• Tidak ada hasil yang ditemukan

DARI KOKAPOY MEMOTRET SOSIALISASI PEMILU DI BOLTIM

Keunikan SOSIALISASI Loka

DARI KOKAPOY MEMOTRET SOSIALISASI PEMILU DI BOLTIM

Oleh : Terry Suoth

esa Kokapoy menarik perhatian saya, selain secara geografis terpisah jauh dari desa-desa di Kecamatan Mooat, bahkan sampai saat ini untuk bisa tiba di desa tersebut kita harus melewati Kabupaten tetangga yaitu Minahasa Selatan. Udara sejuk dan kadang berkabut di sepanjang perjalanan, kerap kali membuat desa ini terasa semakin jauh dicapai. Jalan yang sempit, menanjak-menurun, juga sebagian besar aspal jalan masih dalam kondisi kurang baik menambah tantangan. Pepohonan tumbang, atau sekedar cabang dan ranting yang patah juga bisa menjadi hambatan besar.

Desa Kokapoy mula-mula adalah lahan yang diperuntukkan kepada para pengungsi dari Maluku, yang berjumlah sebanyak 195 Kepala

Keluarga (KK).

Kemudian terbentuk menjadi sebuah Desa pada tanggal 7 aguatus tahun 2007. Kemudian pada tahun 2013 dimekarkan menjadi dua desa, hingga lahirlah Desa Kokapoy Timur.

Seiring waktu berjalan, dari hasil penelusuran yang saya lakukan, saat ini jumlah eks pengungsi di kedua desa tersebut telah berkurang menjadi 78 Kepala Keluarga. Beberapa alasan yang menjadi penyebab mereka meninggalkan Desa Kokapoy, diantaranya: pekerjaan yang

D

tidak sesuai profesi, belum ada lahan usaha, belum ada penerangan yang memadai, akses jalan desa,

Sangadi yg perna menjabat dan yg terpilih Pejabat sangadi

- Jan Kumendong ( 2007-2015 - Charles Kumendong (2015-2016)

- Robby Mawey ( Oktober 2016- Desember 2016) Sangadi terpilih

- charles Kumendong (2016 - Sekarang)

Untuk anda yang berniat berkunjung ke desa Kokapoy, juga harus bersiap-siap untuk jedah dari dunia maya, sebab di desa ini belum ada akses telepon seluler apalagi jaringan internet. Tentu ini menjadi kendala besar bagi penyelenggara, apa lagi untuk menjalankan tahapan pemilihan di masa pandemi covid-19. Adegan mencari signal telepon dan jaringan internet, bukanlah adegan drama atau sinetron, namun ini nyata terjadi. Misalnya saat pelantikan Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) dan juga beberapa kegiatan bimbingan teknis atau rapat koordinasi yang harus digelar secara daring.

Pelantikan PPDP daring diatas bukit

149

Potret SOSIALISASI Pemilihan Tahun 2020 di Tengah Pandemi Covid-19

DARI KOKAPOY MEMOTRET SOSIALISASI PEMILU DI BOLTIM

Oleh : Terry Suoth

esa Kokapoy menarik perhatian saya, selain secara geografis terpisah jauh dari desa-desa di Kecamatan Mooat, bahkan sampai saat ini untuk bisa tiba di desa tersebut kita harus melewati Kabupaten tetangga yaitu Minahasa Selatan. Udara sejuk dan kadang berkabut di sepanjang perjalanan, kerap kali membuat desa ini terasa semakin jauh dicapai. Jalan yang sempit, menanjak-menurun, juga sebagian besar aspal jalan masih dalam kondisi kurang baik menambah tantangan. Pepohonan tumbang, atau sekedar cabang dan ranting yang patah juga bisa menjadi hambatan besar.

Desa Kokapoy mula-mula adalah lahan yang diperuntukkan kepada para pengungsi dari Maluku, yang berjumlah sebanyak 195 Kepala

Keluarga (KK).

Kemudian terbentuk menjadi sebuah Desa pada tanggal 7 aguatus tahun 2007. Kemudian pada tahun 2013 dimekarkan menjadi dua desa, hingga lahirlah Desa Kokapoy Timur.

Seiring waktu berjalan, dari hasil penelusuran yang saya lakukan, saat ini jumlah eks pengungsi di kedua desa tersebut telah berkurang menjadi 78 Kepala Keluarga. Beberapa alasan yang menjadi penyebab mereka meninggalkan Desa Kokapoy, diantaranya: pekerjaan yang

D

tidak sesuai profesi, belum ada lahan usaha, belum ada penerangan yang memadai, akses jalan desa,

Sangadi yg perna menjabat dan yg terpilih Pejabat sangadi

- Jan Kumendong ( 2007-2015 - Charles Kumendong (2015-2016)

- Robby Mawey ( Oktober 2016- Desember 2016) Sangadi terpilih

- charles Kumendong (2016 - Sekarang)

Untuk anda yang berniat berkunjung ke desa Kokapoy, juga harus bersiap-siap untuk jedah dari dunia maya, sebab di desa ini belum ada akses telepon seluler apalagi jaringan internet. Tentu ini menjadi kendala besar bagi penyelenggara, apa lagi untuk menjalankan tahapan pemilihan di masa pandemi covid-19. Adegan mencari signal telepon dan jaringan internet, bukanlah adegan drama atau sinetron, namun ini nyata terjadi. Misalnya saat pelantikan Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) dan juga beberapa kegiatan bimbingan teknis atau rapat koordinasi yang harus digelar secara daring.

Pelantikan PPDP daring diatas bukit

Masih lekat dalam ingatan saya, di sebuah kesempatan kami mengajak bapak Meidy Tinangon, salah satu komisioner KPU Provinsi Sulawesi utara untuk berkunjung ke Desa Kokapoy. Sebetulnya kehadiran pak Meidy saat itu untuk monitoring kegiatan “Coklit Serentak” pada tanggal 18 Juli 2020, kemudian kami memanfaatkan waktu, sekaligus mengobati kerinduan PPDP, PPS bahkan PPK untuk bertemu dengan pimpinan dari Provinsi. Kesan bangga dan senang terpancar dari wajah-wajah PPDP dan PPS ketika rombongan tiba di Kokapoy. Tentu kunjungan pimpinan tingkat provinsi semacam ini akan mengisi memori indah mereka, serta bisa menjadi penyemangat untuk menjadi penyelenggara. Semangat menjadi penyelenggara sangat penting, sebab dari pengalaman kami pada tahapan rekrutmen PPS dan PPDP dan KPPS, peminat atau pendaftar dari desa Kokapoy dan Kokapoy Timur tidak mencapai kuota sehingga harus diperpanjang.

* Kadiv Hukum Bpk. Meidy Tinangon di Kokapoy

Sosialisasi Berbuah Partisipasi

Meski tidak bisa langsung diklaim bahwa tingginya tingkat partisipasi pemilih hanya semata-mata disebabkan oleh kegiatan sosialisasi, namun upaya sosialisasi yang maksimal, tentu juga membawa manfaat lain bagi masyarakat pemilih. Yakni yang utama adalah meningkatnya kesadaran berdemokrasi dan kesadaran untuk menggunakan hak pilih.

Dari segi kuantitatif menelusuri jejak partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif dan pemilihan Presiden, barangkali bisa kita temukan dengan sederhana dalam bentuk prosentase pemilih dari dokumen-dokumen atau arsip yang dimiliki KPU, serta rekaman media massa.

Namun bagi yang tertarik membaca secara kualitatif tentang hal ini, maka perlu menggunakan beberapa parameter untuk paling tidak mendeteksi faktor-faktor yang memengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam sebuah kontestasi Pemilihan baik Pilkada atau Pemilu. Pada judul tulisan ini saya memilih kata potret dengan keinginan menangkap serta menampilkan kembali rekaman peristiwa pemilihan dari berbagai sumber yang bisa kita telusuri.

Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2008 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow. Peresmian dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri, Mardiyanto di Manado pada hari Selasa, 30 September 2008 (www.boltimkab.go.id). Kemudian menggelar pemilu pertama pada tahun 2009, dengan status penyelenggara pemilu (KPU) yang masih ditangani oleh KPU Bolaang Mongondow. Dari tingkat partisipasi pada momentum pemilihan yang terakhir yakni pemilihan serentak 2020 yang mencapai 95,94persen, paling tidak

151

Potret SOSIALISASI Pemilihan Tahun 2020 di Tengah Pandemi Covid-19

Masih lekat dalam ingatan saya, di sebuah kesempatan kami mengajak bapak Meidy Tinangon, salah satu komisioner KPU Provinsi Sulawesi utara untuk berkunjung ke Desa Kokapoy. Sebetulnya kehadiran pak Meidy saat itu untuk monitoring kegiatan “Coklit Serentak” pada tanggal 18 Juli 2020, kemudian kami memanfaatkan waktu, sekaligus mengobati kerinduan PPDP, PPS bahkan PPK untuk bertemu dengan pimpinan dari Provinsi. Kesan bangga dan senang terpancar dari wajah-wajah PPDP dan PPS ketika rombongan tiba di Kokapoy. Tentu kunjungan pimpinan tingkat provinsi semacam ini akan mengisi memori indah mereka, serta bisa menjadi penyemangat untuk menjadi penyelenggara. Semangat menjadi penyelenggara sangat penting, sebab dari pengalaman kami pada tahapan rekrutmen PPS dan PPDP dan KPPS, peminat atau pendaftar dari desa Kokapoy dan Kokapoy Timur tidak mencapai kuota sehingga harus diperpanjang.

* Kadiv Hukum Bpk. Meidy Tinangon di Kokapoy

Sosialisasi Berbuah Partisipasi

Meski tidak bisa langsung diklaim bahwa tingginya tingkat partisipasi pemilih hanya semata-mata disebabkan oleh kegiatan sosialisasi, namun upaya sosialisasi yang maksimal, tentu juga membawa manfaat lain bagi masyarakat pemilih. Yakni yang utama adalah meningkatnya kesadaran berdemokrasi dan kesadaran untuk menggunakan hak pilih.

Dari segi kuantitatif menelusuri jejak partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif dan pemilihan Presiden, barangkali bisa kita temukan dengan sederhana dalam bentuk prosentase pemilih dari dokumen-dokumen atau arsip yang dimiliki KPU, serta rekaman media massa.

Namun bagi yang tertarik membaca secara kualitatif tentang hal ini, maka perlu menggunakan beberapa parameter untuk paling tidak mendeteksi faktor-faktor yang memengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam sebuah kontestasi Pemilihan baik Pilkada atau Pemilu. Pada judul tulisan ini saya memilih kata potret dengan keinginan menangkap serta menampilkan kembali rekaman peristiwa pemilihan dari berbagai sumber yang bisa kita telusuri.

Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2008 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow. Peresmian dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri, Mardiyanto di Manado pada hari Selasa, 30 September 2008 (www.boltimkab.go.id). Kemudian menggelar pemilu pertama pada tahun 2009, dengan status penyelenggara pemilu (KPU) yang masih ditangani oleh KPU Bolaang Mongondow. Dari tingkat partisipasi pada momentum pemilihan yang terakhir yakni pemilihan serentak 2020 yang mencapai 95,94persen, paling tidak

menggambarkan bahwa kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara berjalan dengan maksimal, meski sekali lagi tidak bisa dijustifikasi sebagai satu-satunya penyebab.

Setidaknya dari pengalaman sosialisai yang kami lakukan yang menjadi perhatian khusus yakni Desa Kokapoy di Kecamatan Mooat, Desa Jiko Belanga di Kecamatan Nuangan, serta Desa Bokaka di Kecamatan Kotabunan. Tentu tidak bermaksud mengabaikan Desa-Desa lainnya yang juga memerlukan perlakuan khusus dalam konteks penjangkauan sosialisasi kepemiluan maupun kegiatan pendidikan pemilih lainnya.

Desa Kokapoy sempat menjadi perhatian publik pada saat Pemilu 2019, karena banyak terdapat pemilih ganda. Namun terkait sengakarut persoalan pemilih ganda ini mungkin bisa diceritakan di kesempatan lain. Setidaknya persoalan Data Pemilih tersebut tetap harus menjadi perhatian khusus dalam periode-periode kepemiluan yang akan datang.

MENAKAR ARUS SOSIALISASI PEMILU / PILKADA