• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. KARISMATIK DALAM GEREJA

B. Peranan PDKK dalam Hidup Menggereja

2. Dasar-dasar Hidup Menggereja

dikenal sebagai persekutuan umat beriman kepada Yesus Kristus. Akar kata dari ”gereja” bukan berhubungan dengan gedung, namun dengan umat. Dalam Rm 16:5 dinyatakan: “Salam juga kepada jemaat di rumah mereka...” Paulus menunjuk pada Gereja di rumah mereka, bukan pada gedung gereja, namun kumpulan orang-orang percaya.

Sebagai anggota Gereja, maka umat juga diharapkan dapat hidup menggereja dengan pedoman 5 dasariah Gereja yaitu koinonia, leiturgia, kerygma, martyria,

dan diakonia.

2. Dasar-Dasar Hidup Menggereja

Hidup menggereja didasari oleh peristiwa Kerajaan Allah dalam fungsi-fungsi hidup Gereja yang terarah pada masyarakat yang lebih manusiawi, adil dan merdeka. Hidup menggereja adalah hidup yang dijalani umat yang mengimani Yesus sebagai juruselamat dunia yaitu umat Katolik di seluruh dunia. Menurut buku Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda (KWI, 1995: 25) terdapat istilah panca tugas (lima tugas) penyelamatan Gereja yaitu koinonia, diakonia, liturgia, kerygma, martyria.

a. Koinonia

Adalah tanggung jawab setiap anggota umat Allah membangun dan mengembangkan hidup komunitas, untuk menciptakan dan memperkuat persaudaraan, kesatuan, keutuhan, kehangatan, sehingga umat merasa memiliki karena ada perasaan sehati sejiwa sebagai umat Allah. Seperti Gereja adalah

 

kepada Yesus. Koinonia juga berarti ikut serta dalam persekutuan atau persaudaraan sebagai anak-anak Bapa dengan pengantaraan Kristus dalam kuasa Roh KudusNya. Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan erat dengan Allah Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, PuteraNya, dalam kuasa Roh Kudus. Melalui bidang karya ini, dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus. Hal ini berhubungan dengan ‘cura anima’ (pemeliharaan jiwa-jiwa) dan menyatukan jemaat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Oleh karena itu diharapkan dapat menciptakan kesatuan: antar umat, umat dengan paroki/keuskupan dan umat dengan masyarakat. Paguyuban ini diwujudkan dalam menghayati hidup menggereja baik secara territorial (Keuskupan, Paroki, Stasi/Lingkungan, keluarga) maupun dalam kelompok-kelompok kategorial yang ada dalam Gereja (KWI, 1995: 25).

b. Diakonia

KWI (1998: 25) menegaskan segala bentuk pelayanan kasih setiap anggota umat Allah terhadap satu sama lain dalam wujud dan bentuk yang konkret, khususnya dibidang kehidupan sehari-hari: material, sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan sehingga terwujud suatu kehidupan yang layak bagi seluruh umat Allah. Diakonia berarti ikut serta dalam melaksanakan karya karitatif/cinta kasih melalui aneka kegiatan amal kasih Kristiani, khususnya kepada mereka yang miskin, telantar dan tersingkir. Melalui bidang karya ini, umat beriman menyadari akan tanggungjawab pribadi mereka akan kesejahteraan sesamanya. Oleh karena itu dibutuhkan adanya kerjasama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati,

 

partisipasi dan keikhlasan hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan seluruh jemaat (Kis 4:32-35).

c. Leiturgia

Keterlibatan dan peran serta secara aktif tiap-tiap anggota umat Allah dalam ibadat dan perayaan bersama untuk menyembah dan bersyukur kepada Allah dalam doa bersama, mendengarkan sabda-Nya dalam Kitab Suci dan terutama dalam Perayaan Ekaristi Kudus dan sakramen-sakramen yang lain. Maka dari itu setiap minggu kita diberi kesempatan untuk merayakan liturgi. Dalam liturgi ini berarti mengamalkan tiga tugas pokok Kristus sebagai Imam, Guru dan Raja. Dalam kehidupan menggereja, peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup beriman. Melalui bidang karya ini, setiap anggota menemukan, mengakui dan menyatakan identitas Kristiani mereka dalam Gereja Katolik. Hal ini dinyatakan dengan doa, simbol, lambang-lambang dan dalam kebersamaan umat. Partisipasi aktif dalam bidang ini diwujudkan dalam memimpin perayaan liturgis tertentu seperti: memimpin Ibadat Sabda/Doa Bersama; membagi komuni; menjadi: lektor, pemazmur, organis, mesdinar, paduan suara, penghias Altar dan Sakristi; dan mengambil bagian secara aktif dalam setiap perayaan dengan berdoa bersama, menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap badan (KWI, 1998: 26).

d. Kerygma

Keterlibatan aktif dari setiap anggota umat Allah dalam pengajaran dan pewartaan kabar gembira melalui usaha-usaha saling mengajar dan saling meneguhkan, memperkaya iman dan pemahamannya dengan sharing, katekese

 

umat, katekese sekolah, katekese katekumenat, dan pendalaman iman. Jadi, pewartaan bukanlah hanya tanggungjawab hirarki saja, melainkan semua umat yang telah dibabtis, melalui babtisan yang sama secara Katolik. Pewartaan bukanlah anjuran, tetapi perintah yang dikatakan oleh Yesus sendiri sebelum naik ke surga.

Kerygma juga berarti ikut serta membawa Kabar Gembira, bahwa Allah telah menyelamatkan dan menebus manusia dari dosa melalui Yesus Kristus, Putera-Nya. Melalui bidang karya ini, diharapkan dapat membantu Umat Allah untuk mendalami kebenaran Firman Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati hidup berdasarkan semangat Injili, dan mengusahakan pengenalan yang semakin mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak mudah goyah dan tetap setia. Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya: pendalaman iman, katekese para calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen-sakramen lainnya. Termasuk dalam kerygma ini adalah pendalaman iman lebih lanjut bagi orang yang sudah Katolik lewat kegiatan-kegiatan katekese (KWI, 1998: 26)

e. Martyria

Kesediaan dan perutusan bagi setiap orang yang telah dibabtis untuk bersaksi tentang kabar gembira Yesus Kristus kepada setiap orang dalam hidup sehari-hari. Memberikan kesaksian juga adalah salah satu kewajiban bagi umat katolik dan sudah dibabtis dan menerima sakramen Krisma. Dengan kedua sakramen itu, umat dikuatkan untuk tugas perutusan dan memberikan kesaksian tentang TUHAN keseluruh dunia. Kesaksian iman menuntut keberanian dan kesetiaan bahkan rela mati dari setiap umat Allah melalui sikap, perbuatan, kata-kata dan

 

karya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kesaksian akan kejujuran, persaudaraan, kasih, pengorbanan, kesahajaan, kerendahan hati, keadilan, membela orang kecil, dan sebagainya, seperti yang telah diteladankan oleh para santo-santa dan Yesus sendiri, Putra Tunggal Allah yang Kudus. Martyria juga berarti ikut serta dalam menjadi saksi Kristus bagi dunia. Hal ini dapat diwujudkan dalam menghayati hidup sehari-hari sebagai orang beriman di tempat kerja maupun di tengah masyarakat, ketika menjalin relasi dengan umat beriman lain, dan dalam relasi hidup bermasyarakat. Melalui bidang karya ini, umat beriman diharapkan dapat menjadi ragi, garam dan terang di tengah masyarakat sekitarnya. Sehingga mereka disukai semua orang dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (KWI, 1998: 27).

Dalam Pengantar PAK Paroki yang disusun oleh Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A (2005: 6) dinyatakan bahwa kelima tugas penyelamatan ini dipenuhi dengan karya pastoral dalam tiga bentuk pelayanan sabda dengan mewartakan (kerygma), pelayanan ibadat dengan merayakan (leiturgia), dan pelayanan pengarahan dengan mengorganisisr dan mendidik umat Kristus (koinonia), supaya penuh cinta kasih dan matang untuk memberi kesaksian (martyria) dan pengabdian kepada sesama (diakonia). Dengan begitu, kelima tugas penyelamatan saling berhubungan satu sama lain, terkait satu dengan yang lainnya untuk menuju kepada keselamatan dalam Kristus. Melakukan kelima tugas penyelamatan Gereja berarti kita juga menjadi murid Yesus yang sejati dalam setiap perilaku yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Karya keselamatan semakin nyata apabila kita juga turut serta dalam tugas Kristus.