• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

5.1 Data Identitas Responden

5.1.2 Data Indetitas responden berdasarkan usia ... 58 5.1.3 Data Indetitas responden berdasarkan Agama ... 59 5.1.4 Data Indetitas responden berdasarkan Suku Bangsa ... 60 5.1.5 Data Indetitas responden berdasarkan Status Kependudukan.... 61 5.1.6 Data Indetitas responden berdasarkan Jumlah Penduduk ... 61 5.1.7 Data Indetitas responden berdasarkan Pekerjaan ... 62 5.2 Informasi tentang Jawaban Responden ... 63 5.2.1 Informasi mengenai Program KUR PT. BRI ... 64 5.2.2 Informasi mengenai kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat ... 73 5.3 Analisis Kuantitatif ... 83 5.3.1 Regresi Linier Sederhana ... 83 5.3.2 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 84 5.3.3 Uji t-Statistik ... 85 5.3.4 Uji Keseluruhan (Uji F-Statistik) ... 86

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 87 6.2 Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu tugas Negara adalah menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Negara yang sedang berkembang salah satunya Indonesia, pada umumnya memiliki jumlah penduduk yang banyak, yang secara potensial masih harus dikembangkan lagi agar menjadi modal dasar pembangunan yang efektif. Peningkatan modal insan tersebut mutlak perlu dikembangkan, jika Negara tersebut ingin melihat pembangunan yang sedang diupayakan berhasil mencapai tujuannya. Perubahan masa depan yang akan terjadi di Indonesia menyangkut dimensi sosial, politik, kultural serta ekonomi di mana Indonesia mulai masuk era industrialisasi. Industrialisasi bertujuan untuk menjadikan sektor industri yang mantap, kuat dan stabil melalui usaha terpadu yang melibatkan seluruh rakyat dengan berlandaskan azas demokrasi ekonomi, pemerataan dan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor dan tetap memelihara kelestarian lingkungan hidup.

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, kekayaan alam Indonesia tersebar diseluruh penjuru negara ini, kekayaan alam yang melimpah tersebut juga dibarengi dengan jumlah penduduk Indonesia yang termasuk memiliki penduduk terbesar di dunia, yang tentunya memiliki potensi sumber daya manusia yang menjanjikan. Namun pada kenyataannya potensi yang dimiliki Indonesia ternyata tidak mampu menjawab permasalahan sosial dan ekonomi bangsa ini.

Adapun permasalah yang terjadi ialah, tidak meratanya pembangunan dan kesenjangan ekonomi antar masyarakat menyebabkan kemiskinan menjadi permasalahan yang kompleks bagi negara ini. Selain itu pembangunan yang cenderung bersifat sentralisasi menyebabkan kemajuan ekonomi di berbagai daerah yang tidak mendapatkan pembangunan menjadi terhambat. Hal ini lah yang menyebabkan permasalahan kemiskinan semakin meningkat. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96

persen)

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau BAPPENAS baru-baru ini menyatakan bahwa sampai dengan Maret 2012, tingkat kemiskinan telah turun menjadi 11,96 % (29,13 juta jiwa). Sebelumnya, sampai dengan Maret 2011, tingkat kemiskinan nasional menurun hingga 12,49 %, dari 13,33 % pada tahun 2010. Selanjutnya, pada periode September 2011, tingkat kemiskinan menurun lagi menjadi 12,36 %. (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2012). Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa kemiskinan di Indonesia sangatlah memprihatinkan meskipun dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan.

Menghadapi permasalahan kemiskinan dan pembangunan ini, tentunya haruslah dilakukan dengan kerja keras dan usaha dari berbagai pihak, bukan hanya dari pemerintah namun juga masyarakat dari berbagai lapisan haruslah turut andil dalam menyelesaikannya. Sehingga diharapkan adanya kesinambungan antara pemerintah dengan masyarakat, agar permasalahan ini dapat segera diselesaikan.

Saat ini di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, ada beberapa program penanggulangan kemiskinan yang telah diluncurkan. Adapun program-program yang ditetapkan dalam masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono untuk penanggulangan kemiskinan adalah : Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR), Program Asuransi Kesejahteraan Sosial, Program Keluarga Harapan (PKH), Program Beras Untuk Rakyat Miskin (Raskin), Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan terakhir adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri).

Program-program yang telah diluncurkan oleh pemerintah ini pada dasarnya untuk meningkatkan tingkat sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Program-program ini diharapkan nantinya memperkecil beban ekonomi masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat meningkat dan program-program ini juga sekaligus mendongkrak kemampuan masyarakat untuk mendapat pendidikan, kesehatan dan pekerjaan.

Menanggapi permasalahan tersebut pemerintah pada 5 November 2007 meluncurkan program pemerintah yaitu Kredit usaha rakyat (KUR) yang diresmikan oleh presiden, dengan fasilitas penjamin kredit dari Pemerintah melalui PT. Askrindo dan Perum Sarana Pengembangan Usaha. Adapun Bank Pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri dan Bank Bukopin.

Kredit usaha rakyat adalah kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKMK yang feasible tapi belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan. UMKM dan Koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM dan Koperasi dapat langsung mengakses KUR di Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana. Untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada usaha mikro, maka penyaluran KUR dapat juga dilakukan secara tidak langsung, maksudnya usaha mikro dapat mengakses KUR melalui Lembaga Keuangan Mikro dan KSP/USP Koperasi, atau melalui kegiatan linkage program lainnya

yang bekerjasama dengan Bank Pelaksana. (

Secara umum tujuan Program KUR ialah melakukan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, penanggulangan kemiskinan, peningkatan akses pada sumber pembiayaan, pengembangan kewirausahaan, peningkatan pasar produk UMKMK, reformasi regulasi UMKMK. Upaya peningkatan akses pada sumber pembiayaan antara lain dilakukan dengan memberikan penjaminan kredit bagi UMKMK melalui Kredit usaha rakyat. Sejauh ini pemerintah telah menyalurkan sekitar Rp77,43 triliun kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). “Di mana hingga Juni 2012 tercatat sebanyak Rp77,43 triliun telah dikucurkan untuk program KUR dengan nasabah sebanyak

6,595 juta ora

Sejak adanya undang-undang pemekaran daerah maka salah satu daerah yang mengalami pemekaran ialah daerah Labuhanbatu Selatan. Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan diatur dalam undang-undang No.22 Tahun 2008. Secara administratif Kabupten Labuhanbatu Selatan terdapat lima kecamatan salah satunya ialah Kecamatan Kampung Rakyat dimana di kecamatan tersebut terdapat 15 desa salah satunya ialah desa Teluk Panji yang merupakan objek penelitian. Hal ini dikarenakan desa tersebut merupakan desa yang tergolong miskin dan minim sarana dan prasarana, kurangnya modal, taraf hidup rendah.

Pada lingkungan masyarakat di Desa Teluk Panji, Kecamatan Kampung Rakyat, banyak juga terdapat rentenir atau pengijon yang memberikan bantuan permodalan kepada para pengusaha kecil dengan menggunakan jaminan berupa harta benda yang dimiliki oleh para pengusaha kecil. Hal ini memang dapat membantu pengusaha kecil, tetapi hal tersebut hanya dapat menyelesaikan secara sementara dan setelah itu pengusaha kecil akan mendapat masalah baru yaitu pengembalian pinjaman yang disertai dengan tingkat bunga tinggi yaitu sekitar 5% sampai dengan 15% perbulan. Bagi pengusaha kecil yang terlambat membayar akan dikenakan denda dengan tingkat suku bunga yang tinggi. Oleh sebab itu, pengusaha kecil justru akan mengalami kesulitan dalam pengembangan usahanya serta pengembalian pinjaman kepada pihak pemberi pinjaman.

Oleh karena itu, kehadiran Kredit Usaha Rakyat tentunya diharapkan bisa membantu permasalahan yang ada di desa tersebut. Pelaksanaan ini diharapkan

bisa menjadi solusi. Namun hal-hal seperti bunga kredit yang juga termasuk tinggi menjadikan Kredit Usaha Rakyat juga memiliki masalah, yang tentunya bisa menjadi suatu pertanyaan yaitu apakah Kredit Usaha Rakyat memiliki pengaruh yang positif untuk masyarakat, atau malah sebaliknya.

Maka dari itu peneliti tertarik apakah Program KUR memiliki pengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat di desa tersebut sehingga peneliti mengangkat judul : “Pengaruh Program Kredit Usaha Rakyat PT.Bank Rakyat Indonesia Unit Teluk Panji terhadap kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di desa Teluk Panji Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhanbatu Selatan.”

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian (Soehartono, 2008: 23).

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : "Bagaimana Pengaruh Program Kredit Usaha Rakyat BRI terhadap kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di desa Teluk Panji Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhanbatu Selatan?"

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Pengaruh Program Kredit Usaha Rakyat PT. BRI. 2. Untuk mengetahui kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di desa Teluk

Panji Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 3. Untuk mengetahui Pengaruh Program Kredit Usaha Rakyat PT.BRI

terhadap kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di desa Teluk Panji Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka :

1. Pengembangan konsep dan teori-teori yang berkenaan dengan Kredit Usaha Rakyat dan Sosial Ekonomi Masyarakat.

2. Pengembangan model pelaksanaan Program Pemerintah khususnya Kredit Usaha Rakyat.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini meliputi :

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : Analisis Data

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kemiskinan

2.1.1 Pengertian Kemiskinan

Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang, sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Secara umum, istilah miskin atau kemiskinan dapat dengan mudah kita artikan sebagai suatu kondisi yang kurang atau minim. Dalam hal ini konsep kurang maupun minim dilihat secara komparatif antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau sekelompok orang di satu pihak dengan kebutuhan pribadi atau sekelompok orang di lain pihak. Pengertian minim disini bersifat relatif, dapat berbeda dengan rentang waktu yang berbeda. Dapat pula berbeda dengan lingkungan yang berbeda (Siagian, 2012: 2-4).

Beberapa ahli mengemukakan definisi kemiskinan :

1. Mencher (dalam Siagian, 2012: 5) mengemukakan, kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau

sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.

2. Pearce (dalam Siagian, 2012: 7) mengemukakan, kemiskinan merupakan produk dari interaksi teknologi, sumber daya alam dan modal, dengan sumber daya manusia serta kelembagaan.

3. Castells (dalam Siagian, 2012: 10) mengemukakan, kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup.

2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan

Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu :

1. Faktor Internal, yang dalam hal ini berasal dari dalam individu yang mengalami kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi :

a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.

b. Intelektual, seperti : kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi.

c. Mental emosional atau temperamental, seperti : malas, mudah menyerah dan putus asa.

d. Spiritual, seperti : tidak jujur, penipu, serakah dan tidak displin. e. Sosial psikologis, seperti : kurang motivasi, kurang percaya diri,

depresi, stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan.

f. Keterampilan, seperti : tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.

g. Asset, seperti : tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaran dan modal kerja.

2. Faktor Eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi :

a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.

b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat memenuhi kebutuhan hidup.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor infomal.

d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung serta usaha mikro.

e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak.

f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal, seperti zakat.

g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian struktural

(structural adjusment program).

h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan. i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana. j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material.

l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin. (Siagian, 2012: 114-116)

2.2 Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Sosial 2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Makna dari Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dan yang tersedia di lingkungan sekitarnya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Paradigma pemberdayaan sosial yang disusun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) oleh Pemerintah dan Dewan Permusyawaratan Rakyat (DPR) berisi 3 poin yang diprioritaskan:

1. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33 yaitu "Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat" dan pasal 34 berbunyi "Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara."

2. Triple Tracks Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), Pro-Employment, Pro-Income, Pro-Growth dalam bentuk agenda pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja dan penghapusan kemiskinan.

3. Strategi Pemberdayaan Sosial adalah pengurangan beban pengeluaran

beban pengeluaran rakyat dan peningkatan pendapatan rakyat yang diwujudkan dari Gerakan KUTABUNG (Kerja, Untung dan Tabung) Pemberdayaan sosial merupakan suatu upaya untuk membangun semangat hidup secara mandiri di kalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

hidup masing-masing secara bersama-sama. Fakta ini sekaligus menjadi pertimbangan utama untuk tidak seharusnya membuat dikotomi di antara permasalahan sosial dan ekonomi. Setiap upaya perbaikan harus dilandasi oleh komitmen individu yang kuat dan mencakup aspek intelektual, spiritual dan emosional. Sasaran yang menjadi fokus penanggulangan kemiskinan melalui strategi pemberdayaan adalah penduduk miskin yang berusia produktif, yaitu berkisar antara 15 tahun hingga 55 tahun. Penduduk miskin pada kisaran usia ini yang sehat jasmani maupun rohani merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi besar untuk menjadi pelaku aktif dalam pembangunan.

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata 'power' (kekuatan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka

perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto, 2009:58).

Menurut Kieffer, pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif. Parsons juga mengakukan tiga dimensi yang merujuk pada:

1. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar.

2. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.

3. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan (Parsons, dalam Suharto, 2009: 63).

2.2.2 Model Pemberdayaan Masyarakat

Perencanaan dan pembuatan keputusan berkaitan dengan program pembangunan kerap kali dilakukan secara top down, tanpa melibatkan tokoh-tokoh maupun anggota masyarakat sendiri. Akibatnya, aktifitas yang menjadi muatan program pembangunan tersebut tidak efektif dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Ketidakefektifan tersebut disebabkan berbagai faktor, seperti :

1. Aktifitas pembangunan yang tidak sesuai dengan keperluan masyarakat setempat,

2. Pemimpin masyarakat tidak bertanggungjawab atas program,

3. Masyarakat kurang dilibatkan dalam berbagai aktifitas dan tidak bertanggungjawab atas program dan efektivitasnya,

4. Aktifitas yang dilakukan justru menciptakan ketergantungan yang lebih menyusahkan daripada meningkatkan kualitas hidup masyarakat (Siagian, 2012 : 156-157)

Ginanjar Kartasasmita (dalam Siagian, 2012: 158) mengemukakan bahwa konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian pengembangan masyarakat dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community – based development). Menurut Ginanjar kartasasmita, pemberdayaan masyarakat adalah suatu aktifitas memampukan dan memandirikan masyarakat, dengan demikian masyarakat akan meningkatkan derajatnya.

Hardita (dalam Siagian, 2012: 158) mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah proses meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menganalisis keadaan, kesanggupan, dan masalah-masalah aktual yang perlu mendapat penyelesaian. Menurutnya, prinsip pemberdayaan masyarakat adalah pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna serta harapan mereka untuk menjadi lebih baik. Sedangkan titik tolak pemberdayaan masyarakat adalah untuk memandirikan masyarakat agar mampu meningkatkan derajat hidupnya, mengoptimumkan pemanfaatan segala sumber daya yang ada pada mereka dan yang ada di lingkungan mereka dalam rangka peningkatan kualitas hidup mereka.

2.2.3 Pembangunan Sosial

Pembangunan sosial secara khusus memiliki pengertian sebagai pembangunan yang menyangkut aspek non ekonomi dan dalam rangka tercapainya hak asasi atau kehidupan warga masyarakat sesuai harkat martabatnya sebagai manusia. Dalam rumusan Pre-Conference Working Party dari

International Conference of Social Welfare, pembangunan sosial diartikan sebagai aspek keseluruhan pembangunan yang berhubungan dengan relasi-relasi sosial, sistem-sistem sosial dan nilai-nilai yang berhubungan dengan hal itu (Sumarnogroho, 1984, dalam Soetomo, 2010:312). Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa pembangunan sosial memberi perhatian kepada keseimbangan kehidupan manusia dalam memperbaiki atau menyempurnakan kondisi-kondisi sosial mereka. Rumusan tersebut termasuk pengertian pembangunan sosial yang memiliki cakupan yang cukup luas.

Konsep pembangunan sosial juga dapat dilihat kaitannya dalam rangka mewujudkan cita-cita Negara Kesejahteraan (Welfare State). Konsep tersebut bersumber dari pemahaman tentang fungsi negara. Dalam welfare state, negara tidak lagi hanya bertugas memelihara ketertiban dan menegakkan hukum, tetapi terutama adalah meningkatkan kesejahteraan warganya (Ndraha, 1987, dalam Soetomo, 2010:313). Dalam pandangan tersebut, negara dituntut untuk berperan aktif dalam mengusahakan kesejahteraan rakyatnya, yang didorong oleh pengakuan atau kesadaran bahwa rakyat berhak memperoleh kesejahteraan sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia. Dalam banyak hal, hak rakyat untuk memperoleh kesejahteraan ini juga akan terkait dengan Hak-Hak Asasi Manusia. Oleh karena itu pembangunan sosial merupakan tanggung jawab negara.

2.3Program Kredit Usaha Rakyat

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah salah satu jenis kredit yang terbentuk dari hasil kerja sama dengan pemerintah. Kredit ini diberikan melalui bank sebagai kreditur atau penyedia dana untuk masyarakat yang ingin membangun usaha sendiri. Karena merupakan bagian dari program kerja pemerintah maka pengucuran dana ini umumnya dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) dimana Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan milik negara.

KUR ini adalah kredit yang ditujukan bagi peminjam yang ingin merintis usaha sendiri tetapi masih dengan skala mikro, kecil dan menengah. Bank Rakyat Indonesia sendiri memiliki komitmen untuk untuk membantu mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk komitment itu adalah dengan dibukanya Kredit untuk Modal usaha bagi UMK dan koperasi yang disebut dengan KUR. KUR ini merupakan alternatif bagi Usaha Kecil, Mikro dan Koperasi untuk mendapatkan modal usaha. Kendala yang seringkali dihadapi oleh pengusaha Kecil, Mikro dan Koperasi adalah masalah permodalan di dalam mengembangkan usahanya.

KUR sendiri pertama kali diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 November 2007. Tujuan diluncurkannya KUR adalah untuk mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM, untuk meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi dan untuk penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Sampai dengan akhir tahun 2006, jumlah unit UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di

tersebut, yang telah memperoleh kredit dari perbankan hanya sekitar 39,06% atau 19,1 juta, sehingga sisanya sejumlah 29,7 juta sama sekali belum tersentuh perbankan. Dari sejumlah 48,8 juta UMKM tersebut ternyata 90 persennya adalah Usaha Mikro yang berbentuk usaha rumah tangga, pedagang kaki lima, dan berbagai jenis usaha mikro lain yang bersifat informal, di mana pada skala inilah paling banyak menyerap tenaga kerja (pro job) dan mampu menopang peningkatan taraf hidup masyarakat (pro poor).

Pada dasarnya, KUR merupakan modal kerja dan kredit investasi yang disediakan secara khusus untuk unit usaha produktif melalui program penjaminan kredit. Perseorangan, kelompok atau koperasi dapat mengakses program ini

Dokumen terkait