• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasal 1 angka 17 UU PPN 1984 mendefinisikan Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

1. Harga Jual dan Penggantian

Harga Jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penjerahan Barang Kena Pajak tidak termasuk PPN yang dipungut menurut undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

Harga Jual adalah DPP untuk menghitung pajak yang terutang atas penyerahan BKP, sedangkan Penggantian adalah DPP untuk menghitung PPN jang terutang atas penyerahan atau pemanfaatan sesuatu yang serba tidak berujud.

Selain perbedaan tersebut, kedua jenis DPP tersebut memiliki persamaan, yaitu:

a. merupakan penjumlahan nilai berupa uang dan semua biaya

Adapun yang dimaksud dengan biaya yang merupakan unsur Harga Jual atau Penggantian sehubungan dengan penyerahan BKP atau JKP, antara lain adalah biaya pengangkutan, biaya asuransi, biaya bantuan teknik, biaya pemeliharaan, biaya pengiriman, biaya garansi.

Faktor yang menentukan adalah ada kaitan antara biaya tersebut dengan penyerahan BKP atau JKP. Apabila biaya-biaya itu tidak dibayar sesuai dengan perjanjian, akan mengham-bat kelancaran penyerahan BKP atau JKP.

b. Tidak termasuk pajak

Dalam Harga Jual atau Penggantian tidak pernah termasuk pajak yang terutang.

Dalam hal potongan harga hanya tercantum pada surat tagihan (invoice), maka tidak dapat mengurangi DPP.

+ - =

Contoh:

1) Perusahaan persewaan kendaraan bermotor, menyewakan satu unit kendaraan bermotor beroda empat dengan rincian biaya yang harus dibayar oleh penyewa sebagai berikut:

- Nilai sewa Rp 2.000.000,00 - Honorarium pengemudi Rp 500.000,00 - Premi asuransi Rp 200.000,00 +

Penggantian Rp 2.700.000,00 Dasar Pengenaan Pajak Rp 2.700.000,00

Apabila penyewa tidak bersedia membayar honorarium pengemudi dan premi asuransi, maka sewa menyewa batal dilaksanakan. Pengemudi diperlukan dalam hal penyewa me-merlukannya karena tidak menguasai jaringan jalan yang akan ditempuh.

2) Dalam sebuah perjanjian jasa kebersihan (cleaning service) antara PT Andini dengan PT Harum sebuah perusahaan kebersihan, terdapat rincian biaya yang harus dibayar oleh pihak yang menerima jasa dalam satu bulan sebagai berikut:

- Jasa kebersihan Rp 15.000.000,00 - Presmi asuransi keselamatan kerja Rp 500.000,00 - Honorarium petugas kebersihan Rp 5.000.000,00 +

Penggantian Rp 20.500.000,00

Dasar Pengenaan Pajak = Rp 20.500.000,00

Untuk penyerahan JKP seperti jasa kebersihan atau jasa keamanan yang menggunakan pola perjanjian alih daya (outscourcing), PPN yang terutang dihitung dengan mengalikan tarif PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak termasuk gaji/honorarium/imbalan yang dibayar kepada petugas kebersihan/keamanan yang merupakan karyawan dari perusahaan jasa alih daya (outscourcing). Penentuan DPP ini tidak tergantung pada cara penagihan, dilakukan terpisah atau menjadi satu. Juga tidak tergantung pada cara pembayaran.

HARGA JUAL

DALAM HARGA JUAL TIDAK PERNAH TERMASUK PPN DAN PPnBM DALAM PENGGANTIAN TIDAK PERNAH TERMASUK PPN

Contoh:

a) Dalam sebuah surat perjanjian kebersihan antara tersebut diatas sudah diperjanjikan bahwa dari nilai kontrak Rp20.500.000,00, bagian untuk honorarium petugas dibayar-kan langsung oleh yang perusahaan pemanfaat jasa sehingga jumlah yang dibayardibayar-kan kepada perusahaan outscourcing hanya Rp 15.500.000,00, maka DPP untuk menghi-tung PPN yang terutang adalah tetap, yaitu sebesar Rp20.500.000,00.

b) Dalam surat perjanjian disepakati bahwa sesuai dengan status kepegawaian petugas kebersihan, maka gaji akan dibayar oleh perusahaan yang bersangkutan. Tetapi pena-gihannya dipecah menjadi dua invoice, yaitu satu invoice untuk menagih pembayaran jasa kebersihan sebesar Rp 15.500.000,00, kemudian satu invoice lainnya untuk menagih gaji petugas kebersihan sebesar Rp5.000.000,00. DPP untuk menghitung PPN yang terutang tetap sebesar Rp20.500.000,00. Argumentasinya: tanpa kehadiran petugas kebersihan, maka penyerahan jasa kebersihan tidak pernah dapat dilaksana-kan.

Yang perlu diperhatikan adalah substansi dari surat perjanjian yaitu menyerahkan jasa kebersihan. Jadi tidak dapat dipisahkan antara kegiatan membersihkan ruangan, gedung dan lingkungannya (taman) dengan jasa menyediakan tenaga kerja. Antara “jasa keber-sihan” dengan penyediaan “tenaga kerja keberkeber-sihan” merupakan satu paket penyerahan

“jasa kebersihan”. Dalam Jasa Alih Daya tidak ada penyerahan tenaga kerja. Cara melaku-kan penagihan yaitu dalam satu paket penagihan atau dipisah menjadi dua macam pena-gihan antara penapena-gihan pembayaran kegiatan kebersihan dengan penapena-gihan atas honora-rium, gaji atau apapun namanya sebagai imbalan yang akan dibayarkan kepada tenaga kerja tidak mempengaruhi penentuan Dasar Pengenaan Pajak. Jasa kebersihan tidak pernah dapat dilaksanakan tanpa kehadiran tenaga kerja yang melakukannya kegiatan kebersihan.

2. Nilai Impor (Pasal 1 angka 20 UU PPN 1984).

Nilai Impor adalah nilai berupa uang, yang menjadi dasar penghitungan bea masuk di-tambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan dalam peraturan per-undang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut menurut UU PPN 1984.

Nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk adalah cost, insurance and freight (CIF), sehingga dari rumusan dalam Pasal 1 angka 20 ini dapat diformulakan sebagai

3. Nilai Ekspor (Pasal 1 angka 26 UU PPN 1984)

Nilai Ekspor sebagai Dasar Pengenaan Pajak dirumuskan sebagai nilai berupa uang, terma-suk semua biaya yang diminta atau yang seharusnya diminta oleh eksportir.

DPP atas ekspor BKP adalah Nilai Ekspor yang tercantum dalam PEB yang telah di-fiat muat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

4. Nilai Lain

Sebagai peraturan pelaksanaan Pasal 1 angka 17 UU PPN 1984 telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.03/2010 tanggal 31 Maret 2010 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 121/PMK.03/2015 tanggal 24 Juni 2015 yang menetapkan Nilai Lain sebagai DPP untuk beberapa penyerahan BKP dan JKP:

a. untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

b. untuk pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

c. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film (selain fim impor);

d. untuk penyerahan produk tembakau adalah sebesar Harga Jual eceran;

e. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar;

f. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/ atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan;

g. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli;

h. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;

i. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau

j. untuk penyerahan jasa biro perjalanan wisata dan/atau jasa agen perjalanan wisata berupa paket wisata, pemesanan sarana angkutan, dan pemesanan sarana akomodasi, yang penye-rahannya tidak didasari pada pemberian komisi/imbalan atas penyerahan jasa perantara penjualan adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih;

k. untuk penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang di dalam tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges) adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih.

5. Tarif PPN

UU PPN 1984 menerapkan tarif tunggal sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 sebagai berikut:

a. Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen);

b. Tarif PPN 0% dikenakan atas : 1) Ekspor BKP Berwujud;

2) Ekspor BKP Tidak Berwujud;

3) Ekspor JKP.

c. Dengan Peraturan Pemerintah, tarif PPN 10% dapat diubah menjadi paling tinggi 15%

atau menjadi paling rendah 5%.

BAB VIII

Dokumen terkait