• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tantangan Sosialisasi Pilkada di masa Pandemi

Keunikan SOSIALISASI Loka

MENAKAR ARUS SOSIALISASI PEMILU / PILKADA DI DAERAH NUSA UTARA

F. Tantangan Sosialisasi Pilkada di masa Pandemi

Pilkada tahun 2020 harus di akui merupakan pilkada yang paling unik dan pertama yang pernah di selenggarkan oleh bangsa indonesia sejak pertama kali dilakukan, dimana pilkada di selenggarakan dimasa pandemi virus corona, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pihak penyelenggara dan seluru pihak yang berkepentingan di dalamnya mulai memikirkan rekayasa tahapan sampai pada proses pelaksanaannya.

Dalam melakukan sosialisasi tahapan pilkada, KPU Kabupaten sangihe dalam pelaksanakan pilkada gubernur dan wakil gubernur Sulawesi utara tak lepas dari dampak pandemi ini, sehingga sangat di perlukan pikiran pikiran inofatif dan strategis dalam melakukan berbagai macam bentuk sosialisasi pilkada selama tidak menyalahi

Foto. Sosialisasi di daerah partisipasi rendah dan Sosialisasi di daerah terpencil, Dok. PARMAS KPU Kab. Sangihe

171

Potret SOSIALISASI Pemilihan Tahun 2020 di Tengah Pandemi Covid-19

maka semakin banyak informan yang dapat melanjutkan informasi informasi untuk di sampaikan kepada masyarakat.

Seiring dengan aturan dan protokol kesehatan tersebut maka dengan terpaksa pihak KPU Kabupaten Kepulauan Sangihe hanya mengundang beberapa orang dalam sosialisasi tersebut dengan kapasitas orang tersebut sebagai tokoh agama ataupun tokoh agama dan pemerintah kecamatan yang notabene mereka ini memiliki basis masa yang jelas untuk di sampaikan informasi yang mereka dapatkan dalam sosialisasi tersebut. Sosialisasi di basis kecamatan ini, dari 15 (lima belas) kecamatan hanya bisa di lakukan di 12 (dua belas) kecamatan yang ada di daratan sedang di 3 (tiga) kecamatan di kepulauan kita terbentur dengan persoalan dana transportasi yang tidak teranggarkan.

Sosialisasi di Kecamatan Tahuna Timur, Kecamatan Tahuna Timur dan Sosialisasi di Kecamatan Tamako Dok. PARMAS KPU Kab. Sangihe

6. Sosialisasi di daerah terpencil dan daerah partisiasi rendah.

Tujuan sosialisasi dengan pilihan daerah terpencil dan partisipasi ren tentu berkaca dari pemilihan sebelumnya yaitu pemilihan prsiden dan pemilihan legislatif tahun 2019, sehingga menjadi penting dilakukannya sosialisasi di darah dengan masalah seperti ini.

F. Tantangan Sosialisasi Pilkada di masa Pandemi

Pilkada tahun 2020 harus di akui merupakan pilkada yang paling unik dan pertama yang pernah di selenggarkan oleh bangsa indonesia sejak pertama kali dilakukan, dimana pilkada di selenggarakan dimasa pandemi virus corona, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pihak penyelenggara dan seluru pihak yang berkepentingan di dalamnya mulai memikirkan rekayasa tahapan sampai pada proses pelaksanaannya.

Dalam melakukan sosialisasi tahapan pilkada, KPU Kabupaten sangihe dalam pelaksanakan pilkada gubernur dan wakil gubernur Sulawesi utara tak lepas dari dampak pandemi ini, sehingga sangat di perlukan pikiran pikiran inofatif dan strategis dalam melakukan berbagai macam bentuk sosialisasi pilkada selama tidak menyalahi

Foto. Sosialisasi di daerah partisipasi rendah dan Sosialisasi di daerah terpencil, Dok. PARMAS KPU Kab. Sangihe

aturan yang mengaturnya. Hal yang paling di rasakan dalam pilkada di masa pandemi ini adalah tahapan sosialisasi pembentukan penyelenggara badan adhoc, ada kecemasan dan ada ketakutan di tengah tengah masyarakat bahwa mnejadi penyelenggara di masa pandemi akan sangat mudah terpapar oleh virus corona. maka dengan ketakutan masyarakat tersebut pada masa perekrutan badan adhok banyak kuota yang tidak terpenuhi atau sedikit yang berkeinginan menjadi penyelenggara dari jumlah yang di butuhkan.

Banyak langkah langkah yang di lakukan oleh KPU Kabupaten Sangihe mulai denan berkoordinasi dengan pihak pemerintah selevel kecamatan maupun desa sampai pada koordinasi dengan lembaga lembaga profesi seperti profesi guru maupun profesi lainnya. Namun langkah ini juga hanya sedikit menolong, sehinga mau tidak mau KPU dan Pemerintah melakukan strategi “dari pintu ke pintu” atau mendatangi calon penyelenggaranya secara langsung agar bersedia terlibat da berpartisipasi dalam pilkada dengan cara menjadi penyelenggara badan adhoc di wilayah dominsilinya. Strategi inilah yang kemudian menjadi jalan keluar terhadap masalah badan adhoc dan di anggap paling sukses secara kuantitas namun kelemahannya adalah secara kualitas sumberdaya manusia sangat kurang di karenakan kebanyakan yang bersedia adlah mereka yang belum berpengalaman dalam proses penyelenggaraan sementara mereka yang sudah memiliki pengalaman lebih memilih tidak bersedia dengan alasan “pada saat pemilihan umum 2019 tidak ada pandemi namun mereka sangat kewalahan bahkan banyak yang meninggal dunia di tingkat PPS dan KPPS, apalagi dimasa pemilihan kepala daerah 2020 di laksanakan di masa pandemi tentu dari segi mekanisme dan sebagainya akan semakin rumit”.

Selain persoalan pandemi diatas, KPU Kabupaten Kepulauan Sangihe secara lokal memiliki tantangan tersendiri dalam hal melakukan sosialiasi paling tidak masalah letak wilayah geografisnya yang memiliki 3 kecamatan kepulauan dan banyak wilayah desa kepulauan. Belum lagi kalo kita berbicara anggaran sosialisasi yang harusnya tidak boleh di sama ratakan dengan kabupaten / kota lainnya, sebab untuk biaya transpotasi saja kita memerlukan jumlah biaya yang tidak sedikit. Salah satu contoh di kecamatan marore, satu satunya transpor untuk mencapai titik tersebut adalah trasportasi melalui laut, ada transportasi laut yg tersedia untuk sampai di kecamatan marore namun jadwalnya dua minggu sekali sementara kalo kita menggunakan transportasi dengan model cakter dalam sekali pulang pergi kecamatan marore sedikitnya harus membayar 15.000.000 (lima belas juta rupiah) sampai 20.000.000 (dua puluh juta rupiah)

173

Potret SOSIALISASI Pemilihan Tahun 2020 di Tengah Pandemi Covid-19

aturan yang mengaturnya. Hal yang paling di rasakan dalam pilkada di masa pandemi ini adalah tahapan sosialisasi pembentukan penyelenggara badan adhoc, ada kecemasan dan ada ketakutan di tengah tengah masyarakat bahwa mnejadi penyelenggara di masa pandemi akan sangat mudah terpapar oleh virus corona. maka dengan ketakutan masyarakat tersebut pada masa perekrutan badan adhok banyak kuota yang tidak terpenuhi atau sedikit yang berkeinginan menjadi penyelenggara dari jumlah yang di butuhkan.

Banyak langkah langkah yang di lakukan oleh KPU Kabupaten Sangihe mulai denan berkoordinasi dengan pihak pemerintah selevel kecamatan maupun desa sampai pada koordinasi dengan lembaga lembaga profesi seperti profesi guru maupun profesi lainnya. Namun langkah ini juga hanya sedikit menolong, sehinga mau tidak mau KPU dan Pemerintah melakukan strategi “dari pintu ke pintu” atau mendatangi calon penyelenggaranya secara langsung agar bersedia terlibat da berpartisipasi dalam pilkada dengan cara menjadi penyelenggara badan adhoc di wilayah dominsilinya. Strategi inilah yang kemudian menjadi jalan keluar terhadap masalah badan adhoc dan di anggap paling sukses secara kuantitas namun kelemahannya adalah secara kualitas sumberdaya manusia sangat kurang di karenakan kebanyakan yang bersedia adlah mereka yang belum berpengalaman dalam proses penyelenggaraan sementara mereka yang sudah memiliki pengalaman lebih memilih tidak bersedia dengan alasan “pada saat pemilihan umum 2019 tidak ada pandemi namun mereka sangat kewalahan bahkan banyak yang meninggal dunia di tingkat PPS dan KPPS, apalagi dimasa pemilihan kepala daerah 2020 di laksanakan di masa pandemi tentu dari segi mekanisme dan sebagainya akan semakin rumit”.

Selain persoalan pandemi diatas, KPU Kabupaten Kepulauan Sangihe secara lokal memiliki tantangan tersendiri dalam hal melakukan sosialiasi paling tidak masalah letak wilayah geografisnya yang memiliki 3 kecamatan kepulauan dan banyak wilayah desa kepulauan. Belum lagi kalo kita berbicara anggaran sosialisasi yang harusnya tidak boleh di sama ratakan dengan kabupaten / kota lainnya, sebab untuk biaya transpotasi saja kita memerlukan jumlah biaya yang tidak sedikit. Salah satu contoh di kecamatan marore, satu satunya transpor untuk mencapai titik tersebut adalah trasportasi melalui laut, ada transportasi laut yg tersedia untuk sampai di kecamatan marore namun jadwalnya dua minggu sekali sementara kalo kita menggunakan transportasi dengan model cakter dalam sekali pulang pergi kecamatan marore sedikitnya harus membayar 15.000.000 (lima belas juta rupiah) sampai 20.000.000 (dua puluh juta rupiah)

G. Kesimpulan

Sosialisasi merupakan salah satu program di dalam rangkaian kegiatan pemilihan umum (pemilu). Sosialisasi Pemilu telah menjadi tanggungjawab KPU sesuai dengan penjelasan dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2015 tentang Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota. Pada pasal 1 poin 10 menjelaskan bahwa Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilihan, selanjutnya disebut Sosialisasi Pemilihan.

Sosialisasi Pemilihan adalah proses penyampaian informasi tentang tahapan dan program penyelenggaraan Pemilihan.

Pada Tujuan dilakukanya sosialisasi pemilu oleh KPU telah ditetapkan pada Peraturan KPU Nomor 5 Tahun 2015 pasal 3 yaitu: a) menyebarluaskan informasi mengenai tahapan, jadwal dan program Pemilihan; b) meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajiban dalam pemilihan; dan c) meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilihan

Dari uraian di atas amanat sosialisai seperti dalam peraturan KPU nomor 5 tersebut oleh KPU kabupaten Kepulauan Sangihe telah di laksanakan dan di lakukan secara baik dan bertanggung jawab, walaupun di sana sini masih terdapat banyak kekurangan namun KPU Kabupaten Sangihe bisa berbangga diri dengan terlaksananya pilkada 2020 berjalan sukses dan lancar bahkan di banding dengan pilkada gubernur dan wakil gubernur pada masa sebelumnya, tinggkat partisipasi dalam pilkada tahun 2020 di kabupaten kepulauan sanghe terhitung yang paling tinggi.

175

Potret SOSIALISASI Pemilihan Tahun 2020 di Tengah Pandemi Covid-19

G. Kesimpulan

Sosialisasi merupakan salah satu program di dalam rangkaian kegiatan pemilihan umum (pemilu). Sosialisasi Pemilu telah menjadi tanggungjawab KPU sesuai dengan penjelasan dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2015 tentang Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota. Pada pasal 1 poin 10 menjelaskan bahwa Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilihan, selanjutnya disebut Sosialisasi Pemilihan.

Sosialisasi Pemilihan adalah proses penyampaian informasi tentang tahapan dan program penyelenggaraan Pemilihan.

Pada Tujuan dilakukanya sosialisasi pemilu oleh KPU telah ditetapkan pada Peraturan KPU Nomor 5 Tahun 2015 pasal 3 yaitu: a) menyebarluaskan informasi mengenai tahapan, jadwal dan program Pemilihan; b) meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajiban dalam pemilihan; dan c) meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilihan

Dari uraian di atas amanat sosialisai seperti dalam peraturan KPU nomor 5 tersebut oleh KPU kabupaten Kepulauan Sangihe telah di laksanakan dan di lakukan secara baik dan bertanggung jawab, walaupun di sana sini masih terdapat banyak kekurangan namun KPU Kabupaten Sangihe bisa berbangga diri dengan terlaksananya pilkada 2020 berjalan sukses dan lancar bahkan di banding dengan pilkada gubernur dan wakil gubernur pada masa sebelumnya, tinggkat partisipasi dalam pilkada tahun 2020 di kabupaten kepulauan sanghe terhitung yang paling tinggi.

Bab 4