• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Ekstern

Dalam dokumen BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR (Halaman 62-73)

Faktor ekstern merupakan kondisi dan atau perangsang yang bersumber atau berada di luar dari individu, yaitu:

a) Motivasi

Motivasi olahraga adalah keseluruhan daya penggerak (motif) di dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin kelangsungan latihan, dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Dengan memberikan motivasi positif kepada individu dalam pelaksanaan program latihan akan berdampak meningkatkan performa latihan individu tersebut.

b) Latihan

Istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti practice, exercises, dan training. Pengertian latihan yang berasal dari kata practise adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. Pengertian latihan yang berasal dari kata exercises adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia sehinga

mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Kemudian exercises merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan, misalnya susunan materi latihan dalam satu kali tatap muka pada umumnya berisikan materi, yang terdiri dari pembukaan/pengantar latihan, pemanasan (warming-up), latihan inti, latihan tambahan (suplemen), dan cooling down atau penutup.

Power sangat berpengaruh dalam suatu aktivitas olahraga yang membutuhkan gerakan eksplosif. Kekuatan dan kecepatan yang dikombinasikan akan berperan penting dalam sebagian ketrampilan olahraga. Menurut Suharno H. P. (1985: 38) faktor-faktor yang mempengaruhi power adalah sebagai berikut:

(1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet. (2) Kekuatan dan kecepatan otot atlet.

(3) Waktu rangsangan dibatasi secara konkrit. (4) Koordinasi gerakan yang harmonis.

(5) Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP).

Daya ledak otot dipengaruhi oleh kekuatan otot dan kecepatan kontraksi otot sehingga semua faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut akan mempengaruhi daya otot. Jadi daya ledak otot adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja fisik secara tiba-tiba. Pemakaian daya ledak otot ini dilakukan dengan tenaga maksimal dalam waktu singkat dan pendek. Orang yang sering melakukan aktivitas fisik membuat daya ledak ototnya menjadi baik. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa power ditentukan oleh unsur kekuatan dan kecepatan. Akan tetapi, ditinjau secara lebih rinci perkembangan power dipengaruhi oleh banyaknya faktor. Kemampuan daya ledak otot ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: jenis serabut otot, panjang otot, kekuatan otot, suhu otot, jenis kelamin, kelelahan, koordinasi inttramuskuler, koordinasi intermuskuler, reaksi otot terhadap ransangan saraf dan sudut sendi.

Kemudian faktor kedua yang mempengaruhi power otot adalah kecepatan kontraksi otot yang terkait dalam hal ini yang berperan adalah jenis serabut otot putih dan cepat, kemudian kecepatan kontraksi otot merupakan juga yang penting karena power akan timbul apabila kekuatan otot dipadukan dengan kecepatan.

Power juga ditentukan oleh besarnya beban, besarnya beban maka otot menjadi lambat untuk bergerak, karena otot tidak mampu bergerak secara cepat. Sebaliknya, jika beban terlalu kecil dan rendah otot tidak bisa berkembang.

Latihan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan merupakan latihan untuk meningkatkan kualitas kemampuan fisik dengan tujuan utama meningkatkan daya ledak. Latihan tersebut memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap nilai dinamis jika dibandingkan dengan latihan kekuatan saja. Adapun menurut Pyke (1980: 75) “Dalam mengembangkan daya ledak, beban latihan tidak boleh terlalu berat sehingga gerakan yang dilakukan dapat berlangsung cepat dan frekuensinya banyak”.

c. Mekanisme Daya Ledak Otot (Power)

Daya ledak otot dapat didefinisikan sebagai kekuatan × jarak / waktu atau kekuatan × kecepatan. Force (kekuatan) memainkan peran kunci dalam produksi daya ledak dan jika tidak dipertahankan dengan latihan dapat mengakibatkan penurunan atau tidak ada perubahan dalam produksi daya ledak. Kekuatan mengacu pada beban x percepatan sedangkan kecepatan adalah jarak dibagi waktu dari gerakan.

Aksi konsentris otot tidak menghasilkan banyak kekuatan. Namun, output daya ledak dapat ditingkatkan lebih besar ketika gerakan eksentrik dan konsentris digunakan bersama-sama untuk mengambil keuntungan dari sifat elastis otot dalam siklus stretch-shortening cycle (SSC). Siklus ini dimulai dengan gerakan balasan yang cepat mengakibatkan peregangan otot target melalui aksi eksentrik. Otot memiliki kemampuan untuk diregangkan karena memiliki komponen elastis, yang terdiri dari jaringan ikat yang mengelilingi setiap lapisan jaringan otot. Ketika otot diregangkan, mechanoreceptors khusus yang terletak di dalam otot yang dikenal sebagai serat muscle spindle juga menggeliat dan mengirim umpan balik ke sistem saraf pusat. Umpan balik ini menyebabkan sinyal langsung dari serat otot untuk berkontraksi. Keterlibatan SSC dalam latihan memberikan output daya ledak yang lebih besar.

kekuatan pada setiap kecepatan gerakan. Meskipun gerakan Atletik terjadi sebagai akibat langsung dari tindakan otot rangka, hal itu terjadi dalam respon terhadap berbagai sinyal yang dikirim dan diterima dari sistem saraf. Gerakan terkontrol yang menghasilkan daya ledak selama aktivitas fisik dimulai pada korteks motorik yang terletak di lobus frontalis otak besar. Sinyal-sinyal listrik yang membentuk kuanta informasi yang kemudian diteruskan dari pusat otak yang lebih tinggi ke bawah batang otak ke sumsum tulang belakang yang kemudian merangsang unit motorik tertentu untuk mengontrol tindakan otot.

Jumlah motor unit yang direkrut untuk gerakan adalah salah satu faktor penentu yang paling penting dari amplitudo daya ledak yang dihasilkan karena menentukan jumlah luas penampang otot dan jumlah actin-myosin yang sesuai yang akan digunakan dalam gerakan. Pada tingkat aktivasi terendah, hanya motor unit yang terkecil yang direkrut dan menghasilkan daya ledak minimal. Saat tingkat aktivasi meningkat, ambang rekrutmen motor unit yang lebih besar terlampaui sehingga lebih banyak motor unit direkrut dan kekuatan bertahap menjadi lebih besar dan produksi daya ledak meningkat signifikan. Pada tingkat rangsangan tertentu, semua motor unit yang tersedia di dalam otot direkrut sehingga menghasilkan daya ledak tertinggi.

Persentase jenis serat yang membentuk unit-unit fungsional dari motor unit bervariasi oleh peran otot dalam gerakan manusia dan oleh individu. Misalnya, otot di daerah perut yang terlibat terutama dengan dukungan postural terdiri dari serat otot tipe I, sedangkan pada otot penggerak utama atau dalam otot lokomotif seperti vastuslateralis biasanya melihat jenis serat mulai dari sekitar 40% sampai 60% tipe I dantipe II. Seorang pelari maraton profesional mungkin memiliki lebih dari 80 sampai 90% serat otot tipe I. Hal ini memungkinkan kemampuan fisiologis untuk melakukan olahraga maraton. Level tinggi dari daya ledak tidak dapat diproduksi kecuali seorang atlet memiliki persentase otot tipe II yang lebih tinggi dalam regio penggerak utama. Namun, persentase ekstrim serat otot tipe II (misalnya> 70%) biasanya tidak ada.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa rangsangan listrik yang diberikan menghasilkan output daya ledak yang lebih besar dibandingkan dengan kontraksi

volunteer. Hal ini menunjukkan potensi output daya ledak maksimal otot dihambat oleh proses fisiologis tertentu. Untuk meraih output daya ledak maksimal mungkin akibat disinhibisi atau hilangnya inhibisi oleh proses tertentu dalam tubuh.

Banyak penelitian telah difokuskan pada fenomena coactivation, atau aktivasi otot antagonis bersama dengan otot agonis dari gerakan. Karena otot-otot antagonis yang digunakan dalam gerakan menentang arah gerakan, hal ini dapat menghambat kontraksi maksimum otot. Meskipun dapat merugikan terhadap output daya ledak maksimal, penelitian saat ini menunjukkan bahwa kontraksi otot antagonis untuk menstabilkan sendi, memungkinkan untuk kontrol yang lebih baik dari gerakan ini dan mencegah kerusakan jaringan dari overextension.

Mekanisme mencegah cedera yang lainnya adalah melalui Golgi Tendon Organ. Golgi Tendon Organ (GTO) adalah organ proprioceptor terletak di dalam tendon yang melekatkan otot ke tulang dan mengontrol jumlah gaya yang diterapkan pada tendon. Ketika kontraksi otot, menyebabkan tarikan pada tendon untuk memindahkan tulang. Jika jumlah kekuatan yang terlalu besar pada tendon, GTO diaktifkan dan menghambat otot untuk mencegah kerusakan pada otot, tendon atau tulang. Meskipun GTO bertindak sebagai ukuran keamanan terhadap cidera, tapi di sisi lain juga membatasi jumlah kekuatan yang dapat dikembangkan oleh otot. Disinhibisi dari GTO telah secara teoritis mampu membantu meningkatkan output daya ledak, tapi dengan kemungkinan mengorbankan potensi cedera. Dengan demikian, mengurangi aktivitas GTO dengan mempertimbangkan keamanan mungkin merupakan mekanisme potensial untuk menghasilkan output daya ledak yang lebih baik.

Daya ledak adalah bagian dari banyak gerakan baik intensitas rendah maupun intensitas tinggi. Mekanisme yang mendasari daya ledak melibatkan sejumlah karakteristik fisiologis dalam sistem neuromuskuler individu. Komposisi motor unit untuk ukuran serat otot, jenis dan jumlah memainkan peran penting bagi seorang atlet. Latihan yang optimal berdasarkan pada pemahaman bioenergetika pemulihan dan waktu sesi pelatihan merupakan masalah desain

penting bagi pengembangan program latihan.

Power adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang di kerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya atau sesingkat-singkatnya. Unjuk kerja kekuatan maksimal yang dilakukan dalam waktu singkat ini tercermin seperti dalam aktivitas memukul keras, tendangan tinggi, tolak peluru serta gerak lain yang beserta gerak lain yang bersifat eksplosif. Power merupakan salah satu dari komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan aktivitas yang sangat berat karena dapat menentukan seberapa kuat orang memukul, seberapa jauh seseorang dapat melempar, seberapa cepat seseorang dapat berlari dan lainnya.

d. Power Otot Lengan

Daya ledak atau power merupakan komponen kondisi fisik yang di dalamnya terdapat dua unsur pokok yaitu kekuatan dan kecepatan. Berkaitan dengan power, explosive power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerakan utuh. Lengan merupakan anggota gerak atas yang terdiri dari seluruh lengan, mulai dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan. Rangka dari pada anggota gerak atas dibagi menjadi 3 bagian besar:

1) Sceletion brachii, 2) Sceletion ante brachii, 3) Sceletion mani.

1) Tulang-tulang pada lengan tersebut dilapisi berbagai macam otot. Otot-otot yang terdapat pada lengan sisi posterior dan lengan bawah terdiri atas: (1) Otot deltoideus

2) Otot trisep

3) Otot brachioradialis,

4) Otot extensorcarpi radalis longus, 5) Otot extensordigitorum,

6) Otot extensor dan abductor ibu jari, 7) Otot anconectis,

8) Otot extensor karpudnaris, 9) Otot extensor retinakulum”.

Secara lebih jelasnya, susunan anatomi lengan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4. Susunan Anatomi Lengan Bawah

Gambar 5. Susunan Anatomi Lengan Atas

Semakin besar kekuatan otot, tenaga ketahanan, kelincahan serta kelenturan yang dimiliki, maka semakin cepat keterampilan (specifies skill), dan semakin sempurna penampilan. Terjadinya kontraksi otot dalam tubuh manusia akibat bekerja melawan beban yang diterimanya. Misalnya mendorong atau menolak suatu benda, menahan benda, menarik benda dan lain sebagainya. Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat jika mendapat rangsangan dari luar. Mekanisme kontraksi otot tidak sederhana, tetapi cukup kompleks. Hal terpenting dan harus diperhatikan saat otot berkontraksi adalah dibutuhkan cadangan energi. Kemampuan fisik yang baik selalu dibutuhkan dalam setiap cabang olahraga termasuk Aletik.

Bertolak dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan daya ledak otot lengan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot lengan untuk menghasilkan kerja fisik dengan mengerahkan kekuatan-kekuatan dari otot-otot lengan secara maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Daya ledak otot lengan dan kecepatan gerak lengan ini penting untuk cabang-cabang olahraga yang mengarahkan tenaga secara eksplosif dari otot-otot lengan. Termasuk pada nomor Kids Javelin Throwing pada cabang olahraga Kids Athletics.

e. Power Otot Tungkai

Power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang dibutuhkan hampir semua cabang olahraga, terutama cabang olahraga yang menuntut atletnya mempunyai daya ledak otot seperti dalam cabang Atletik, bela diri, olahraga permainan, dan sebagainya.

Power terutama penting untuk cabang-cabang olahraga yang atletnya harus menggerakkan tenaga yang eksplosif seperti nomor-nomor lempar dalam cabang olahraga Atletik. Juga dalam cabang-cabang olahraga yang mengharuskan atletnya untuk menolak dengan kaki, seperti nomor-nomor lompat dalam Atletik, sprint, Bolavoli (untuk smash), dan nomor-nomor yang ada unsur akselerasi (percepatan) seperti balap lari, balap sepeda, mendayung, renang dan sebagainya.

Tungkai adalah anggota tubuh bagian bawah (lower body) yang tersusun oleh tulang paha atau tungkai atas, tulang tempurung lutut, tulang kering, tulang betis, tulang pangkal kaki, tulang telapak kaki, dan tulang jari-jari kaki. Fungsinya sebagai penahan beban anggota tubuh bagian atas (upper body) dan segala bentuk gerakan ambulasi. Adapun fungsi tungkai menurut Ahmad Damiri (2003: 5) menyatakan bahwa, “Tungkai sesuai fungsinya sebagai alat gerak, ia menahan berat badan bagian atas, ia memindahkan tubuh (bergerak), ia dapat menggerakkan tubuh keatas, dan ia dapat menendang, dan lain sebagainya”.

Otot tungkai atau dikenal dengan musculus quadriceps adalah gabungan dari kekuatan otot tungkai paha (atas) dan otot tungkai bawah saat berkontraksi hingga relaksasi yang diperlukan dalam melakukan lompatan setinggi mungkin secara explosive. Otot tungkai terdiri atas otot tungkai atas dan otot tungkai bawah.

Otot tungkai atas terdiri dari tiga bagian yaitu: flexores, exeterisores dan adductors, yang terdiri dari tricep femoris dan bicep femoris. Otot-otot tersebut terletak pada batas pangkal paha sampai sendi lutut. Otot tungkai bawah terdiri dari tiga bagian yaitu: flexores, extensors, dan perinci otot. Ketiga otot tersebut pada batas bagian lutut bawah. Bentuk tungkai dan otot-ototnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 8. Susunan Anatomi Tungkai dari Lateral

Berkaitan dengan hal tersebut, maka tungkai sebagai penggerak dalam cabang olahraga Atletik nomor lempar perlu memiliki power, yaitu otot yang selain kuat juga mampu menampilkan gerakan yang cepat. Hal ini dibutuhkan agar atlet dapat melakukan lemparan atau lompatan yang jauh. Selain itu untuk menahan beban tubuhnya dan juga pengaruh gravitasi bumi sehingga menjadi beban ganda yang harus diterima tungkai tersebut.

Tidak dapat dipungkiri kenyataannya bahwa power tungkai mempunyai keterkaitan dengan prestasi dalam cabang olahraga Atletik. Oleh sebab itu, sebelum atlet diterjunkan dalam perlombaan, atlet tersebut harus sudah memiliki tingkat kemampuan fisik yang baik, dalam hal ini kemampuan daya ledak (power) otot tungkai. Agar otot tungkai memiliki power yang tinggi, maka harus diberi latihan-latihan yang sesuai dengan tuntutan tersebut, misalnya dalam metode latihan pliometrik seperti latihan lompat kodok (frog leaps), jingkat (hopping), bounding strides,dan bounding drives. Dan dalam metode weight training seperti squat jump, heel raise, step-up, dan sebagainya, dengan menerapkan prinsip-prinsip latihan secara benar, peningkatan kondisi fisik atlet dapat tercapai.

Banyak cabang-cabang olahraga yang membutuhkan kondisi fisik, khususnya exsplosive power dalam mencapai hasil yang baik. Di antara sekian banyak cabang olahraga tersebut salah satunya olahraga Atletik. Untuk melatih

daya ledak otot tungkai dapat dilakukan dengan berbagai cara dan memperhatikan aturan bebannya, terutama yang berkenaan dengan intensitas, volume, durasi, interval dan tempat gerakan. Daya ledak otot dapat dikembangkan melalui latihan-latihan dengan ketentuan bentuk dan metode latihan-latihan, intensitas beban, durasi pembebanan, repetisi, istirahat, dan fase latihan.

Di bawah ini dijelaskan bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan kemampuan daya ledak otot tungkai:

1) Loncat di tempat ( bisa pakai skiping)

2) Loncat maju, ke samping, mundur, ke kiri dan ke kanan. 3) Loncat naik turun tangga.

4) Lari sprint di pantai.

f. Peran Power terhadap Kids Javelin Throwing

Berdasarkan jenisnya, power dibedakan menjadi dua macam. Bompa (1990: 285) mengemukakan bahwa, ”Power dibedakan dalam dua bentuk yakni power acyclic dan power cyclic”. Jenis power ini dibedakan dari segi kesesuaian jenis latihan dan keterampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga, power acyclic dan cyclic dapat dikenali dari peranannya pada suatu cabangolahraga.

Daya ledak atau power acyclic adalah daya ledak dalam waktu singkat yang dihasilkan dari aktivitas gerakan. Cabang-cabang olahraga yang memerlukan power acyclic secara dominan adalah cabang olahraga yang dalam penampilannya terdapat gerakan melempar, menolak dan melompat seperti pada cabang Atletik, unsur-unsur gerakan pada senam, loncat indah, dan permainan. Sedangkan power cyclic adalah daya ledak yang berlangsung dalam waktu tertentu dengan gerakan berturut-turut atau berulang-ulang. Power cyclic lebih dominan untuk cabang olahraga yang dalam aktivitasnya terdapat gerak maju seluruh badan seperti lari cepat, dayung, renang, bersepeda dan sejenisnya.

Berdasarkan jenisnya, power yang berperan dalam nomor Kids Javelin Throwing adalah power acylic.

Dalam dokumen BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR (Halaman 62-73)

Dokumen terkait