BAB II. UPAYA MEMBANGUN KELUARGA KRISTIAN
B. Upaya-upaya Membangun Keluarga Kristiani
5. Relasi Yang Mendalam
Relasi menjadi dasar keluarga kristiani karena relasi merupakan bagian
terpenting dalam membangun keluarga kristiani. Tanpa adanya relasi antara suami
istri, orangtua dan anak, keluarga dan masyarakat, keluarga dengan Tuhan sebuah
keluarga pasti tidak akan dapat dibangun dengan baik. Oleh karena itu, relasi
menjadi dasar pokok dalam membangun sebuah keluarga kritstiani seperti yang
dinyatakan oleh Brayat Munulyo dalam buku Kursus Persiapan Hidup
Berkeluarga, 2006 mengenai: relasi antar suami-istri, relasi antar orang tua dan
a. Relasi Antar Suami-Istri
Relasi suami dan istri merupakan relasi terpenting dalam keluarga. Mutu
relasi itu punya pengaruh yang sanggat besar terhadap mutu seluruh hidup
keluarga. Maka pantaslah kalau para pendamping keluarga memperhatikan hal ini.
Relasi suami dan istri itu memuat beberapa segi. Segi pertama adalah relasi pada
tingkat perasaan apakah mereka merasa dekat satu sama lain, apakah mereka
merasa bahagia bila sedang berbicara, bepergian bersama, atau makan minum
berdua atau sebaliknya, mereka justru merasa jauh satu sama lain dan merasa
tidak senang bila sedang berdekatan.
Segi kedua adalah relasi pada tingkat pikiran atau pandangan, apakah
mereka dapat bertukar pikiran dengan tenang, dengan argumentasi yang masuk
akal, apakah sebaliknya, mereka tidak pernah bertukar pikiran karena keduanya
serba berbeda dalam pandangan mereka. Segi ketiga adalah relasi pada tingkat
kehendak atau kemauan, apakah mereka dapat memadukan kehendak mereka,
sehingga mereka dapat merencanakan dan melaksanakan kehendak bersama.
apakah sebaliknya, kehendak mereka selalu berbeda sehingga tidak pernah dapat
dipersatukan.
Segi keempat adalah relasi seksual, baik yang terungkap melalui
persetubuhan maupun yang terungkap melalui bentuk-bentuk kemesraan fisik
lainnya, apakah mereka dapat saling membahagiakan melalui kemesraan seksual
itu, karena masing-masing selalu peka dan peduli terhadap kebutuhan
pasangannya, ataukah sebaliknya, setiap persetubuhan maupun kemesraan fisik
lainnya hanyalah menyenangkan satu pihak saja dan menyebabkan penderitaan
b. Relasi Antar Orang Tua Dan Anak
Meskipun relasi suami dan istri pada umumnya baik, keduanya karena
sulit mencapai kebahagiaan bila relasi mereka dengan anak-anak terganggu.
Maka, demi utuhnya kebahagiaan mereka, suami dan istri membutuhkan relasi
yang baik dengan anak-anak mereka. Seperti halnya pada relasi antara suami dan
istri, relasi antara orangtua dan anak-anak juga memuat beberapa segi, yakni segi
perasaan, segi pikiran, dan segi kehendak atau kemauan.
Segi pertama adalah relasi pada tingkat perasaan. Tidaklah cukup bahwa
anak-anak diberi makanan, minuman, dan pakaian yang memadai, mereka ingin
merasa dekat dengan orang tua, mereka ingin merasakan dilindungi dan disayangi
oleh bapak-ibu mereka. Sebaliknya, orang tua pun ingin dihargai dan dipercaya
oleh anak-anak mereka. Segi kedua adalah relasi pada tingkat pikiran, hal ini
terutama penting bila anak-anak sudah mulai mampu berpikir, mereka hendaknya
sering diajak bertukar pikiran. Janganlah mereka itu diperlakukan seolah-olah
mereka tidak mampu berpikir. Maka, bila ada perbedaan pandangan antara anak-
anak dan orang tua, semua pihak hendaknya bersikap rasional, tidak hanya
mencari kemenangan. Segi ketiga adalah relasi pada tingkat kehendak atau
kemauan. Tidak jarang terjadi bahwa orang tua memaksakan kehendak pada anak-
anak mereka, karena merasa lebih tua dan lebih berpengalaman. Hal itu dapat
terjadi karena orang tua kurang memahami kebutuhan dan keinginan anak-anak
muda. Padahal, sebagai pribadi yang berkehendak bebas, setiap anak punya
kehendak dan kemauan sendiri, dan dia tidak berbahagia bila orang lain
c. Relasi Antar Keluarga Dan Masyarakat
Tidak ada keluarga yang berbahagia bila anggotanya hanya hidup dan
bergaul dengan orang-orang serumah. Sejak kecil orang membutuhkan sosialitas,
membutuhkan dunia pergaulan yang luas. Maka, demi kebahagiaan masing-
masing anggota keluarga, mereka harus memiliki relasi yang baik dengan
masyarakat luas. Relasi itu mempunyai berbagai bentuk. Relasi-relasi yang paling
biasa ialah relasi dalam hal kerja, bertetangga, berorganisasi, dan beragama. Bila
relasi-relasi itu berjalan lancar, anggota keluarga dapat mengalami kebahagiaan.
Sebaliknya, bila terjadi banyak kegagalan dalam relasi-relasi itu, kebahagiaan
hanyalah merupakan impian belaka.
Dalam hal ini para pendamping keluarga dapat memberikan bantuan, yakni
dengan menolong keluarga-keluarga katolik dalam usaha meningkatkan mutu
relasi antara anggota-anggota mereka dengan masyarakat luas. Lebih bagus lagi
kalau para pendamping keluarga dapat menciptakan sarana-sarana penunjangnya,
d. Relasi Antar Keluarga Dan Tuhan
Salah satu dari tujuan utama pendampingan keluarga adalah
berkembangnya iman. Oleh karena itu, tidak boleh dilupakan pentingnya relasi
antara keluarga dan Tuhan. Relasi itu dapat dipelihara melalui tiga sarana utama
sebagai berikut:
Doa pribadi yang teratur oleh masing-masing anggota keluarga, terutama sebelum dan sesudah tidur, sebelum dan sesudah makan
Doa bersama di rumah, oleh seluruh keluarga, terutama pada saat ada anggota keluarga yang sedang merayakan hari ulang tahun, sedang bersedih, atau
sedang menghadapi suatu tugas penting;
Partisipasi anggota keluarga dalam ibadat di lingkungan maupun di paroki, terutama dalam perayaan Ekaristi pada hari minggu dan hari-hari raya penting,
seperti Natal dan Paskah. Sejak kecil anak-anak sebaiknya didorong untuk
terlibat dalam kegiatan jemaat katolik setempat, sesuai dengan tingkat usia dan
minat serta bakat mereka masing-masing. Semua anggota keluarga diharap
menerima Sakramen Tobat secara teratur.