• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4.2 Analisis tabel tunggal

4.2.1 Data Umum Responden

Tabel 4.2.1.1 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)

Pria 82 85

Wanita 14 15

Jumlah 96 100

Sumber : P1 / FC.1

Tabel 4.2.1.1 menunjukkan jenis kelamin responden. Mayoritas responden berjenis kelamin Pria. Terdapat 82 responden (85%) berjenis kelamin pria. Produk Tembakau seperti rokok identik dengan jenis kelamin pria. Setiap tempat kita sering melihat perokok didominasi pria. Tabel di atas juga menunjukkan

kecenderungan lebih besar dari pria untuk memperhatikan iklan produk clavo baik di jejaring sosial maupun website. Sebagian besar dari responden menyatakan bahwa clavo sebagai produk baru mengundang perhatian mereka melalui tweet @clavomedan ataupun posting-an www.medanmetropolis.com.

Sementara terdapat 14 responden (15%) berjenis kelamin wanita. Walaupun dari beberapa survei menyatakan bahwa wanita lebih aktif di jejaring sosial daripada pria tidak berpengaruh secara signifikan terhadap iklan clavo diperhatikan oleh wanita. Sebagian besar dari wanita cenderung memiliki sikap negatif terhadap produk tembakau dan perokok. Perokok yang didominasi pria biasanya mendapat penolakan dari wanita seperti teman wanita, pacar dan atau isteri. Tabel di atas mengartikan bahwa iklan produk clavo melalui tweet

@clavomedan dan Websittidak menarik banyak

wanita pengguna twitter dan internet.

Tabel 4.2.1.2 Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persen (%)

SLTP / Sederajat 12 12 SMU / Sederajat 41 43 Diploma (D1, D2, D3) 23 24 Perguruan Tinggi (S1, S2, S3) 20 21 Jumlah 96 100 Sumber : P2 / FC.2

Tabel 4.2.1.2 menunjukkan tingkat pendidikan dari responden penelitian ini. Mayoritas responden yang memperhatikan iklan clavo menyelesaikan jenjang

pendidikan Sekolah Menengah Atas / Sederajat. Terdapat 41 responden (43%) menyelesaikan pendidikan SMU nya. Sementara terdapat 23 responden (24%) menyelesaikan pendidikan di tingkat Diploma (D1, D2, D3). Terdapat 20 responden (21%) menyelesaikan tingkat pendidikan perguruan tinggi (Sarjana/S1,S2,S3). Hanya terdapat 12 responden (12%) baru menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama / Sederajat. Data di atas menunjukkan bahwa iklan ini menyentuh pangsa pasar perokok yakni anak remaja dan orang dewasa.

Penggunaan media twitter dan website dinilai cukup tepat karena tidak menyentuh pasar di luar ini. Pengguna media twitter dan website anak – anak masih sangat minim. Hal ini berbeda jika kita membandingkan dengan media televisi yang biasa dinikmati anak – anak setiap hari. Efek iklan ini pada anak – anak akan menjadi sangat minim. Bentuk iklan ini hendaknya ditiru produsen lain untuk melindungi anak – anak dari efek terpaan iklan rokok di televisi.

Tabel 4.2.1.3 Usia Responden

Usia Responden Frekuensi Persen (%)

< 19 Tahun 21 22 20 s.d 25 Tahun 45 47 26 s.d 30 Tahun 19 20 >30 Tahun 11 11 Jumlah 96 100 Sumber : P3 / FC.3

Usia responden berbanding lurus dengan tingkat pendidikan responden. Pada tingkat pendidikan responden didominasi tamatan Sekolah Menengah Atas / Sederajat. Tabel 4.2.1.3 menunjukkan mayoritas responden berusia 20 s.d 25 Tahun. Terdapat 45 responden (47%) berusia 20 s.d 25 Tahun dan responden ini sebagian besar sudah menyelesaikan Sekolah Tingkat Atas / Sederajat.

Usia merupakan salah satu unsur paling penting bagi produk tembakau. Peredaran produk ini pada anak – anak di bawah usia 17 tahun adalah dilarang. Pengguna media twitter dan website pada usia di bawah 17 tahun masih sangat minim sehingga resiko mereka terkena efek iklan ini sangat sedikit.

Terdapat 21 responden (22%) berusia <19 Tahun, usia minimal bagi produsen rokok untuk menjual produknya. Anak – anak di bawah umur selalu menjadi perhatian dari peredaran produk ini. Efek kesehatan produk tembakau yang cukup besar, mengharuskan pemerintah untuk membatasi peredaran rokok di kalangan anak di bawah umur. Produk hukum yang berkaitan dengan peredaran rokok di pasar, melindungi anak – anak dari efek promosi, iklan maupun pemasaran produk rokok.

Terdapat 19 responden (20%) berusia 26 s.d 30 tahun. Responden > 30 tahun hanya terdapat 11 responden (11%). Minimnya responden di atas usia 30 tahun dikarenakan pada usia ini pengguna twitter dan website memang masih sangat minim.

Tabel 4.2.1.4 Pekerjaan Responden

Pekerjaan Responden Frekuensi Persen (%)

Mahasiswa 44 45 PNS 7 7 Pegawai Swasta 17 12 Wiraswasta 15 16 Lainnya 1 1 Jumlah 96 100 Sumber : P4 / FC.4

Sesuai dengan hasil diperoleh sebelumnya bahwa sebagian besar responden memiliki usia 20-25 tahun, maka dapat dikatakan sebagian besar dari umur tersebut memiliki pekerjaan sebagai mahasiswa. Terdapat 44 responden (45%) berstatus mahasiswa. Mahasiswa merupakan segolongan masyarakat yang memiliki pendidikan tertinggi dimana mereka mempunyai perspektif yang luas di seluruh aspek kehidupan. Pada penelitian ini, sebagain besar responden merupakan mahasiswa yang menjadi pengguna dalam media sosial khususnya twitter.

Terdapat 17 responden (18%) bekerja sebagai pegawai swasta. Sebagian besar dari pegawai swasta ini telah menyelesaikan pendidikan diploma maupun sarjana mereka. Golongan kelas pekerja ini termasuk yang cukup konsumtif karena telah memiliki penghasilan. Penghasilan selain digunakan sebagai konsumsi primer, kebanyakan juga menggunakan pada konsumsi tersier seperti rekreasi, hiburan dan hobi.Sementara hanya terdapat 12 responden (12%) masih berstatus pelajar dan 7 responden (7%) bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terdapat 15 responden (16%) bekerja sebagai wiraswasta dan 1 responden (1%) bekerja di luar pekerjaan di atas.

Tabel 4.2.1.5 Penghasilan Responden

Penghasilan Frekuensi Persen (%)

< Rp. 500.000,- 12 12 Rp. 500.000,- s.d Rp. 1.500.000,- 28 29 Rp. 1.500.000,- s.d Rp. 3.000.000,- 40 42 >Rp. 3.000.000,- 16 17 Jumlah 96 100 Sumber : P5 / FC.5

Tabel 4.2.1.5 menunjukkan penghasilan responden per bulan. Pada responden berstatus pelajar dan mahasiswa, penghasilan per bulan banyak dikontribusikan oleh orang tua mereka. Sebagian besar dari mahasiswa yang menjadi responden berasal dari luar kota Medan. Sebagian besar dari responden tinggal di rumah kos.

Terdapat 40 responden (42%) berpenghasilan Rp. 1.500.000,- s.d Rp. 3.000.000,-. Sementara terdapat 28 responden (29%) berpenghasilan Rp. 500.000,- s.d Rp. 1.500.000,- dan 16 responden (17%) berpenghasilan > Rp. 3.000.000,-. Terdapat 12 responden (12%) berpenghasilan < Rp. 500.000,-.

Tabel di atas menunjukkan bahwa penetrasi internet tidak hanya didominasi kelas menengah dan kelas atas. Penetrasi internet secara menyeluruh telah menyentuh segmentasi masyarakat. Penetrasi internet khususnya twitter telah digunakan semua kelas dari masyarakat. Walaupun dari tabel masih menunjukkan dominasi kelas menengah dan kelas atas dalam penggunaan jejaring sosial ini.

Tabel 4.2.1.6

Cara Responden Mengakses Internet

Cara Mengakses Internet Frekuensi Persen (%)

Warung Internet (Warnet) 10 10

PC / Desktop 10 10

Laptop / Netbook 35 37

Smartphone / Blackberry / Tablet 41 43

Jumlah 96 100

Sumber : P6 / FC.6

Tabel 4.2.1.6 menunjukkan cara responden mengakses internet. Mayoritas responden menyatakan mengakses internet dengan menggunakan Smartphone / Blackberry / Tablet. Terdapat 41 responden (43%) menggunakan Smartphone / Blackberry / Tablet untuk mengakses internet. Penggunaan Smartphone / Blackberry / Tablet dalam mengakses internet ini, lebih dikarenakan penggunaan yang mudah, sederhana dan bisa dipakai dimana saja.

Alat – alat ini merupakan gabungan dari fungsi telepon genggam dan komputer sekaligus. Kalangan kelas menengah dan kelas atas yang menjadi mayoritas responden pada penelitian ini memiliki aktifitas harian yang sibuk setiap hari, sehingga diperlukan alat yang mendukung aktifitas mereka. Alat Smartphone / Blackberry / Tablet mendukung aktifitas internet dan telepon secara sekaligus.

Bentuk sederhana dari laptop / notebook membuat alat ini juga digemari responden penelitian ini. Terdapat 35 responden (37%) menggunakan laptop / notebook ketika mengakses internet. Responden banyak menggunakan laptop /

notebook di kampus, kafe, dan sarana umum yang terhubung fasilitas internet. Sementara terdapat 10 responden (10%) menggunakan PC / Desktop untuk mengakses internet dan 10 responden (10%) menggunakan warung internet (warnet) untuk mengakses internet.

Penggunaan warung internet dan PC / komputer banyak digunakan kalangan pelajar. Penghasilan yang masih minim dari kelompok usia ini tidak menghalangi mereka untuk mengakses internet. Warung internet bisa membantu pelajar mengakses internet dengan biaya murah.

Tabel 4.2.1.7

Frekuensi Mengakses Internet

Frekuensi Mengakses Internet Frekuensi Persen (%)

< 3 Jam 19 20 3 s.d 5 Jam 55 57 5 s.d 7 Jam 12 13 > 7 Jam 10 10 Jumlah 96 100 Sumber : P7 / FC.7

Tabel 4.2.1.7 menunjukkan frekuensi responden mengakses internet. Mayoritas responden mengakses internet selama 3 s.d 5 jam. Terdapat 55 responden (57%) menyatakan mengakses internet selama 3 s.d 5 jam. Waktu ini merupakan akumulasi yang biasa dilakukan responden. Kebanyakan responden mengakses jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, dll. Hampir sebagian besar waktu mengakses internet mengunjungi situs jejaring sosial tersebut. Sementara sebagian besar lainnya adalah membuka e-mail, menonton

Youtube, membaca berita dan mengunjungi situs belanja. Hanya sebagian kecil digunakan untuk mencari tugas kuliah ataupun membantu bahan pekerjaan.

Terdapat 19 responden (20%) menyatakan mengakses internet < 3 jam dan 12 responden (13%) menyatakan mengakses internet 5 s.d 7 Jam. Sementara terdapat 10 responden (10%) mengakses internet > 7 Jam. Pada responden yang memiliki frekuensi mengakses internet > 7 jam, situs yang dikunjungi relatif stagnan yaitu Game Online. Hampir semua dari responden yang memiliki kebiasaan mengakses internet di atas 7 jam adalah pemain game Online.

4.2.2 Strategi Promosi Produk Clavo melalui Twitter

Dokumen terkait