BAB IV ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN INDONESIA TERHADAP
4.1. Dasar Pertimbangan Negara-Negara Anggota WTO Melakukan Retalias
4.1.4. Dasar Pertimbangan Dilakukannya Retaliasi dalam Kasus DS26,
a. US-EC Bananas Case III (Kasus DS27)
Organisasi yang mengatur mengenai perdagangan pisang di EC didirikan dengan adanya Council Regulation 404/93 (Rregulation 404/93). Ketentuan yang menggantikan rezim pengaturan perdagangan pisang sebelumnya ini menjadi pokok permasalahan dalam Banana Case karena tidak sesuai dengan prinsip Most Favoured Nations dengan adanya ketentuan yang terkait dengan tarif dan kuota untuk pisang. Dalam ketentuan ini, EC membagi pisang yang diimpor ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu Traditional ACP bananas, Non-traditional ACP bananas, dan Third-country bananas. Ketentuan mengenai tarif dalam Regulation 404/93 adalah:
253
Renée Johnson dan Charles E. Hanrahan, “CRS Report for Congress; The U.S.-EU Beef Hormone Dispute,” http://fas.org/sgp/crs/row/R40449.pdf, diunduh tanggal 12 November 2014.
Universitas Indonesia 1. Pembebasan tarif untuk pisang ketagori Traditional ACP
bananas.
2. Pembebasan tarif untuk pisang sebanyak 90.000 ton dengan tarif pengiriman sebesar €693 per ton untuk pisang kategori Non-traditional ACP bananas.
3. Tarif sebesar €75 per ton untuk impor pisang dengan jumlah sampai dengan 2.100.000 ton dan bertambah menjadi 2.453.000 ton di tahun 1995-1996 dengan tarif pengiriman sebesar €793 per ton untuk pisang kategori Third-country bananas.
Sedangkan untuk ketentuan mengenai kuota impor adalah impor pisang kategori Third-country bananas dan Non-traditional ACP bananas meningkat dari 2 juta ton menjadi 2,2 juta ton. Pada tahun 1995 dan 1996, sebanyak 353.000 ton ditambahkan ke kuota tarif sebagai akibat dari bertambahnya konsumsi dan pasokan kebutuhan EC akan pisang sehingga pada praktiknya, kuota pisang kategori Non- traditional ACP bananas dan Third-country bananas meningkat menjadi 2.553.000 ton. Dari kuota tarif tersebut, sebanyak 90.000 ton pisang kategori Non-traditional ACP bananas diberi pembebasan biaya masuk.
Ketentuan tersebut merugikan Amerika Serikat, mengingat Amerika Serikat adalah importir pisang terbesar di dunia, yaitu sekitar 3,7 ton254. Hal ini dikarenakan apabila EC menurunkan harga pisang di pasar bebas, dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan Amerika Serikat untuk terus memproduksi dan mendistribusikan pisang. Kebijakan ini juga secara spesifik merugikan perekonomian Amerika Serikat, mengingat kebijakan ini sangat berpengaruh terhadap
254
Tiga importir terbesar di dunia adalah Amerika Serikat (3,7 juta ton), EC (3,5 juta ton),
dan Jepang (0,9 juta ton), (Economic and Social Development Department FAO, “Overview of
World Banana Production and Trade,” http://www.fao.org/docrep/007/y5102e/y5102e04.htm, diunduh tanggal 13 November 2014).
Universitas Indonesia Chiquita Brands International Inc. (Chiquita) dan Dole Foods yang merupakan distributor pisang terbesar di Amerika Serikat. Chiquita dan Dole Foods berperan besar dalam perkembangan pasar pisang di EC. Oleh karena itu, kegiatan Chiquita dan Dole Foods sangat dipengaruhi oleh kebijakan EC dalam mendistribusikan peluang pangsa pasar. Kebijakan tersebut berdampak pada terhambatnya impor Amerika Serikat, pengiriman dan fleksibilitas distribusi Chiquita dan Dole Foods sehingga Chiquita dan Dole Foods harus memperbesar modal agar dapat kembali menjalankan kegiatan usaha. Dalam kasus ini, Panel menilai bahwa kebijakan impor pisang pada rezim ini telah melanggar ketentuan GATT.
Terhadap putusan Panel DSB tersebut, EC tidak menerapkannya dalam kebijakan impor pisang sehingga Amerika Serikat melaksanakan retaliasi terhadap EC berupa pengenaan bea ad valorem sebesar 100% atau sebesar 191.400.000 per tahun terhadap 9 (sembilan) produk yang dipilih oleh Amerika Serikat. Besaran retaliasi tersebut dihitung dari jumlah kerugian yang diderita Amerika Serikat akibat adanya kebijakan tersebut. Arbiter dalam putusannya sependapat dengan tindakan retaliasi tersebut mengingat salah satu tujuan retaliasi adalah untuk mendorong kepatuhan negara anggota255. Hal tersebut juga sejalan dengan pertimbangan Amerika Serikat bahwa yang pada dasarnya mengingnkan adanya kepatuhan EC terhadap ketentuan WTO 256 . Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pertimbangan Amerika Serikat dalam melakukan
255“...any assessment of the level of nullification or impairment
presupposes an evaluation of consistency or inconsistency with WTO rules of the implementation measures taken by the European Communities, i.e. the revised banana regime, in relation to the panel and Appellate Body findings concerning the previous regime... Accordingly, the authorization to suspend concessions or other obligations is a temporary measure ... nature indicates that it is the purpose of countermeasures to induce compliance,” (Decision by the Arbitrators : European Communities - Regime for the Importation, Sale And Distribution Of Bananas- Recourse To Arbitration by the European Communities Under Article 22.6 of the DSU (WT/DS27/ARB), paragraph 4.3 dan 6.3).
256“
The United States substantiates its reasoning ... had a "legal interest" to launch a complaint against the EC's previous regime based on the EC's obligations under the GATT.”( WT/DS27/ARB, paragraph 6.8).
Universitas Indonesia retaliasi terhadap EC adalah berdasarkan pertimbangan hukum, di mana legal interest Amerika Serikat dalam kasus ini adalah kepatuhan EC terhadap ketentuan WTO.
b. Mexico-US Offset Act/ Byrd Amendment Case (Kasus DS217)
Keberadaan Byrd Amendment sangat penting bagi kegiatan perdagangan Meksiko. Meksiko berpendapat bahwa dalam ADA dan SCM Agreement telah ditetapkan persyaratan minimum mengenai inisiasi penyelidikan terkait antidumping atau countervailing, yaitu penyelidikan tidak dapat dimulai kecuali pihak berwenang telah melakukan penentuan bahwa permohonan penyelidikan disampaikan oleh atau atas nama industri domestik257 yang dilakukan secara obyektif dan dengan itikad baik. Meksiko berpandangan bahwa Byrd Amendment menciptakan insentif keuangan bagi produsen domestik untuk mengajukan permohonan untuk dilakukannya dan insentif ini menyimpangkan dari fungsi pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak berwenang untuk melakukan penyelidikan untuk menentukan apakah permohonan telah disampaikan oleh atau atas nama industri domestik. Hal ini tentu akan merugikan Meksiko, mengingat Amerika Serikat adalah negara tujuan utama untuk ekspor produk dari Meksiko258.
Oleh karena itu, atas tidak dilaksanakannya putusan Panel DSB untuk menyesuaikan ketentuan Byrd Amendment dengan ketentuan WTO, maka Meksiko melakukan retaliasi terhadap Amerika Serikat. Mengingat Meksiko merupakan negara tujuan ekspor Amerika Serikat
257Pasal 5 ayat (4) ADA dan Pasal 11 ayat (4) SCM Agreement.
258Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama dari ekpor Meksiko, yaitu sekitar 70%
dari total ekspor Meksiko ditujukan untuk Amerika Serikat. Selain Amerika Serikat, Meksiko juga mengekspor ke sejumlah negara namun persentasenya tidak sebesar Amerika Serikat, yaitu negara Kanada sebesar 5.4%, Spanyol sebesar 2.1%, Cina sebesar 2.0%, dan Kolombia sebesar 1.8%,
(“Observatory of Econpmic Complexity; Learn About Trade in Mexico,” http://atlas.media.mit .edu/profile/country/mex/, diakses tanggal 13 November 2014).
Universitas Indonesia kedua terbesar setelah Kanada259, maka Meksiko melakukan retaliasi terhadap Amerika Serikat berupa berupa penambahan bea masuk sebesar 30% terhadap produk susu dan olahannya (dairy products)260 termasuk di dalamnya susu formula bayi, 20% terhadap produk anggur (wine products)261, dan 9% terhadap produk permen262.
Amerika Serikat sempat tidak setuju atas bentuk retaliasi tersebut karena Amerika Serikat berpendapat bahwa jumlah retaliasi yang dikenakan oleh Meksiko lebih besar daripada kerugian yang diderita sehingga tidak sesuai dengan tujuan retaliasi untuk mendorong kepatuhan. Selain itu, melihat posisi Meksiko sebagai 3 (tiga) besar negara tujuan ekspor Amerika Serikat, maka Amerika Serikat akan mengalami kerugian dengan dilaksanakannya retaliasi tersebut. Namun arbiter dalam putusannya263 tetap mengizinkan
259Meksiko merupakan negara tujuan kedua terbesar dari ekpor Amerika Serikat, yaitu
sekitar 11% dari total ekspor ditujukan Amerika Serikat untuk Meksiko. Selain Meksiko, Amerika Serikat juga mengekspor ke sejumlah negara, yaitu negara Kanada sebesar 13%, Cina sebesar
9.3%, Jepang sebesar 5.5%, dan Jerman sebesar 4.9%. (“Observatory of Econpmic Complexity;
Learn About Trade in United States,” http://atlas.media.mit.edu/profile/country/usa/, diakses tanggal 13 November 2014).
260Pertimbangan Meksiko melaksanakan retaliasi berupa penambahan bea masuk pada
impor dairy product adalah karena Meksiko adalah mitra dagang susu terbesar dari Amerika Serikat sepanjang tahun 1990-an. Sekitar $ 125.000.000 dolar susu dan produk susu yang dijual ke Meksiko dari Amerika Serikat. (David P. Ernstes and Joe L. Outlaw, “Dairy Sector Trade Between the United States and Mexico: An Overview,” http://agrinet.tamu.edu/trade/papers /sympos.pdf, diunduh tanggal 14 November 2014).
261Meskipun ekspor wine product bukan merupakan ekspor utama untuk produk yang
termasuk kategori agricultural exports, namun melihat pasar wine product sangat besar di Meksiko, maka pelaksanaan retaliasi di bidang wine product akan berjalan efektif (“Tariffs on Commodities of Export Interest to the United States,” http://www.ers.usda.gov/ media/919851/aer796k_002.pdf, dan Murray Silverman, Richard Castaldi, Greg Sorlien , dan Sally Baack, “Competition in the Global Wine Industry: A U.S. Perspective,”
http://online.sfsu.edu/castaldi/bie/globcase.htm, diakses tanggal 14 November 2014).
262Pertimbangan Meksiko melaksanakan retaliasi berupa penambahan bea masuk pada
impor permen adalah karena Meksiko merupakan pasar ekspor permen Amerika Serikat ketiga terbesar ($281 juta) setelah ekspor sebesar $1.8 miliyar untuk ekspor ke seluruh dunia dan sebesar $709 juta untuk ekspor ke Kanada (“Profile of the US Candy Industry,” http:// www.candyusa.com/content.cfm?ItemNumber=1607, diakses tanggal 14 November 2014).
263“... we have expressed some reservations about the notion of "inducing compliance", we
note that variable levels could achieve this objective without affecting the requirement of "equivalence" between the level of nullification or impairment and the level of suspension under Article 22.4 of the DSU... if the CDSOA remains in force, the amount of disbursements is likely to
Universitas Indonesia Meksiko untuk melaksanakan retaliasi sesuai dengan perhitungan kerugian Meksiko dengan pertimbangan bahwa penetapan tingkat retaliasi yang setara dengan kerugian yang ditujukan untuk meningkatkan kepatuhan tidak menjadi signifikan dalam kasus ini. Untuk itu diperlukan tingkat yang lebih tinggi untuk menutupi dan mencegah terjadinya kerugian yang diderita oleh Meksiko selama periode penyesuaian ketentuan Byrd Amendment terhadap ketentuan WTO. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pertimbangan Meksiko untuk melakukan retaliasi terhadap Amerika Serikat adalah pertimbangan dari segi ekonomi. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan retaliasi adalah untuk menyeimbangkan kembali kondisi ekonomi Meksiko akibat kerugian yang diakibatkan oleh diberlakukannya Byrd Amendment oleh Amerika Serikat.
c. US-EC Measures Concerning Meat and Meat Products/ Hormones Case (Kasus DS26)
Kasus Daging Sapi Hormon yang melibatkan Amerika Serikat dan EC ini pada intinya mempermasalahkan ketentuan EC di bidang impor daging yang diatur dalam Council Directive 81/602/EEC (Directive 81/602/EEC), Council Directive 88/146/EEC (Directive 88/146/EEC), dan Council Directive 88/299/EEC (Directive 88/299/EEC). Amerika Serikat berpendapat bahwa pengaturan sanitary protection dalam ketentuan tersebut tidak didasarkan pada risk assesment sehingga menyebabkan diskriminsai terhadap produk
increase in the coming years. We are conscious of the fact that higher countermeasures may not actually induce compliance in all instances. However, if we were to decide on a level of suspension fixed once for all on the basis of the first years of application of the CDSOA, it is possible that the level of suspension of concessions or other obligations would become, as time goes by, significantly less than the actual level of nullification or impairment resulting from the continued application of the CDSOA. In other words, the cost of the violation for the United States could decrease... We believe that such a risk exists in the present case and justifies that we determine a variable level of nullification or impairment and, consequently, a variable level of suspension of concessions or other obligations.” (Decision By The Arbitrator: United States – Continued Dumping And Subsidy Offset Act Of 2000 (Original Complaint By Mexico)-Recourse to Arbitration by the United States under Article 22.6 of the DSU (WT/DS234/ARB/MEX), paragraph 4.25).
Universitas Indonesia daging sapi yang berasal dari Amerika Serikat dan tidak sejalan dengan ketentuan SPS Agreement 264 sehingga Panel dalam putusannya, berpendapat bahwa EC bertindak tidak sesuai dengan SPS Agreement dan oleh karena itu, EC harus menyesuaikan ketentuan impor daging sapi tersebut dengan ketentuan SPS Agreement.
Terhadap putusan Panel DSB tersebut, EC tidak dapat menerapkannya dalam ketentuan sanitary protection untuk impor daging sapi dan produk daging sapi. Terhadap tindakan EC tersebut, Amerika Serikat memutuskan untuk meretaliasi EC dengan pengenaan bea tambahan untuk tarif dari dafta produk yang dipilih oleh Amerika Serikat dari impor EC sebesar US$ 202 juta per tahun. Namun arbiter dalam putusannya tidak mengabulkan tingkatan retaliasi tersebut karena arbiter berpendapat bahwa tingkat retaliasi tersebut terlalu tinggi sehingga tidak setara dengan kerugian yang benar-benar diderita oleh Amerika Serikat265. Arbiter memutuskan nilai kerugian yang diderita Amerika Serikat sebagai dasar pengenaan retaliasi yaitu sebesar US$ 116,8 juta per tahun266.
264
Ketentuan yang dilanggar oleh Directive 81/602/EEC, Directive 88/146/EEC, dan Directive 88/299/EEC adalah Pasal 3 ayat (1), Pasal 3 ayat (3), Pasal 5 ayat (1) , dan Pasal 5 ayat (5) SPS Agreement.
265“In this case the US has to identify the products ...equalling a total trade value that does
not exceed the amount of trade impairment we find. In our view, this obligation to sufficiently specify the level of suspension flows directly from the requirement of ensuring equivalence in Article 22.4, the substantive provision we have to enforce here. It is part of the first element under
the minimum requirements we outlined above, ...,” (Decision By The Arbitrators: European Communities – Measures Concerning Meat And Meat Products (Hormones) Original Complaint By The United States- Recourse To Arbitration By The European Communities Under Article 22.6 Of The DSU (WT/DS26/ARB), paragraph 21).
Universitas Indonesia