BAB II. UPAYA MEMBANGUN KELUARGA KRISTIAN
A. Keluarga Kristiani
2. Dasar-dasar Keluarga Kristiani
Kompendium Ajaran Sosial Gereja, 2009 menyatakan bahwa: ”Dasar
keluarga adalah kehendak bebas dari suami-istri untuk masuk kedalam kehidupan
perkawinan yang bukan didirikan oleh manusia melainkan oleh Tuhan sendiri”.
Di dalam sebuah keluarga kehendak bebas tidaklah lepas dari sebuah ikatan kudus
dimana Allah sendiri adalah pembentuk sebuah ikatan perkawinan yang
dilengkapi dengan berbagai kebaikan dan tujuan untuk membentuk keluarga yang
kristiani.
Ikatan perkawinan sebagai kebersamaan hidup dan cinta kasih yang
mendalam dibentuk oleh Sang Pencipta dan dilindungi. Ikatan perkawinan
tersebut diharapkan mampu melestarikan aturan Ilahi karena perkawinan adalah
sesuatu yang sakral. Melalui ikatan perkawinan pasangan suami istri bersatu dan
membuka diri untuk menerima keturunan dengan demikian ikatan perkawinan
tidak dapat lagi dibatalkan oleh siapapun. Dalam Kompendium Ajaran Sosial
Gereja, 2009 dinyatakan bahwa: ”Tidak ada kekuasaan yang dapat membatalkan
hak untuk menjalin ikatan perkawinan ataupun mengubah kekhasan dan
penetapan tujuan dari perkawinan”. Perkawinan yang sudah terjalin oleh suatu
ikatan sudah tidak dapat lagi dibatalkan oleh siapapun kecuali oleh maut ke
karena maut tidak direncanakan dan tidak dapat dihindari. Manusia sendiri tidak
memiliki hak untuk menguasai ikatan perkawinan karena pasangan suami istri
yang ada dalam ikatan perkawinan tersebut sudah saling menjanjikan kesetiaan
timbal balik serta membantu dan menerima keturunan.
b. Panggilan Allah
Perkawinan sebagai tanggapan pangggilan Allah. Injil Matius 19:9
“Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu karena itu apa yang sudah
perkawinan yang menjadi satu kesatuan tak dapat diceraikan oleh manusia. Allah
mempersatukan pasangan suami istri dalam sebuah ikatan perkawinan yang suci
yang tidak boleh dipisahkan oleh manusia dan hanya boleh dipisahkan oleh maut.
Allah memanggil pasangan suami istri untuk menjadi pasangan yang dapat
menyatukan segala perbedaan yang ada. Melalui perbedaan yang ada tersebut
pasangan suami istri ini diharapkan menjadi satu jalan, satu pikiran dan satu
tujuan dalam menangapi panggilan Allah melalui perkawinan mereka sehingga
perkawinan mereka dapat berlangsung sampai maut memisahkan.
Dalam kejadiaan 2:24 Allah bersabda “Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya
menjadi satu daging”. Allah menghendaki agar pengantin laki-laki meningggalkan
ayah dan ibunya, kemudian menyatu dengan istrinya untuk membangun keluarga
kecil mereka. Setelah menikah mereka diharapkan menjadi satu, satu dalam suka
dan duka dan nantinya dapat menghasilkan sebuah keturunan. Dalam Kejadian
2:28 ”Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka; beranak
cuculah dan bertambah banyak”. Dalam ayat ini jelas dinyatakan bahwa Allah itu
menghendaki setiap pasangan suami istri untuk beranak cucu sebanyak-
banyaknya. Allah mengharapkan agar pasangan suami istri yang dipanggil Allah
dapat membangun keluarganya dengan baik dan memperoleh keturunan yang
banyak.
c. Iman Akan Yesus Kristus
Menurut Telaumbanua 1999 orang yang beriman akan Yesus kristus
Orang yang menerima dan mau tunduk serta berserah kepada Allah, mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah, menerima bahwa Allah adalah kebenaran, menaruh kesadaran kepada-Nya dan bukan dirinya sendiri, dan dengan demikian menjadi teguh dan benar oleh kebutuhan dan kebenaran Allah.
Pasangan suami istri dapat dikatakan beriman akan Yesus Kristus apabila mau
menerima dan mempercayakan seluruh hidup rumah tangganya kepada Allah.
Maka pasangan suami istri perlu membiasakan diri terus menerus menghadirkan
Roh Kudus dalam seluruh peristiwa kehidupan keluarganya dan membiarkan
keluarganya dipimpin oleh-Nya, karena melalui dan di dalam-Nya kehidupan
pasangan suami istri semakin terarah dan akhirnya memampukan pasangan suami
istri untuk semakin percaya dan berharap pada Tuhan adalah kebenaran.
Dapat dikatakan pasangan suami istri yang beriman kepada Yesus Kristus
berarti menyerahkan seluruh kehidupan keluarganya hanya untuk Tuhan dan
tanpa ada suatu paksaan melainkan suatu keyakinan penuh dan suka rela. Oleh
karena itu beriman kepada Yesus Kristus sesungguhnya adalah penyerahan total
kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa melainkan dengan
sukarela.
d. Nilai Sakramen
Kitab Hukum Kanonik (Kan. 1055) menyatakan:
Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri
(bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak antara orang-orang yang baptis oleh kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen.
Dalam sebuah perkawinan sakramen perkawinan menjadi suatu patokan yang
terarah pada suatu kesejahteraan keluarga serta keterbukaan suatu keluarga dalam
menerima kelahiran seorang anak.
Masih dari Kitab Hukum Kanonik (Kan. 1057) mengenai perjanjian nikah:
“Kesepakatan perkawinan adalah tindakan kehendak dengannya seorang laki-laki
dan seorang perempuan saling menyerahkan diri dan saling menerima untuk
membentuk perkawinan dengan perjanjian yang tidak dapat ditarik atau
dibatalkan oleh pihak manapun karena perjanjian tersebut sudah sah dimata gereja
dan sungguh-sungguh diucapkan dari hati oleh kedua belah pihak. Perjanjian
tersebut bukti penyerahan diri secara utuh dari kedua belah pihak untuk
membangun sebuah keluarga.
Kompendium Ajaran Sosial Gereja, 2009 menyatakan lagi mengenai
Sakramen perkawinan:
Sakramen perkawinan mencakup seluruh kenyataan manusia dari cinta kasih suami istri dengan segala konsekuensinya, memampukan dan mewajibkan para suami istri dan orang tua Kristen untuk menghidupi panggilannya sebagai awam dan dengan demikian mencari Kerajaan Allah dalam usaha dan penataan hal-hal duniawi.
Sakramen perkawinan merupakan suatu kenyataan dimana cinta kasih setiap
pasangan suami istri terikat dengan segala resiko yang akan dihadapi agar mampu
melaksanakan segala kewajibannya sebagai pasangan suami istri untuk menagapi
panggilannya sebagai keluarga awam yang mencari Kerajaan Allah.