• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar-dasar Latihan Koordinasi

Dalam dokumen BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR (Halaman 50-57)

Karakter umum latihan koordinasi adalah melakukan gerakan beraneka ragam dalam satu satuan waktu. Misalnya gerakan lari di tempat bersamaan dengan mendorong, tangan kanan ke atas dan tangan kiri ke depan. Berikut akan disajikan petunjuk-petunjuk pengajaran latihan koodinasi mata, tangan, dan kaki pada anak usia dini:

a) Ketinggian melemparkan harus tidak lebih tinggi dari pada di mana anak nyaman bisa mencapai overhead.

b) Menangkap bola harus antara pinggang dan bahu (lebih dekat ke pinggang). c) Menghadapi sekitar 2,5 kaki, dengan 3 kaki, dari dinding akan membantu

menstabilkan lemparan.

d) Bersikeras bahwa dua objek bilateral menyulap dengan konsistensi dalam melempar tinggi serta ritme sebelum berkembang menjadi tiga objek juggling.

e) Musik yang tepat dapat membantu untuk membangun irama juggling.

f) Mengatur jumlah lemparan dan menangkap rendah sehingga siswa pertama dapat mengalami kesuksesan tanpa kehilangan kontrol dari objek. Ini akan membantu untuk mengurangi kegagalan dengan lemparan konsisten.

h) Menetapkan 25 "melemparkan tangkapan" tanpa menjatuhkan sebuah benda sebagai tujuan untuk setiap tahap sebelum pindah ke perkembangan berikutnya.

i) Harus fokus pada puncak dari lemparan.

j) Keberhasilan awal sangat penting jika siswa harus intrensically termotivasi untuk terus berlatih.

k) Mengajar harus memberi teladan bagi siswa.

Pengalaman yang dijelaskan sejauh ini dapat ditingkatkan melalui gerakan yang juga bervariasi dari lambat ke cepat (yaitu objek dan orang) dan melalui berbagai tingkat produksi kekuatan (lembut untuk keras). Berdasarkan petunjuk-petunjuk latihan koordinasi mata, tangan, dan kaki di atas, maka dapat dibuat salah satu model untuk mengembangkan koordinasi yakni permainan lempar dan gelinding simpai untuk mengenal angka.

Dalam cabang olahraga Atletik, koordinasi digunakan atlet agar dapat melakukan teknik gerakan dalam Atletik secara berkesinambungan. Misalnya pada atlet lempar lembing yang dituntut untuk dapat melakukan lemparan yang dikombinasikan dengan gaya lempar untuk menunjang lemparan. Melakukan suatu gaya dalam melakukan lemparan adalah suatu teknik yang memerlukan koordinasi yang baik. Jika gaya yang dilakukan tidak dikuasai dengan baik maka akan berpengaruh terhadap hasil lemparan.

2) Latihan Koordinasi pada Anak Usia Dini atau Usia Sekolah Dasar Setiap anak senang akan bermain, bergerak, dan beraktivitas. Hampir setiap waktu dimanfaatkan untuk bermain dan atau bergerak. Anak-anak lebih senang melakukan aktivitas bermain yang menantang seperti melompat, memanjat, melempar, dan lain-lain. Dari aktivitas tersebut anak mendapatkan informasi dan pengalaman yang berguna untuk kehidupan anak selanjutnya. Menurut W. Rob dan E.J Leertouwer dalam Sukintaka, dkk (1979: 91), “Tingkat umur pendidikan usia dini yaitu umur 0-6 tahun dan sekolah dasar dibagi menjadi tiga, yaitu: kelompok umur pendidikan pertama antara 6 sampai 8 tahun,

kelompok umur pendidikan kedua antara 8 sampai 10 tahun, dan kelompok umur pendidikan ketiga antara 10 sampai 12 tahun”.

Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa anak lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Hendaknya bentuk latihan koordinasi yang dipilih untuk anak-anak adalah gerakan-gerakan dasar yang mengarah pada permainan, mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan anak, dan secara tidak langsung mengarah pada peningkatan keterampilan olahraga. Bentuk latihan koordinasi yang diberikan pada anak usia sekolah dasar didasarkan pada tahap gerak dasar yang menyenangkan, gerakan tersebut meliputi variasi lompat, variasi loncat, dan variasi langkah kaki yang dipadukan dengan arah pandangan mata serta ayunan lengan dan tangan.

Menurut Amung Ma’mun (2000: 20-21), “Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori, yaitu lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif”. Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ketempat yang lain atau mengangkat tubuh ke atas seperti berjalan, berlari, melompat, dan meloncat. Kemampuan nonlokomotor dilakukan di tempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai, yang terdiri atas: menekuk dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar. Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam-macam objek.

Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada usia dini dan sekolah dasar dapat diberikan latihan koordinasinkarena pada usia-usia tersebut anak mempunyai kecenderungan fisik yang mendukung ke arah perbaikan kualitas koordinasinya. Keuntungan bagi anak usia sekolah dasar yang memiliki kemampuan koordinasi baik, akan mampu menampilkan keterampilan dengan sempurna dan dapat dengan cepat mengatasi permasalahan gerak pada saat latihan maupun pertandingan. Dengan demikian, tanpa memiliki kemampuan koordinasi bagus, atlet akan mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan teknik yang kompleks. Hal ini dikarenakan latihan koordinasi bagi anak usia sekolah dasar amat baik diterapkan mengingat usia 8-12 tahun merupakan fase “development of

skill”. Koordinasi yang baik akan menghasilkan eksekusi teknik prima di dalam posisi sesulit apapun.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koordinasi Mata Tangan

Koordinasi mata tangan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi intelegensi, aktivitas visual, persepsi visual, koordinasi motorik, aktivitas gerak lengan, tangan, dan aktivitas penggunaan jari. Faktor ekstrinsik yaitu pengalaman koordinasi antara mata dan tangan seperti menyusun balok, bermain puzzle, mewarnai pada gambar yang telah tersedia, serta melempar dan menangkap bola.

Intelegensi merupakan salah satu faktor intrinsik karena intelegensi sendiri adalah koordinasi yang memberi struktur kepada tingkah laku suatu organisme sebagai adaptasi mental terhadap situasi baru. Dalam arti sempit, intelegensi sering kali diartikan sebagai intelegensi operasional, termasuk pula tahapan-tahapan yang sejak dari periode sensori motorik sampai dengan opersional formal misalnya saja pada fase sensorimotor, anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dan secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan gerakannya.

Aktivitas dari kerja visual berpengaruh terhadap konsentrasi terhadap objek ataupun penggunaan alat indra mata itu sendiri yang tidak mengalami gangguan untuk digunakan dalam melihat suatu objek. Visual persepsi adalah proses kemampuan dalam mengintregasikan input yang didapat secara visual. Maksudnya, setelah suatu bentuk diterima oleh mata, maka kemampuan visual persepsi di otak akan menjelaskan arti dari objek yang dimaksud sehingga berpengaruh juga terhadap koordinasi karena koordinasi juga akan memersepsikan suatu gambar yang berbentuk serta berbeda- beda polanya.

d. Peran Koordinasi Mata Tangan terhadap Kids Javelin Throwing

Pengertian koordinasi gerak dapat dilihat berdasar dari sudut pandang anatomi dan fisiologi serta biomekanik. Koordinasi gerak adalah hubungan timbal-balik antara pusat susunan gerakan dengan alat gerak dalam mengatur dan

mengendalikan impuls tenaga dan kerja otot serta proses-proses motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan. Koordinasi gerak dapat dilihat dari dari sudut pandang anatomi dan fisiologi. Dari sudut pandang fisiologi, koordinasi gerak dilihat sebagai pengaturan terhadap proses motorik terutama terhadap kerja otot-otot diatur melalui sistim persyarafan. Dari definisi ini dapat ditarik suatu pengertian bahwa koordinasi gerak meliputi pengoordinasian kerja otot-otot yang terlibat dalam pelaksanaan suatu gerakan.

Pengertian koordinasi gerak dari sudut pandang biomekanik diarahkan pada penyesuaian antara pemberian impuls kekuatan pada otot dengan kebutuhan pada setiap gerakan. Dari sudut pandang di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa koordinasi gerak adalah hubungan timbal-balik antara pusat susunan syaraf dengan alat gerak dalam mengatur dan mengendalikan impuls tenaga dan kerja otot serta proses-proses motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan.

Koordinasi akan terarah pada target motor yang sama apabila dalam gerakan terarah yang menghubungkan antara mata dan tangan, gerakan tersebut melibatkan gerakan dari lengan, tangan, dan jari-jari sehingga fungsi otak bagian koordinasi temporal mempunyai tugas antar anggota tubuh yang kompleks.

Pengalaman koordinasi antara mata dan tangan pada anak usia 7-8 tahun berupa anak mampu fokus untuk keterampilan gerak koordinasi motorik berupa mendorong, menangkap, memukul, melempar, dan memantul-mantulkan bola. Pada anak usia 7-8 tahun sangat aktif dan secara fisik telah menikmati berbagai tantangan yang menguji kekuatan serta ketangkasannya. Peningkatan kekuatan fisik serta koordinasi mata tangan membuat anak mampu memukul bola dan tulisan tangannya lebih terbaca terutama bagi anak perempuan.

Pengalaman koordinasi mata tangan pada anak usia di atasnya (9-10 tahun dan 11-12 tahun) tentunya akan lebih berkembang kepada gerakan yang lebih kompleks dari hanya sekedar melempar, menangkap, mendorong, memukul, dan memantul-mantulkan bola, menjadi gerak memerlukan koordinasi dengan anggota gerak tubuh yang lain seperti passing dan smash bola voli, melakukan forehand dan backhand dalam permainan tenis meja, ataupun nomor-nomor lempar dalam cabang olahraga Atletik yang memiliki tahap-tahap gerak pelaksanaan yang tidak

sederhana.

Salah satu nomor dalam cabang olahraga Atletik, khususnya Kids Athletics adalah Kids Javelin Throwing atau Lempar Turbo. Gerak pelaksaan Kids Javelin Throwing termasuk dalam gerak kompleks yang memerlukan berbagai unsur yang menunjang keberhasilan ataupun kesempurnaan geraknya. Gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing memerlukan koordinasi mata tangan yang baik untuk menunjang kesempurnaan gerak pelaksanaannya. Koordinasi gerak akan terarah pada target motor yang sama apabila dalam gerakan terarah yang menghubungkan antara mata dan tangan, gerakan tersebut melibatkan gerakan dari lengan, tangan, dan jari-jari sehingga fungsi otak bagian koordinasi temporal mempunyai tugas antar anggota tubuh yang kompleks. Target motor dalam hal ini adalah turbo atau lembing.

Gerak melempar adalah gerak yang sederhana, tetapi ketika pelaksanaannya dipadukan dengan beberapa gerakan seperti dalam Kids Javelin Throwingyang terdiri dari awalan, sikap siap melempar, pelepasan lembing dan diakhiri dengan gerak lanjut, maka gerakannya menjadi gerak kompleks yang membutuhkan berbagai unsur yang menunjang tercapainya kesempurnaan gerak untuk mendapatkan hasil lemparan yang maksimal.

Sumbangan koordinasi mata tangan dalam gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing dapat dilihat pada tahap gerak siap melempar dan pelepasan turbo dari tangan. Untuk dapat melakukan lemparan yang maksimal, koordinasi mata tangan yang baik sangat diperlukan dalam gerak melempar yang sifatnya kompleks mulai dari meluruskan lengan semaksimal mungkin ke belakang, dilanjutkan menarik lengan ke depan dengan gerak berkesinambungan dari pergelangan tangan dan telapak tangan serta jari-jari tangan yang menggenggam turbo untuk dilemparkan dengan sudut yang tepat pada timing yang tepat pula agar dapat menghasilkan lemparan yang maksimal.

Berkenaan dengan timing, Sadoso Sumosardjono (1990: 125) menyatakan bahwa, “Fungsi koordinasi mata tangan adalah integrasi antara mata sebagai pemegang utama, dan tangan sebagai pemegang fungsi yang melakukan suatu gerakan tertentu. Dalam hal ini, kedua mata akan memberitahukan kapan bola

berada di suatu titik agar tangan langsung mengayun untuk melakukan pukulan yang tepat”. Hal ini juga dapat diterapkan dalam gerak pelaksaanaan Kids Javelin Throwing, terutama pada saat sikap siap melempar yang dilanjutkan pelepasan lembing dari genggaman tangan.

Seperti dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa dalam melakukan lemparan, sektor lemparan dibatasi oleh garis batas yang digunakan sebagai batas dalam pengukuran jauhnya lemparan yang dihasilkan. Timing dalam hal ini terjadi ketika pelempar melakukan langkah terakhir mendekati garis batas sektor lemparan sebagai tumpuan pada tahap gerakan sikap siap melempar. Ketika mata melihat garis batas sektor lemparan sudah semakin dekat, maka langkah kaki terakhir dilanjutkan sebagai tumpuan pada tahap gerak sikap siap melempar dengan saat yang tepat agar gerakan yang terjadi berkesinambungan tanpa adanya saat behenti yang dapat mengurangi momentum yang tepat untuk melempar. Gerakan tersebut berupa tumpuan kaki yang dilanjutkan dengan meluruskan lengan yang memegang turbo atau lembing ke belakang sebagai sikap siap melempar yang diikuti putaran pinggul dan dilanjutkan dengan gerak melempar pada saat yang tepat dan sudut yang tepat untuk melempar atau melepaskan turbo dari genggaman tangan.

Koordinasi mata tangan merupakan biomotorik yang berhubungan langsung dengan persyarafan dalam aktivitas yang dilakukan. Dengan demikian, jika siswa memiliki koordinasi mata tangan yang baik, maka akan memiliki kemampuan untuk mengendalikan organ-organ syaraf ototnya selama melakukan gerakan melempar dengan perubahan titik berat badan yang cepat. Dan ini dapat dilakukan dalam keadaan statis maupun dalam keadaan dinamis. Selain itu, siswa atau pun atlet mampu untuk mempertahankan posisi badan pada saat bergerak untuk melakukan lemparan sehingga mampu untuk mempertahan posisi yang baik ketika melempar.

5. Daya Ledak Otot (Muscular Power)

Dalam dokumen BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR (Halaman 50-57)

Dokumen terkait