• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYERAHAN BKP/JKP

7. Tata Cara Mengisi Faktur Pajak

Tata cara mengisi Faktur Pajak dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Setiap Faktur Pajak wajib menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak.

Penjelasan Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984, menegaskan bahwa Faktur Pajak harus diisi dengan lengkap, benar dan jelas baik secara formal maupun materiel dan ditandatangani oleh pejabat perusahaan yang ditunjuk oleh PKP. Faktur Pajak yang diisi tidak sesuai dengan ketentuan ini disebut Faktur Pajak Tidak Lengkap.

Dalam Pasal 7 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 24/PJ./2012 stdd PER-17/ PJ./2014 ditetapkan bahwa PKP yang membuat Faktur Pajak wajib menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang terdiri atas 16 (enam belas) digit sebagai berikut :

 2 (dua) digit Kode Transaksi;

 1 (satu) digit Kode Status, yang meliputi:

 13 (tiga belas) digit Nomor Seri Faktrur Pajak yang ditentukan oleh Dit Jenderal Pajak.

Kode Status Digunakan untuk

0 Normal

1 Penggantian

CONTOH PENGGUNAAN KODE DAN NOMOR SERI

010.000-14.00000001 Penyerahan kpd Selain Pemungut PPN, FP status adalah Normal, diterbitkan tahun 2014 dengan nomor urut 1

020.000-14.00000002

Penyerahan kpd Pemungut Bendahara-wan Pemerintah, FP Normal, diterbitkan

tahun 2014 dengan nomor urut 2

011.000-14.00000003 Penyerahan kpd Selain Pemungut PPN, FP statusnya Pengganti, diterbitkan

tahun 2014 dengan nomor urut 3

Gambar 34

Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 24/PJ./2012 stdd PER-17/PJ./2014 menegaskan lebih lanjut bahwa dalam hal atas penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN, PPN yang terutang dikecualikan dari pemungutan oleh Pemungut PPN, maka Kode Transaksi yang digunakan adalah “01”.

Untuk memperoleh Nomor Seri Faktur Pajak, PKP wajib memenuhi syarat:

1) sudah memiliki Kode Aktivasi dan Password; dan

2) sudah melaporkan SPT Masa PPN untuk 3 (tiga) Masa Pajak terakhir.

3) Cara memperoleh Kode Aktivasi dan Password.

Kode Aktivasi adalah kode yang berupa karakter yang dapat terdiri dari angka, huruf, atau kombinasi angka dan huruf yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak kepada PKP melalui surat pemberitahuan kode aktivasi.

Password adalah kode yang berupa karakter yang dapat terdiri dari angka, huruf, atau kom-binasi angka dan huruf yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak kepada PKP melalui surat elektronik (email).

Untuk memperoleh Kode Aktivasi dan Password, dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1) PKP mengajukan surat permohonan Kode Aktivasi dan Password ke KPP tempat PKP dikukuhkan menggunakan formulir yang sudah ditentukan yang diisi lengkap.

2) Setelah diteliti mengenai kelengkapan surat permohonan dimaksud, KPP memberikan Bukti Penerimaan Surat (BPS).

3) Dalam hal PKP memenuhi syarat yang telah ditentukan yaitu sudah diregistrasi ulang dan sudah diverifikasi, KPP:

a) menerbitkan surat pemberitahuan Kode Aktivasi yang dikirim melalui kantor pos, perusahaan ekspedisi atau jasa kurir ke alamat PKP;

b) mengirimkan Password melalui surat elektronik (email) yang dicantumkan dalam surat permohonan Kode Aktivasi dan Password.

4) Sebaliknya, dalam hal tidak memenuhi syarat, KPP menerbitkan surat pemberitahuan penolakan Kode Aktivasi dan Password.

5) Baik surat pemberitahuan Kode Aktivasi dan Password maupun surat pemberitahuan penolakan diberikan paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak surat permo-honan diterima.

6) Dalam hal diterima surat pemberitahuan penolakan, PKP dapat mengajukan lagi surat permohonan setelah dilakukan verifikasi.

7) Apabila surat pemberitahuan Kode Aktivasi kembali pos (kempos), PKP akan meneri-ma pemberitahuan melalui alameneri-mat emeneri-mail PKP pemohon. Selanjutnya PKP melakukan permohonan perubahan alamat sebelum mengajukan kembali permohonan Kode Akti-vasi.

8) Dalam hal PKP menerima Kode Aktivasi tetapi tidak menerima Password yang dikirim melalui email, PKP dapat mengajukan update email.

9) Apabila surat pemberitahuan Kode Aktivasi hilang, PKP dapat mengajukan permo-honan cetak ulang Kode Aktivasi ke KPP dengan dilampiri fotokopi “Surat Keterangan Kehilangan” dari kepolisian, dan BPS dari KPP sehubungan dengan surat permohonan Kode Aktivasi dan Password.

10) Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal surat pemberitahuan Kode Akti-vasi, Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan reaktivasi terhadap Kode Aktivasi yang telah dimiliki PKP.

b. Cara memperoleh Nomor Seri Faktur Pajak

1) PKP menyampaikan surat permintaan Nomor Seri Faktur Pajak dengan cara sebagai berikut:

a) menggunakan formulir yang telah ditentukan yang diisi dengan lengkap ke KPP tempat PKP dikukuhkan;

b) melalui laman (website) yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat

Jende-(2) mengikuti petunjuk pengisian tersedia.

2) Nomor Seri Faktur Pajak hanya diberikan kepada PKP yang telah memenuhi syarat se-cara kumulatif sebagai berikut:

a) telah memiliki Kode Aktivasi dan Password;

b) telah melakukan altivasi Akun Pengusaha Kena Pajak; dan

c) telah melaporkan SPT Masa PPN untuk 3 (tiga) Masa Pajak terakhir yang telah jatuh tempo secara berturut-turut pada tanggal diajukan surat permintaan Nomor Seri Fak-tur Pajak.

3) Apabila dari hasil penelitian petugas, surat permintaan sudah diisi dengan lengkap dan benar serta sudah memenuhi persyaratan yang ditentukan:

a) kepada PKP yang menyampaikan surat permintaan secara manual, KPP menerbitkan Surat Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak;

b) kepada PKP yang menyampaikan surat permintaan melalui laman Direktorat Jen-deral Pajak, PKP akan menerima surat pemberian Nomor Seri Faktu Pajak dalam bentuk elektronik.

4) Apabila Surat Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak hilang, rusak, atau tidak terscetak dengan jelas, PKP dapat:

a) meminta surat pemberian Nomor Seri Faktur Pajak ke KPP yang terkait;

b) melakukan cetak ulang surat pemberian Faktur Pajak melalui laman yang tersedia.

5) Adapun jumlah Nomor Seri Faktur yang diberikan ditentukan sebagai berikut:

a) kepada PKP baru atau PKP yang melaporkan SPT Masa PPN secara manual/hard-copy, paling banyak diberi 75 (tujuh puluh lima) nomor seri;

b) kepada PKP yang telah membuat Faktur Pajak dan melaporkan SPT Masa PPN untuk Masa Pajak sebelumnya secara elektronik (e-SPT), jumlah Nomor Seri Faktur Pajak yang dapat diberikan dirinci sebagai berikut:

(1) jika jumlah yang diminta oleh PKP > 120% (seratus dua puluh persen) dari jum-lah Faktur Pajak yang dibuat selama 3 (tiga) bulan sebelumnya, maka jumjum-lah Nomor Seri Faktur Pajak yang diberikan 120%;

(2) jika jumlah yang diminta oleh PKP ≤ 120% (seratus dua puluh persen dari jum-lah Faktur Pajak yang dibuat selama 3 (tiga) bulan sebelumnya, maka jumjum-lah Nomor Seri Faktur Pajak yang diberikan sesuai dengan jumlah yang diminta.

6) Nomor Seri Faktur Pajak yang tidak digunakan dalam suatu tahun pajak tertentu, di-laporkan ke KPP yang bersangkutan bersamaan dengan SPT Masa PPN Masa Pajak Desember, menggunakan formulir yang sudah ditentukan.

7) Dalam hal PKP pindah tempat kegiatan usaha yang wilayah kerjanya berada di luar wilayah kerja KPP tempat PKP dikukuhkan sebelumnya, maka PKP wajib mengaju-kan permohonan Kode Aktivasi dan Password ke KPP yang baru dengan menunjuk-kan asli pemberitahuan Kode Aktivasi dan Password dari KPP sebelumnya.

8) Bagi PKP yang pindah tempat kegiatan usaha di luar wilayah kerja KPP tempat PKP dikukuhkan sebelumnya, PKP masih dapat menggunakan Nomor Seri Faktur Pajak yang belum digunakan.

9) PKP yang melakukan pengisian Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka Faktur Pajak tersebut merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap.

10) Dalam Pasal 18 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ./2012 stdd PER-17/PJ/2014 tanggal 20 Juni 2014 ditentukan bahwa kode dan nomor seri Faktur Pajak yang dibuat oleh PKP Pedagang Eceran, tidak mengikuti ketentuan penomoran Faktur Pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

11) Identitas PKP pembuat Faktur Pajak diisi dengan nama, alamat, dan NPWP PKP yang menyerahkan dan/atau menerima BKP dan/atau JKP, sesuai dengan keterangan dalam Surat Pengukuhan PKP.

12) Khusus menyangkut identitas pembeli BKP/penerima JKP, penulisan alamat, diisi de-ngan alamat lengkap tempat domisili dan/ atau tempat kegiatan usaha PKP menurut keadaan yang sebenarnya atau sesungguhnya pada saat Faktur Pajak dibuat.

Contoh : Suherman, Jl. Unggul Jaya No. 126, Bekasi – 16139 atau

Juminten, Kp. Tosan Landep Rt. 15/Rw. 04, Kelurahan Glagah Arum, Keca-matan Galih Asem, Glagah Gede - 19238

Bagi PKP Pedagang Eceran, diperbolehkan tidak mengisi identitas pembeli BKP/pe-nerima JKP, tanda tangan, dan nama terang.

13) Penulisan nama BKP/JKP harus menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Dalam hal diketahui jumlah unit atau satuan tertentu lainnya, PKP harus menambahkan kete-rangan jumlah unit atau satuan tertentu lainnya dari BKP yang diserahkan tersebut.

14) Dalam hal yang diterima adalah uang muka, termin atau angsuran maka pada kolom

“Nama BKP/JKP” ditulis dengan keterangan yang terkait dengan pembayaran uang muka, misalnya Uang Muka, atau Termin, atau Angsuran, atas pembelian BKP dan/

15) Apabila pembayaran menggunakan valuta asing, konversi ke mata uang rupiah dilaku-kan hanya pada baris “Dasar Pengenaan Pajak” dan baris “PPN =10% x Dasar Penge-naan Pajak”, menggunakan nilai kurs yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Ke-uangan pada saat pembuatan Faktur Pajak. (Lampiran II angka 3 huruf c Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ./2012 stdd PER-17/PJ/2014).

16) Penandatanganan Faktur Pajak (Ps. 13 Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ./2012 stdd PER-17/PJ/2014)

a) Dengan menggunakan formulir yang sudah ditentukan, PKP wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis nama pejabat yang berhak menandatangani Faktur Pajak di-sertai dengan contoh tandatangannya dengan melampirkan fotokopi kartu identitas pejabat/pegawai penandatangan Faktur Pajak yang sah yang telah dilegalisasi pe-jabat yang berwenang kepada Kepala KPP paling lama akhir bulan berikutnya se-jak bulan pejabat/ pegawai tersebut mulai melakukan penandatanganan Faktur Pa-jak, menggunakan formulir yang telah ditetapkan.

b) Pejabat/pegawai yang ditunjuk untuk menandatangani Faktur Pajak dapat lebih dari 1 (satu) orang.

c) Apabila terjadi perubahan pejabat/pegawai yang berhak menandatangani Faktur Pajak, maka PKP wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada KPP Pajak paling lambat pada akhir bulan berikutnya sejak saat pejabat/pegawai pengganti mulai menandatangani Faktur Pajak.

d) Dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat PPN terutang, maka pejabat/pegawai yang ditunjuk di tempat-tempat kegiatan usaha sebelum pemusatan masih dapat menandatangani Faktur Pajak yang dibuat di tempat-tempat kegiatan usaha masing-masing.

e) Tidak atau terlambat menyampai pemberitahuan tentang pejabat/pegawai yang di-tunjuk untuk menandatangani Faktur Pajak, maka Faktur Pajak yang dibuat meru-pakan Faktur Pajak Tidak Lengkap.

f) Cap tanda tangan atau scan tanda tangan tidak diperkenankan dibubuhkan pada Faktur Pajak (Lampiran II Angka 11 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ./ 2012 stdd PER-17/PJ./2014).

g) Berdasarkan Pasal 9 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013 tang-gal 11 November 2011, untuk Faktur Pajak berbentuk elektronik, tanda tangannya berupa tanda tangan elektronik.

17) Dalam hal keterangan “Nama BKP/JKP” yang diserahkan tidak dapat ditampung dalam satu Faktur Pajak, maka PKP dapat :

a) membuat lebih dari 1 (satu) formulir Faktur Pajak yang masing-masing formulir menggunakan kode, nomor seri, dan tanggal Faktur Pajak yang sama, serta ditanda-tangani dan diberi keterangan nomor halaman pada setiap lembarnya, dan khusus untuk pengisian baris/kolom “Jumlah, Potongan Harga, Uang Muka yang telah diterima, Dasar Pengenaan Pajak, Pajak Pertambahan Nilai”, cukup diisi pada for-mulir terakhir Faktur Pajak; atau

b) membuat 1 (satu) Faktur Pajak dengan menunjuk nomor dan tanggal Faktur Pen-jualan yang merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari Faktur Pajak tersebut.

Dokumen terkait