp 20.000 – Rp 40.000/kg

82 4.6.3. Mencari Kayu

Orang Sakai yang tinggal disekeliling hutan memanfaatkan hutan tersebut dengan mengambil kayu. Kayu yang diambil antara lain kayu meranti, kayu rengas, kayu mentangur, kayu ramen, kayu kulim, kayu punak, kayu durian hutan, kayu merah, kayu pisang-pisang, rotan, damar, dan lain-lain. Kayu yang diambil untuk diolah biasanya kayu yang diameternya minimal sudah mencapai 20 cm. Kayu tersebut akan diolah menjadi kayu balok. Selain itu Orang Sakai juga mengambil kayu dalam bentuk kayu cerocok. Kayu cerocok yaitu kayu kecil berdiameter 5 cm yang biasanya digunakan untuk tiang-tiang penyangga dalam proses membangun rumah bertingkat.

Orang Sakai yang mencari kayu biasanya dengan sistem mandah. Sistem mandah dilakukan Orang Sakai karena hutan-hutan yang dekat dengan pemukiman mereka sudah tidak ada lagi. Orang Sakai harus mencari kayu yang jauh yang mengharuskan mereka menyisir sungai. Misalnya berangkat dari rumah pukul 12.00 Wib menaiki samapan maka akan sampai ditempat mandah pukul 15.00 Wib. Mereka harus membawa bekal makanan beserta peralatan memasak dan perlengkapan tidur. Bekal yang dibawa seperti beras, telur, mie instan, dan sayuran yang tahan hingga berhari-hari. Biasanya yang pergi mandah adalah laki-laki dan anak laki-laki-laki-laki, sedangkan perempuan jarang ikut pergi mandah.

Ketika pulang mandah mereka akan membawa kayu yang sangat banyak. Bisa mencapai 20 gandeng kayu dengan panjang sekitar 3-4 meter yang disusun panjang berbaris. Kayu-kayu gelondongan ini dilangsir melalui sungai dengan perahu mesin. Setelah dilangsir maka kayu-kayu ini akan diolah di kilang kayu ataupun langsung dijual. Bukan hanya Orang Sakai yang terlihat mencari kayu di

83 daerah ini. Ada pula orang dari suku lain seperti Orang Batak dan Orang Nias. Biasanya mereka menikah dengan Orang Sakai sehingga dapat masuk atau bergabung dengan Orang Sakai di Desa Petani tersebut.

84 BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kedatangan Orang Sakai di Desa Petani pada tahun 1989 yang dimana Desa Petani ini adalah kawasan hutan belantara yang tidak ada yang memiliki. Sehingga perusahaan-perusahaan datang untuk membuka hutan tersebut sebagai eksplorasi minyak. Tetapi dengan kedatangan perusahaan-perusahaan keadaan ekonomi orang sakai tidak semakin membaik, malah semakin merosot keadaan ekonomi mereka. Karena orang sakai ini mengira dengan kedatangan perusahaan-perusahaan ini mereka dapat di perkerjakan ke perusahaan-perusahaan tersebut tetapi tidak. 5.2 Saran

Saran dari hasil penelitian ini adalah kepada orang Sakai di Desa Petani agar meningkatkan minat sekolah anak-anak sakai hingga jenjang yang tinggi untuk masa depan. Dengan pendidikan yang tinggi maka akan memberikan peluang bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan dibidang lain dan tidak kembali memanfaatkan hutan yang berlebihan. Dengan pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik maka akan menaikkan tarif hidup Orang Sakai.

Kepada perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah Orang Sakai agar menjalin hubungan baik dengan orang sakai dan merangkul mereka untuk menemukan solusi dalam hal mata pencaharian demi kelangsungan hidup orang sakai. Bukan hanya memberikan bantuan-bantuan yang berupa materi dan sifatnya sementara saja. Melainkan memberikan pelatihan keterampilan pada orang sakai

85 agar dapat bekerja di bidang lain. Sehingga menjadikan orang sakai tidak bergantung terhadap bantuan dari perusahaan-perusahaab tersebut, atau dengan merekrut orang sakai dalam perusahaan untuk di perkerjakan sesuai kemampuan mereka dan tidak hanya menunggu hasil dari bertani mereka.

Kepada Pemerintah setempat agar memperhatikan kesejahteraan orang sakao sebagai suku asli, bukan menindas mereka dengan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan hutan. Melainkan bagaimana menciptakan kehidupan orang sakai yang sejahtera namun tetap patuh terhadap peraturan pemerintah yang sudah ada tentang pengelolaan hutan serta menjaga kelestarian hutan. Pemerintah juga bisa bekerja sama dengan perusahaan dalam membuat program-program untuk memberdayakan orang sakai di Desa Petani agar mereka mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

86 DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Dr. H.M.Burhan. Penelitian Kualitatif: komunitas, ekonomi, kebijakn publik dan ilmu sosial lainnya, edisi pertama, cetakan ke-2. Jakarta: kencana.2007

Clifford Geert. (1963). Agricultural Involution. The Process of Ecological Change in Indonesia. Berkeley: University of California Press.

James C. Scott. (1976). The Moral Economy of Peasant Rebellion and Subsistence in Souteast Asia, a.b. Hasan Basari, 1981, Moral Ekonomi Petani Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES. Moleong, lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi revisi, Bandung

PT.Remaja Rosdakarya. 2006.

Peter Boomgaard. (2004). Children of The Colonial State: Population Growth and Economic Depelopment in Java, 1795-1880, a.b. Monique Sosman, Dkk., Anak Jajahan Belanda: Sejarah Sosial dan Ekonomi Jawa 1795-1880. Jakarta: Djambatan.

Samuel L. Popkin (1979). The Rational Peasant. The Political Economy of Rural Society in Vietnam, Berkeley: University of Calofornia Press. Sartono Kartodirdjo, Djoko Suryo. (1991). Sejarah Perkebunan di Indonesia.

Kajian Sosial-Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media.

Suparlan, Parsudi. 1993. "Masyarakat Sakai di Riau". Dalam Masyarakat Terasing di Riau. Koentjaraningrat dkk. (Ed.). Jakarta : Gramedia Suparlan, Parsudi. 1995. Orang Sakai di Riau: Masyarakat Terasing dalam

Masyarakat Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor

Redfield, Robert. 1985 Masyarakat Petani dan Kebudayaan. Jakarta:CV. Rajawali.

Wold. Eric R. 1983 Petani: Suatu Tinjauan Antropologis. Jakarta: CV. Rajawali. Kusnaka Adimihardja,dkk. 1999 Petani: Merajut Tradisi Era Globalisasi.

Bandung: Human Utama Press.

Lahajir. 2001 Etnoekologi Perladangan Orang Dayak Tunjung Linggang. Yogyakarta: Yayasan Galang

http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sakai (akses 22 Desember 2014, pukul 20:00 WIB)

http://melayuonline.com/ind/opinion/read/373/kepemimpinan-tarekat-naqsabandiyah-bagi-suku-sakai ( akses 22 Desember 2014 20:15 WIB)

87 http://www.academia.edu/2912003/sakai_maju ( akses 22 Desember 2014, pukul 20:30 WIB)

“ Kabupaten Bengkalis.” http://www.bengkaliskab.go.id/statis-23-geografi.html (akses 23 Desember 2014, pukul 22.00 WIB ).

“ Kabupaten Mandau.” http://www.bengkaliskab.go.id/statis-18-kecamatan-mandau.html (akses 23 Desember 2014, pukul 22.00 WIB).

“ Selama 20 Tahun Sakai Telah Berubah.”

http://kampungrison.wordpress.com/2009/06/30/selama-20-tahun-sakai-telah-berubah/ (akses 23 Desember 2014, pukul 22.30 WIB).

“Topografi.” http://www.bengkaliskab.go.id/statis-24-topografi.html (akses 23 Desember 2014, pukul 22.30 WIB)

PEDOMAN WAWANCARA

NO Data Daftar Pertanyaan

1. Sistem pertanian Orang Sakai dan sungai pada awal menetap

1. Bagaimana keadaan berladang-berpindah pada awal kedatangan Pemerintah?

2. Berapa luas lahan pertanian di sekitar desa Petani pada awal kedatangan Orang Sakai?

3. Berapa pendapatan dari hasil berlandang –berpindah?

4. Apa keuntungan dari berladang-berpindah?

5. Bagaimana keadaan sungai di Desa Petani pada awal kedatangan Orang Sakai?

6. Berapa luas sungai di Desa Petani pada awal kedatangan Orang Sakai? 7. Bagaimana Warna sungai di Desa

Petani tersebut?

8. Ikan apa saja yang terdapat di sungai tersebut?

9. Tumbuhan apa saja yang tumbuh di sungai tersebut?

2. Sistem pertanian Orang Sakai dan Sungai sekarang

1. Bagaimana keadaan sistem pertanian Orang Sakai yang sudah berladang-menetap?

2. Berapa luas lahan pertanian Orang Sakai Sekarang Ini?

3. Jika keadaaan lahan pertanian

berubah, bagaimana tanggapan Orang Sakai terhadap perubahan lahan pertanian tersebut?

4. Apakah dengan perubahan berladang-menetap merasa kesulitan?

5. Bagaimana keadaan sungai di desa Petani sekarang ini?

6. Berapa luas sungai di desa Petani sekarang ini?

7. Bagaimana warna sungai di desa Petani sekarang ini?

8. Ikan apa saja yang masih terdapat di sungai tersebut?

9. Tumbuhan apa saja yang tumbuh di sungai tersebut sekarang?

10.Jika sungai berubah, bagaimana tanggapan Orang Sakai terhadap perubahan sungai tersebut?

11.Apakah orang sakai merasa

kehilangan sumber penghidupan di sungai?

12.Apa yang melatarbelakangi perubahan lingkungan lahan pertanian dan sungai menurut Orang Sakai?

3. Alat-alat yang digunakan Orang Sakai dalam berladang-berpindah dahulu

1. Apakah alat yang digunakan Orang Sakai dalam berladang-berpindah? 2. Bagaimana keadaan alat

berladang-berpindah Orang Sakai? 4. Alat-alat yang digunakan

Orang Sakai dalam berladang-menetap sekarang

1. Apa saja alat-alat yang digunakan Orang Sakai dalam berladang-menetap ini?

2. Bagaimana perubahan berladang-menetap Orang Sakai saat menggunakan alat yang dulu dan sekarang?

3. Jika sistem pertanian berubah, Bagaimana tanggapan Orang Sakai dengan perubahan berladang-menetap ini?

4. Apakah Oang Sakai merasa kehilangan dengan kebiasaan sistem pertanian yang sekarang ini?

5. Siapakah yang memberikan masukan perubahan sistem pertanian ini terhadap Orang Sakai?

5. Sejarah kedatangan

perusahaan-perusahaan dalam membuka lahan pertanian

1. Pada tahun berapa Perusahaan-perusahaan datang dalam membuka lahan pertanian tersebut?

2. Apa tujuan Perusahaan membuka lahan pertanian?

3. Bagaimana tanggapan Orang Sakai dengan kedatangan perusahaan-perusahaan tersebut dalam membuka lahan pertanian?

4. Apakah dengan kedatangan perusahaan tersebut, Orang Sakai terbantu?

5. Tindakkan apa yang dilakukan Orang Sakai terhadap perusahaan-perusahaan tersebut?

6. Apakah Orang Sakai kehilangan sumber penghidupan dari kedatangan perusahaan tersebut?

6. Mata pencaharian Orang Sakai pada zaman dulu

1. Apakah mengumpulkan hasil hutan,berburu dan menangkap ikan

merupakan mata pencaharian orang sakai pada zaman dulu?

2. Jika iya, apakah orang sakai pergi ke hutan dan sungai setiap hari?

3. Hasil hutan apa saja yang di dapatkan orang sakai?

4. Hasil ikan apa saja yang ditangkap orang sakai?

5. Mengapa hewan tersebut yang diburu? 6. Apakah hasil hutan dan sungai

seluruhnya dikonsumsi dan dijual? 7. Alat apa saja yang digunakan Orang

Sakai dalam mengumpulkan hasil hutan?

8. Alat apa saja yang digunakan orang sakai dalam berburu hewan?

7. Mata pencaharian Orang Sakai sekarang

1. Apakah ada perubahan mata pencaharian dulu dan sekarang? 2. Jika iya, apa saja perubahan

pekerjaannya?

3. Dengan adanya perubahan mata pencaharian, apakah dengan mata pencaharian sekarang ini dapat mengubah kehidupan Orang Sakai? 4. Berapakah hasil tangkapan ikan

sekarang ini?

5. Apakah ada perubahan alat penangkap ikan, hewan sekarang ini?

8. Pendidikan Orang Sakai di Desa Petani

1. Bagaimana sejarah berdirinya sekolah di desa Petani?

2. Siapakah pelopor pendirian sekolah Desa Petani?

3. Bagaimana sejarah keadaan bangunan sekolah?

4. Bagaimana proses belajar mengajar di sekolah?

5. Sampai kejenjang apakah mereka melanjutkan sekolah?

6. Apakah sekolah Desa Petani pernah mendapat bantuan dari perusahaan-perusahaan dari sekitar pemukiman mereka?

7. Apakah bantuan tersebut dapatnya terus-menerus?

8. Apakah Orang Sakai berharap dengan bantuan tersebut?

terhadap bantuan tersebut? 9. Sistem kemasyarakatan Orang

Sakai

1. Bagaimana sistem kekerabatan Orang Sakai?

2. Apakah dalam satu rumah terdapat 1 keluarga atau lebih dari 1 keluarga? 3. Adakah pemimpin suku sakai di Desa

Petani?

4. Jika ada, siapakah pemimpin suku Sakai tersebut?

5. Apakah ada perkumpulan Orang Sakai di Desa Petani?

6. Jika ada, bagaimana sistem aturan dan gabungan ke perkumpulan Orang Sakai tersebut?

7. Apakah pernah terjadi percekcokan antara rumah tangga?

10. Kesehatan tubuh dan lingkungan Orang Sakai di Desa Petani

1. Bagaimana kebersihan Rumah Orang Sakai di Desa Petani?

2. Bagaimana Kebersihan lingkungan Orang Sakai?

3. Apakah ada dinas kebersihan dari pemerintah ke desa petani untuk mengangkut sampah tersebut? 4. Jika ada, berapa sekali petugas dinas

kebersihan datang mengambil sampah tersebut?

5. Pengobatan apa saja yang dilakukan oleh Orang Sakai untuk mengobati penyakit?

6. Apa saja pengobatan tradisional yang dikenal Orang Sakai?

11. Pola perkawinan Orang Sakai di Desa Petani

1. Dalam usia berapakah Orang Sakai menikah?

2. Mengapa dalam usia tersebut Oran Sakai menikah?

3. Bagaimana Adat-istiadat Orang Sakai dalam suatu pernikahan?

4. Apakah ada sistem perjodohan dalam Orang Sakai?

5. Apakah Orang Sakai menikah dengan sistem hokum yang berlaku di

Indonesia?

6. Jika tidak, mengapa demikian dan apa alasannya?

12. Sistem Religi Orang Sakai 1. Agama apakah Orang Sakai?

2. Bagaimana sistem keagamaan Orang Sakai?

INFORMAN 1. Nama : Uwai

Usia : 53 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Agama : Islam

2. Nama : Rika Usia : 19 tahun

Pekerjaan : Pelajar SMA Agama : Islam 3. Nama : Yuli Usia : 16 tahun Pekerjaan : Pelajar SMP Agama : Islam 4. Nama : Rendy Usia : 8 tahun Pekerjaan : Pelajar SD Agama : Islam 5. Nama : Hery Usia : 17 tahun

Pekerjaan : Tidak bersekolah Agama : Islam

6. Nama : Ilham Usia : 11 tahun

Agama : Islam 7. Nama : Bahtiar Usia : 52 tahun

Pekerjaan : Mencari kayu dan ikan/ Ketua RW 09 Agama : Islam

8. Nama : Desy Usia : 47 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Agama : Islam

9. Nama : Ratna Sari Usia : 40 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Agama : Islam

Usia : 32 tahun 10.Nama : Yuly Oktavia

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Agama : Islam

Usia : 28 tahun 11.Nama : Hendra Yadi

Pekerjaan : Mencari kayu dan ikan Agama : Islam

Usia : 58 tahun 12.Nama : Sugeni

Agama : Islam Usia : 53 tahun 13.Nama : Siti Mina

Pekerjaan : Bertani dan mencari ikan Agama : Islam

Usia : 47 tahun 14.Nama : Sudarto

Pekerjaan : Bertani dan Mencari Kayu/ikan Agama : Islam

Usia : 43 tahun 15.Nama : Adim

Pekerjaan : Bertani dan mencari Kayu Agama : Islam

Usia : 40 tahun 16.Nama : Suwandari

Pekerjaan : mencari ikan Agama : Islam

Usia : 38 tahun 17.Nama : Roni

Pekerjaan : bertani dan mencari ikan Agama : Islam

Usia : 40 tahun 18.Nama : choril

Agama : Islam Usia : 46 tahun 19.Nama : siska

Pekerjaan : ibu rumah tangga Agama : Islam

Usia : 30 tahun 20.Nama : Subeni

Pekerjaan : Bertani dan mencari kayu Agama : Islam