• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Kinestetik a. Definisi Persepsi

Dalam dokumen BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR (Halaman 36-44)

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Oleh karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.

Pada tubuh manusia terdapat lima sistem persepsi yaitu sistem visual, sistem auditorik, sistem kimiawi, sistem propriseptif, dan sistem sematosensorik. Pada sistem visual, indera yang terlibat adalah penglihatan. Pada sistem auditorik, indera yang terlibat adalah pendengaran. Pada sistem kimiawi, indera yang terlibat adalah pengecap dan penciuman. Pada sistem propriseptif, indera yang terlibat adalah indera vestibular (sebagai indera untuk orientasi atau keseimbangan) kinestetik (yang terletak di otot, sendi, dan tendon). Pada sistem sematosensorik, indera yang terlibat adalah sentuhan, tekanan, hangat, dingin, nyeri (serta kombinasi seperti gatal, geli, dan halus).

Persepsi adalah proses diterimanya stimulus atau rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti penginderaan atau sensasi yang disebut proses penerimaan rangsang. Persepsi merupakan proses yang berkorelasi antara pengalaman sebelumnya dengan sekarang, dan mengintegrasikan sensasi dari lebih dari satu sumber sensorik. Proses ini menjadi tatanan yang lebih tinggi daripada sensasi. Menurut Drowatzky (1981: 16) “Persepsi adalah simulasi dari organ sensorik yang menghasilkan sensasi untuk memberikan kontak dengan dunia luar”.

Sensasi dengan sendirinya tidak membawa informasi yang cukup untuk memahami dan menafsirkan lingkungan sekitar. Drowatzky (1981: 16) mengungkapkan bahwa, “Pemahaman dan interpretasi muncul melalui persepsi a high order proses di mana sensasi yang timbul lebih dari satu sumber yang terintegrasi dan pengalaman sebelumnya berkorelasi dan dibandingkan dengan situasi yang dihadapi”. Proses ini dipelajari dan tunduk pada hukum yang sama dari proses belajar sebelumnnya.

Persepsi merupakan proses yang subjektif. Persepsi yang dimiliki oleh setiap orang tidaklah sama. Perbedaan persepsi antara orang-orang adalah produk dari kapasitas sensorik yang berbeda dan karakteristik pribadi yang berbeda. Weintraub dan Walkerr dalam Drowatzky (1981: 177) menyatakan bahwa, “Persepsi adalah bersifat subjektif, pengalaman individual”.

Persepsi melibatkan integrasi informasi sensorik dari lebih dari satu jenis alat indera. Diskusi ini terutama berkaitan dengan dua sensasi yang mengandalkan paling berat untuk kinerja motor yaitu sensasi somesthetic (sensasi umum dari tubuh, seperti suhu, tekanan, dan posisi) dan sensasi visual. Konsep-konsep umum mengenai hubungan antara sensasi dan persepsi yang serupa untuk sistem sensorik yang berbeda, meskipun reseptor yang berbeda, jalur, dan area otak mungkin terlibat. Hal ini penting untuk menyadari bahwa penurunan nilai arti dapat menghasilkan gangguan gerakan dan gangguan motorik. Sensasi muncul tidak hanya dari daerah yang berbeda dari tubuh, tetapi rangsangan juga menuju ke area yang berbeda dari sistem syaraf. Beberapa cabang syaraf sensorik berakhir di tingkat yang lebih rendah dari sumsum tulang belakang menyebabkan gerak reflek.

b. Definisi Persepsi Kinestetik

Kata kinestetik berasal dari Yunani yang berarti "bergerak" dan "perasaan", yang berhubungan dengan perasaan gerak, seperti tegangan tekanan, kekuatan dan orientasi tubuh dalam ruangan serta perbeaaan posisi dan gerak anggota badan (George H. Sage, 1984: 178). Hal ini sesuai dengan pendapat Anthony dan Diana (1973: 301), yang menyatakan kinestetik adalah perbedaan posisi dan gerak bagian-bagian tubuh berdasarkan informasi visual, auditori dan verbal. Istilah kinestetik umumnya menyatakan pengertian tentang informasi yang berhubungan dengan posisi tubuh dalam ruangan dan hubungan bagian tubuh yang satu dengan lainnya.

Yang dimaksud dengan persepsi kinestetik yaitu kemampuan seseorang untuk dapat membayangkan dan menguasai gerak tubuh dalam ruang dan waktu. Persepsi kinestetik merupakan suatu fungsi organ-organ tubuh manusia yang erat

hubungannya dengan gerak tubuh serta anggota tubuh baik secara pasif maupun secara aktif. Persepsi kinestetik adalah kemampuan untuk memahami posisi, usaha, dan gerakan bagian tubuh atau seluruh tubuh selama kontraksi otot, kadang-kadang disebut sebagai indera ke enam (Barry L. Johnson dan Jack K. Nelson, 1986: 440).

Persepsi kinestetik mengacu pada masukan sensorik yang terjadi di dalam tubuh. Informasi postural dan gerakan dikomunikasikan melalui sistem sensorik oleh kontraksi dan kompresi otot dalam tubuh. Bahkan ketika tubuh tetap diam, persepsi kinestetik dapat memantau posisinya. Menurut Drowatzky (1981: 189) “Persepsi kinestetik merupakan pengetahuan tentang orientasi tubuh dalam ruang dan hubungan spasial antara bagian tubuh tergantung pada informasi dari proprioseptif, vestibular, dan reseptor visual”. Kemudian Rahantoknam (1988: l3), menyatakan bahwa “Persepsi kinestetik adalah kecakapan untuk merasakan gerakan tubuh secara tersendiri melalui alat - alat visual maupun auditori”.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa persepsi kinestetik adalah pengetahuan tentang orientasi tubuh dalam ruang dan waktu serta hubungan spasial antara bagian tubuh tergantung pada informasi dari proprioseptif, vestibular, dan reseptor visual untuk memahami posisi, usaha, dan gerakan bagian tubuh atau seluruh tubuh selama aksi otot, mengacu pada masukan sensorik yang terjadi di dalam tubuh.

Para Guru pendidikan jasmani telah lama mengakui pentingnya persepsi kinestetik. Steinhaus dalam Barry L. Johnson dan Jack K. Nelson (1986: 440) menyatakan bahwa “Otot-otot kita melihat lebih daripada mata kita”. Individu yang dapat mengamati demonstrasi dan memandang pentingnya sequense dari gerakan-gerakan akan mampu mengembangkan empati fisik, yang memungkinkan untuk mempelajari gerakan yang jauh lebih cepat dari yang lain yang kemampuan kinestetiknya tidak begitu berkembang. Persepsi kinestetik dapat ditingkatkan melalui latihan. Para guru Pendidikan Jasmani dan pelatih secara konsisten menuntut siswa ataupun atletnya untuk menyadari nuansa dari gerakan yang benar, seperti posisi bagian tubuh, raket, atau bagian lain dari peralatan pada berbagai titik dalam gerakan.

Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa persepsi kinestetik digunakan dalam proses belajar gerak. Honzik dalam Drowatzky (1981: 189) menyimpulkan bahwa “Persepsi kinestetik menjadi penting dalam belajar motorik setelah jenis lain dari informasi sensorik telah memulai proses belajar”. Ingebritsen, Lashley dan Ball dalam Drowatzky (1981: 190) juga menunjukkan bahwa persepsi kinestetik bukan merupakan faktor utama dalam peroses belajar. Ini menunjukkan bahwa rasa yang tepat yang dialami oleh atlet ataupun siswa harus diperoleh dengan aspek-aspek performa lainnya. Hal ini juga didukung oleh Fleishman dan Rich dalam Drowatzky (1981: 190), bahwa “Keterampilan dengan gerak kompleks yang membaik, diikuti juga oleh persepsi kinestetiknya”.

Pada saat seseorang melakukan keterampilan atau mengamati dalam situasi tertentu, menunjukkan perasaannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kemampuan menghadapi atau mengabaikan faktor-faktor yang dapat menguntungkan atau merugikan dalam melakukan tembakan sangat penting. Semakin baik konsentrasi pada bola akan menghilangkan isyarat yang tidak diperlukan. Sama halnya dengan keberhasilan seseorang dalam melakukan gerak lempar lembing yang membutuhkan perhatian pada perasaan lepasnya lembing dari tangan dan konsentrasi pada tempat melempar serta sudut lemparan yang tepat agar menghasilkan lemparan yang maksimal.

Sebenarnya jumlah informasi yang dihasilkan oleh saraf pada situasi tertentu lebih dari apa yang diamati seseorang. Sejak diketahui ada banyak saluran saraf misalnya saraf pendengaran, penglihatan, rabaan, maka banyak pula data yang dapat dilihatkan kepada individu. Kemudian seorang atlet harus berusaha untuk dapat menentukan atau mengetahui apa yang diperlukan untuk melakukan keterampilan agar dapat berhasil dengan baik. Kemampuan tersebut sangat diperlukan pada semua aktivitas gerak.

Dengan uraian tersebut di atas, secara umum terdapat hubungan antara kemampuan persepsi kinestetik dengan keterampilan gerak. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa peneliti tentang hubungan antara kinestetik dengan aktivitas gerak. Persepsi kinestetik sangat penting pada awal atau akhir maupun pada saat terjadi proses keterampilan gerak berlangsung

(George H. Sage, 1984: 178).

Lepas dari perbedaan pendapat di atas, mekanisme perseptual merupakan proses terhadap informasi yang terjadi dalam diri seseorang. Informasi yang diterima seseorang kemudian dideteksi dan diseleksi untuk memperoleh keputusan yang mutlak. Persepsi kinestetik merupakan fungsi yang berhubungan dengan informasi kinestetik, yaitu informasi yang diperoleh dari gerakan otot dan persendian sebagai umpan balik terhadap mekanisme cara yang sama dengan informasi yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya.

c. Peran Persepsi Kinestetik terhadap Kids Javelin Throwing

Kemampuan untuk menilai berat suatu benda adalah fungsi dari persepsi kinestetik. Ketika seorang individu mengambil objek, ketegangan di ototnya menghasilkan sinyal yang digunakan untuk mengatur postur. Hal ini tidak beroperasi dalam isolasi dari indera lainnya. Misalnya, ukuran berat hasil ilusi dalam ketidaksesuaian antara seberapa berat sebuah benda terlihat dan seberapa berat otot "berpikir" itu harus. Secara umum, objek yang lebih besar dinilai lebih berat dari benda-benda yang lebih kecil dengan berat yang sama.

Unsur yang dominan di dalam olahraga adalah bakat. Bakat sangat dipengaruhi oleh persepsi kinestetik dan bentuk tubuh yang baik serta tepat untuk cabang olahraga tertentu. Persepsi kinestetik merupakan bakat yang dibawa sejak lahir. Kemampuan seseorang untuk mempelajari gerak sangat ditentukan oleh persepsi kinestetik tersebut. Persepsi kinestetik merupakan kemampuan menggerakkan bagian-bagian tubuh atau keseluruhan tubuh dalam melakukan gerak otot yang mengacu pada indra yang ada pada otot. Otot itu lebih dapat melihat dan merasakan dari pada mata. Dalam olah raga ada unsur seni. Untuk mendapatkan seni dalam berolahraga harus menguasai kordinasi indra dan saraf.

Koordinasi merupakan kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh, seseorang dikatakan mempunyai koordinasi baik bila mampu bergerak dengan mudah, dan lancar dalam rangkaian gerakan, iramanya terkontrol dengan baik, serta mampu melakukan gerakan yang efisien. Analisis biomekanika mencakup dua aspek kajian gerak yaitu kinematika dan kinetika. Kinematika memberikan

informasi tentang gerak tubuh, lepas dari sumber gerak itu sendiri. Menurut Abdul Kadir Ateng (1992: 65) “Kinetika menelaah sumber daya yang menggerakkan tubuh”.

Seseorang yang mempunyai persepsi kinestetik yang baik akan dapat dengan mudah membayangkan suatu gerak, dan apabila didukung oleh bentuk tubuh yang sesuai, orang tersebut akan mudah mempelajari suatu keterampilan gerak dalam olahraga. Karena persepsi kinestetik ini dibawa sejak lahir, maka tidak semua orang dapat menjadi olahragawan yang berprestasi walaupun orang tersebut rajin berlatih dan memiliki motivasi yang tinggi. Dengan demikian faktor persepsi kinestetik seseorang sangat menentukan dalam penguasaan rangkaian gerak yang diharapkan. Seseorang yang memiliki persepsi kinestetik yang baik akan mudah mengekspresikan gerakan yang dia bayangkan ke dalam rangkaian gerak fisik yang nyata karena orang tersebut dapat menguasai otot-ototnya.

Gerak dasar dalam cabang olahraga Kids Athletics khususnya nomor Kids Javelin Throwing meliputi dua keterampilan yaitu keterampilan lokomotor dan keterampilan manipulatif. Yang dimaksud dengan keterampilan lokomotor adalah kemampuan seseorang untuk bergerak atau memindahkan berat badan dari posisi badannya dari satu tempat ke tempat yang lain. Keterampilan dalam nomor Kids Javelin Throwing mencakup gerakan berlari dan berjingkat ketika melakukan awalan serta gerak lanjut setelah melakukan lemparan. Keterampilan manipulatif merupakan kemampuan gerak menggunakan tangan untuk melempar turbo dalam nomor Kids Javelin Throwing.

Kids Javelin Throwing juga membutuhkan kemampuan untuk mempersepsi lembing atau turbo yang meliputi arah dan berat turbo ketika dilempar. Berdasarkan persepsi tersebut sebagai bentuk stimulus atau rangsang maka perlu disiapkan respon yang cocok untuk diterapkan menjadi konsep persepsi dan aksi.

Gerak dapat dikembangkan melalui latihan-latihan secara terus menerus sehingga dapat menemukan bermacam-macam gerak maupun posisi badan. Untuk dapat melakukan sesuatu yang baru sangat dipengaruhi adanya pengalaman yang telah dimiliki. Transfer mempunyai peranan yang sangat penting dalam belajar

gerak. Apa yang dipelajari seseorang dan kecepatan pencapaiannya tergantung dari situasi transfer yang bersifat positif maupun negatif.

Latihan keterampilan gerak pada salah satu anggota tubuh dapat meningkatkan keterampilan gerak pada sisi anggota tubuh yang lain yang tidak dilatih. Perkembangan otot terjadi secara sistematis antara anggota badan bagian kanan dan bagian kiri, namun sisi yang dominan sedikit lebih kuat. Beberapa penelitian mengenai waktu reaksi, waktu gerak dan kordinasi dalam hubungannya dengan transfer adalah sebagai berikut:

1) Fairclough (1952) melaporkan bahwa peningkatan kecepatan gerak tangan berpengaruh terhadap kecepatan kaki. Perbaikan waktu reaksi lebih mudah terjadi transfer dibanding dengan perbaikan waktu gerak.

2) Hopper (1962) melaporkan bahwa latihan koordinasi mata tangan dan latihan koordinasi mata-kaki pada satu sisi tubuh menghasilkan transfer pada sisi tubuh lainnya. Tetapi latihan koordinasi mata tangan menghasilkan pengaruh transfer negatif pada koordinasi mata-kaki.

Kondisi-kondisi yang sangat mempengaruhi terjadinya transfer dalam belajar gerak yang utama adalah kesamaan atau keserupaan di antara kedua kegiatan (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1994: 345).

Dari beberapa pendapat di atas penulis mengasumsikan bahwa bagi siswa yang mempunyai tingkat persepsi kinestetik tinggi akan mudah mentransfer dari pengalaman gerak serupa yang pernah dilakukan dan akan mudah menelaah sumber daya yang menggerakkan tubuh. Dengan banyak latihan maka akan terjadi banyak transfer yang akan mempengaruhi siswa dapat melakukan gerak, baik gerak tertutup maupun gerak terbuka dalam segala posisi dan kordinasi. Ketika sebuah keterampilan diajarkan dengan tujuan pengalihan dari pengalaman yang serupa, maka akan lebih mempercepat proses keberhasilan suatu latihan dan mampu bergerak dalam segala bidang.

4. Koordinasi Mata Tangan

Dalam dokumen BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR (Halaman 36-44)

Dokumen terkait