• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum 1. Letak geografis

4.2.7. Potensi nilai ekonomi terumbu karang di Pulau Poncan

4.2.8.4. Daya dukung kawasan ekowisata bahari di Pulau Poncan

Sesuai konsep pembangunan berkelanjutan, maka pengembangan Pulau-Pulau Kecil sebagai kawasan ekowisata harus memperhitungkan daya dukung kawasan tersebut. Daya dukung wisata merupakan tipe spesifik dari daya dukung lingkungan dan mengarah kepada daya dukung dari lingkungan biofisik dan sosial sehubungan dengan aktifitas wisatawan. Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada secara lestari. Konsep daya dukung ekowisata mempertimbangkan dua hal, yaitu (1) kemampuan alam untuk mentolerir gangguan atau tekanaan dari manusia, dan (2) standar keaslian sumberdaya alam (Yulianda, 2007). Perhitungan daya dukung wisata bahari berdasarkan karekteristik sumberdaya dan peruntukannya, untuk daya dukung snorkeling dan selam ditentukan berdasarkan sebaran dan kondisi terumbu karang dengan mempertimbangkan potensi ekologis pengunjung, luas area dan prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata (Tabel 41).

Tabel 41 Daya dukung kawasan ekowisata bahari di Pulau Poncan

Lokasi Penelitian Daya Dukung Kawasan Total Snorkling (orang) Selam (orang) (orang) Pulau Poncan Besar 604 604 1208 Pulau Poncan Kecil 256 256 512 Sumber : Data primer hasil analisis (2009)

Hasil analisis bahwa sesuai dengan kondisi dari terumbu karang di Pulau Poncan Besar (27.27%) dan di Pulau Poncan Kecil (34.69%) maka telah dapat diketahui di Pulau Poncan Besar memiliki daya dukung kawasan (DDK) untuk wisata snorkling sebanyak 604 orang dan untuk wisata selam sebanyak 604 orang. Sedangkan di Pulau Poncan kecil memiliki daya dukung kawasan (DDK) untuk wisata snorkling sebanyak 256 orang dan untuk wisata selam sebanyak 256 orang. Perbedaan ini disebabkan karena luas hamparan terumbu karang berbeda antara Pulau Poncan Besar dan Poncan Kecil. Pulau Poncan Besar memiliki luas hamparan terumbu karang seluas 27.6859 ha, dimana kondisi terumbu karang hanya 27.27%

sehingga luas yang dapat dimanfaatkan adalah 27.27% dari luas hamparan terumbu karang sekitar 7.5499 ha. Pulau Poncan Kecil memiliki luas hamparan terumbu karang seluas 11.5375 ha, dimana kondisi terumbu karang 34.69% sehingga luas yang dapat dimanfaatkan adalah 34.69% dari luas hamparan terumbu karang sekitar 4.0024 ha. Hal ini senada dengan pendapat Yulianda (2007), bahwa persentase tutupan karang menggambarkan kondisi dan daya dukung kawasannya. Jika kondisi komunitas karang disuatu kawasan baik dengan tutupan 76%, maka luas area untuk kegiatan wisata di terumbu karang yang dapat dimanfaatkan adalah 76% dari luas hamparan karang. Selanjutnya Dixon et al. (1993) menggunakan data tutupan karang, keanekaragaman jenis, dan intensitas penyelaman di Taman Laut Bonaire Karibia, untuk memperkirakan daya dukung ekologi terumbu karang disana hanya mampu menampung 4 000 – 6 000 orang penyelam / lokasi / tahun, sedangkan Schleyer dan Tomalin (2000) mengemukankan daya dukung kawasan maksimum 7000 penyelam/tahun di Sodwana Bay Afrika Selatan.

McNeely et al. (1992) menyatakan bahwa daya dukung wisata merupakan tingkat pengunjung yang memanfaatkan suatu kawasan wisata dengan perolehan tingkat kepuasan yang optimal dengan dampak terhadap sumberdaya yang minimal. Konsep ini meliputi dua faktor yang utama yang membatasi perilaku pengunjung berkaitan dengan daya dukung, yaitu : (1) kondisi lingkungan dan (2) kondisi sosial budaya masyarakat.

Hasil perhitungan data lapangan diperoleh bahwa Pulau Poncan Besar dan Poncan Kecil masuk ke dalam kelas sesuai (S2) berdasarkan indeks kesesuaian wisata (IKW). Fakta yang terlihat di lapangan bahwa Pulau Poncan sangat potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata bahari, di samping karena telah tersedia sarana dan prasarana, Pulau Poncan juga memiliki lokasi yang strategis dan indah untuk melakukan snorkling dan selam. Walaupun pada saat ini kondisi terumbu karang yang ada di Pulau Poncan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas. Dengan besarnya potensi sumberdaya pariwisata di daerah ini, diharapkan peran pemerintah daerah khususnya Bappeda, Dinas Perikanan dan Dinas Pariwisata serta pihak terkait lainnya menjadi sangat penting, khususnya membuat sebuah arahan pengembangan yang mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam

program pengembangan ekowisata bahari. Jumlah kunjungan wisatawan di Pulau Poncan dapat dilihat pada Tabel 42:

Tabel 42 Jumlah wisatawan yang berkunjung di Pulau Poncan tahun 2008-2009

Bulan Tahun 2008 (orang) Tahun 2009 (orang) Domestik Asing Domestik Asing Januari 241 19 813 22 Februari 428 31 256 0 Maret 644 26 695 0 April 92 22 162 6 Mei 630 0 - -Juni 280 16 - -Juli 414 46 - -Agustus 737 18 - -September 273 16 - -Oktober 974 4 - -November 228 4 - -Desember 915 4 - -Jumlah 5 856 206 1 926 28

Sumber : Data primer ( PT. Sibolga Marine Resort – Poncan, 2009)

Data kunjungan wisatawan di Pulau Poncan pada tahun 2008 sampai April 2009 menunjukkan bahwa potensi kunjungan wisatawan di Pulau Poncan sangat baik. Bulan Mei 2009 dan selanjutnya data belum dapat dihimpun atau dikumpulkan dikarenakan bersamaan dengan waktu penelitian ini berlangsung. Dengan demikian pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan dapat menjadi salah satu prioritas bagi Pemerintah Daerah. Daya tampung wisatawan dapat dilihat pada Tabel 43:

Tabel 43 Estimasi daya tampung wisatawan berdasarkan luas lahan untuk akomodasi (penginapan)

No Objek wisata Luas Lahan Akomodasi (ha) Daya Tampung (orang) 1 Pulau Poncan Kecil 4.0 44 – 400 2 Pulau Poncan Besar 10.7 120 – 1 070 Sumber: Dinas Pariwisata Sibolga (2004)

Pulau Poncan Besar dengan luas akomodasi (penginapan) yang sudah ada seluas 10.7 ha dapat menampung maksimal sebanyak 1 070 orang dan minimal sebanyak 120 orang. Bila diasumsikan dalam setahun ada 300 HOW (hari orang wisata), maka kapasitas daya tampung maksimal sebanyak 321 000 orang dan minimal sebanyak 36 000 orang. Sedangkan Pulau Poncan Kecil dengan luas 4 ha dapat menampung maksimal sebanyak 400 orang dan minimal sebanyak 44 orang. Apabila diasumsikan juga setahun ada 300 HOW, maka daya tampung maksimal

menjadi sebanyak 120 000 orang dan minimal sebanyak 13 200 orang. Daya dukung wisata menunjukan tingkat maksimum pengunjung yang menggunakan dan berhubungan dengan infrastruktur yang dapat ditampung suatu wilayah. Vantier dan Turak (2004) menyatakan bahwa dari perspektif estetika (sosial/kenyamanan) mengendalikan jumlah penyelam guna menjaga nilai kenyamanan dapat didasarkan pada jumlah rata-rata penyelam untuk memperoleh kenyaman untuk menyelam. Hal senada juga dikemukakan oleh Scura dan van’t Hof (dalam David dan Tisdell, 1995), bahwa daya dukung wisatawan (selam dan snorkeling) pada satu kawasan di Kawasan koservasi sekitar 200 000 orang penyelam per tahun (300 hari), data hasil analisis daya dukung kawasan untuk kegiatan snorkling dan selam (tabel 44) maka masih tergolong sesuai. Jika daya dukung melampaui, akan mengakibatkan kemerosotan sumberdaya di wilayah, mengurangi kepuasan pengunjung dan atau berdampak merugikan pada aspek sosial, ekonomi. Pengertian daya dukung wisata saat ini meliputi empat komponen dasar yaitu biofisik, sosial budaya, psikologi dan manajerial (Angamanna, 2005).

Hasil penelitian ini, diharapkan Pemerintah Daerah nantinya mampu memberikan dan membuka peluang kesempatan kerja kepada masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya, dengan melakukan pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan. Hal ini tentu saja harus didukung dengan adanya peningkatan kesadaran masyarakat serta peningkatan sarana dan prasarana guna menunjang pengembangan yang akan dilakukan.

4.2.9. Pernyataan masyarakat dan pengunjung dalam pengembangan ekowisata