• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pernyataan masyarakat dan pengunjung dalam pengembangan ekowisata bahari

2.TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum 1. Letak geografis

4.2.9. Pernyataan masyarakat dan pengunjung dalam pengembangan ekowisata bahari

Pengembangan ekowisata bahari sangat diperlukan komitmen atau pernyataan baik dari masyarakat maupun pengunjung, sehingga dapat mempertimbangkan arah pengembangan yang akan dilakukan. Hasil pengumpulan data berdasarkan wawancara masyarakat sebanyak 35 orang responden dan pengunjung sebanyak 20 orang responden mayoritas menyatakan setuju. Hasil persentase masyarakat sebanyak 27 orang (77%) menyatakan setuju terhadap pengembangan ekowisata bahari, dan 8 orang (23%) tidak menjawab. Sedangkan persentase dari pengunjung menunjukkan hal sama yaitu sebanyak 17 orang (85%) menyatakan setuju, dan

sisanya 3 orang (15%) tidak menjawab. Berikut persentase pernyataan masyarakat dan pengunjung (Tabel 44).

Tabel 44 Persentase pernyataan masyarakat dan pengunjung Pernyataan Setuju (orang) Persentase (%) Tidak Setuju (orang) Persentase (%) Tidak Menjawab (orang) Persentase (%) Masyarakat 27 77 0 0 8 23 Pengunjung 17 85 0 0 3 15

Sumber : Data primer hasil analisis (2009)

Dalam pengembangan ekowisata bahari diperlukan juga pernyataan masyarakat dan pengunjung tentang kondisi sumberdaya yang ada untuk pengembangan ekowisata bahari, dimana masyarakat dan pengunjung merupakan salah satu stakeholder dalam implementasi di lapangan. Hal tersebut akan terlihat gambaran yang ada pada saat ini, yang nantinya akan adanya perbaikan-perbaikan guna menunjang pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan. Persentase pernyataan masyarakat dan pengunjung tentang kondisi sumberdaya untuk pengembangan ekowisata bahari (Gambar 17).

Gambar 17 Grafik kondisi sumberdaya untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan.

Total responden sebanyak 35 orang masyarakat dan 20 orang pengunjung, maka hasil data wawancara yang didapat mengenai kondisi sumberdaya yang ada menunjukkan bahwa masyarakat menyatakan 8.3% baik sekali, 35.1% baik, 26.6% sedang, 3.1% buruk serta yang menyatakan tidak tersedia sebanyak 26.9%.

Sedangkan pengunjung menyatakan bahwa sebanyak 4.7% baik sekali, 45.1% baik, 23.4% sedang, 3.2% buruk dan tidak tersedia sebanyak 23.6%. Hal ini menunjukkan gambaran kondisi pada saat ini, yang mana sangat diperlukan peran serta semua stakeholder baik itu Pemerintah, Pengelola, Masyarakat dan yang lainnya dalam pengembangan ekowisata bahari yang lebih baik. Walaupun dari data diatas terlihat pendapat masyarakat dan pengunjung tentang ketidak tersedian sumberdaya masih relatif kecil dibandingkan dengan sumberdaya yang tersedia yaitu < 30%. Akan tetapi sangat diperlukan langkah-langkah konkrit yang perlu dilakukan dalam pengelolaan serta pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan.

4.3. Strategi Pengembangan Ekowisata Bahari di Pulau Poncan 4.3.1. Identifikasi faktor-faktor strategis internal

a. Kekuatan (Strenghts)

1. Objek wisata yang menarik untuk selam, snorkeling, dan objek yang mendukung kegiatan fotografi dan ragam kegiatan wisata bahari lainnya

Pulau Poncan merupakan daerah wisata yang cukup dikenal di Sumatera Utara dan memiliki potensi sumberdaya alam yang baik. Pulau Poncan Besar memiliki luas hamparan terumbu karang seluas 27.6859 ha. Pulau Poncan Besar dengan luas akomodasi (penginapan) yang sudah ada seluas 10.7 ha dapat menampung maksimal sebanyak 1 070 orang dan minimal sebanyak 120 orang sedangkan Pulau Poncan Kecil dengan luas 4 ha dapat menampung maksimal sebanyak 400 orang dan minimal sebanyak 44 orang (Tabel 43). Keindahan alam juga merupakan suatu daya tarik tersendiri untuk para wisatawan melakukan kegiatan fotografi dan ragam kegiatan wisata lainnya.

2. Memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai

Pulau Poncan Besar telah di manfaatkan secara profesional, luas yang dimanfaatkan sampai saat ini seluas 10.7 ha dari total seluruh Pulau Poncan Besar seluas 89.6639 ha (Tabel 43). Berbagai fasilitas mulai dari fasilitas hotel berbintang tiga hingga cottage seharga Rp 250 000 hingga Rp 500 000 semalam. Ditempat tersebut juga terdapat restoran yang menyediakan makanan laut, fasilitas olahraga air, hingga tempat bermain anak-anak.

3. Adanya dukungan masyarakat

Berdasarkan pernyataan masyarakat yang menyatakan 77% setuju terhadap pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan (Tabel 44), sehingga akan lebih memudahkan dalam perencanaan serta pelaksanaan di lapangan.

4. Potensi tenaga kerja

Dengan adanya upaya pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan maka akan memberikan dampak positif bagi terbukanya lapangan pekerjaan baru. Potensi tenaga kerja akan lebih banyak lagi diserap dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan yang ada pada saat ini (Tabel 18).

5. Adanya dukungan dari pemerintah daerah

Dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Kota Sibolga, pengembangan pariwisata merupakan salah satu program prioritas dengan melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung pembangunan kepariwisataan tersebut. Sehingga dukungan dari pemerintah ini sangat besar artinya untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan Kota Sibolga. Program yang telah direncakan dapat dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku di daerah tersebut.

b. Kelemahan (Weakness)

1. Ketrampilan masyarakat yang masih terbatas

Belum banyak masyarakat yang melakukan kegiataan-kegiatan untuk mengolah hasil sumberdaya yang ada menjadi lebih baik lagi, karena masih terbatasnya kemampuan masyarakat untuk berkreatifitas. Seperti belum banyak pembuatan souvenir-sonevir sebagai cinderamata dari Pulau Poncan.

2. Pendidikan masyarakat yang rendah

Berdasarkan data tingkat pendidikan nelayan (Tabel 29), terlihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat nelayan di Sibolga masih terbatas, walupun berada pada tingkat menengah akan tetapi masih relatif tergolong rendah. Hal ini disadari akan sangat berpengaruh langsung terhadap perekonomian daerah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat nelayan.

3. Kurangnya promosi dan strategi pemasaran yang baik

Promosi perlu dibarengi dengan strategi pemasaran yang baik. Menurut elfi pengelola PT. Sibolga Marine Resort – Poncan, promosi yang telah dilakukan dengan penyebaran brosur, pembuatan iklan di radio, media masa sampai kerjasama

dengan pihak tours & travel yang ada di Sumatera Utara. Akan tetapi promosi yang dilakukan belum efektif karena strategi pemasaran yang dilakukan selama ini masih bersifat pasif atau menungu pasar. Sehingga diperlukan suatu manajemen yang baik untuk menarik minat para wisatawan datang berkunjung ke Pulau Poncan.

4. Tekanan terhadap ekosistem terumbu karang yang terus berlangsung dan kurangnya kesadaran masyarakat terkait pelestarian terumbu karang

Kondisi terumbu karang di Pulau Poncan termasuk ke dalam kategori sedang dengan rata-rata persentase 30.98%, dengan variasi tutupan antara 27.27 – 34.69% (Gambar 11). Hal ini dikarenakan adanya tekanan yang terjadi terhadap terumbu karang yang terus berlangsung. Beberapa penyebab kerusakan terumbu karang antara lain disebabkan oleh jangkar, bahan peledak, bubu, jaring, sampah, racun, penambangan dan pencemaran (Gambar 13 dan 14).

5. Lemahnya penegakan hukum

Belum adanya peraturan yang resmi dikeluarkan oleh pemerintah daerah Kota Sibolga mengenai pengelolaan terumbu karang untuk menjaga kelestarian terumbu karang, sehingga masih sangat sulit untuk melakukan penegakan hukum terhadap para pelaku perusakan terhadap terumbu karang di Pulau Poncan.

4.3.2. Identifikasi faktor-faktor strategis eksternal a. Peluang (Opportunities)

1. Akses yang cukup dekat dengan kota pemerintahan

Salah satu nilai lebih untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan dikarenakan akses yang cukup dekat dengan pusat Kota Sibolga. Untuk mencapai Pulau Poncan hanya membutuhkan waktu sekitar 15 – 30 menit dari Kota Sibolga tergantung dari jenis kapal yang ditumpangi. Hal ini merupakan peluang positif dalam mempercepat dan memudahkan kunjungan para wisatawan dari pusat Kota Sibolga (Gambar 5).

2. Visi dan misi Pemda yang mendukung pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan

Visi Kota Sibolga adalah “Terwujudnya Kota Sibolga Sebagai Sentra Perdagangan Barang dan Jasa di Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara”. Salah satu program prioritas dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Kota

Sibolga adalah pengembangan pariwisata dengan melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung pembangunan kepariwisataan.

3. Adanya dukungan dari LSM

Salah satu yang dapat mempercepat pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan secara berkelanjutan adalah dengan adanya dukungan dari LSM (lembaga Swadaya Masyarakat). LSM mempunyai peran yang sangat penting terutama dalam meningkatkan kapasitas dan kemampuan yang diperlukan masyarakat untuk pengembangan ekowisata bahari misalnya kemampuan menyelam, merehabilitasi, melakukan kegiatan konservasi dan kemampuan mengelola kelompok masyarakat yang terlibat dalam kegiatan tersebut.

4. Terbukanya lapangan pekerjaan

Dengan adanya pengembangan ekowisata bahari maka akan bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan di Pulau Poncan (Tabel 42), sehingga akan semakin terbuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak untuk mendukung segala kegiatan yang akan ditimbulkan dari pengembangan ekowisata bahari tersebut misalnya pemandu wisata, pemandu menyelam dan snorkling.

5. Kawasan lintas pariwisata

Kota Sibolga merupakan pintu gerbang untuk melakukan kegiatan wisata ke daerah lainnya yang berdekatan dengan Sibolga, seperti beberapa daerah wisata yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah, Nias maupun Nias Selatan. Sehingga ini merupakan kekuatan tersendiri bagi Kota Sibolga untuk pengembangan ekowisata bahari. Kota Sibolga juga berfungsi sebagai daerah transit menuju objek-objek wisata yang ada di Pulau-Pulau sekitar Pantai Barat Sumatera.

b. Ancaman (Threats)

1. Pencemaran yang berasal dari daratan Sibolga

Permasalahan yang sering terjadi adalah masalah pencemaran yang berasal dari daratan Sibolga seperti limbah rumah tangga dan limbah industri. Pencemaran tersebut berdampak langsung terhadap kualitas terumbu karang sebagai objek utama dalam kegiatan wisata bahari (Gambar 13 dan 14).

2. Nelayan yang menggunakan alat tangkap yang berbahaya atau tidak ramah lingkungan

Laut merupakan milik bersama untuk melakukan kegiatan perikanan, akan tetapi masalah yang timbul adalah kerusakan terumbu karang yang diakibatkan oleh penggunaan alat-alat penangkapan yang tidak ramah lingkungan, seperti potassium, bom, sianida. Penggunaan alat tangkap seperti ini merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup terumbu karang (Gambar 13 dan 14).

3. Kerusakan sumberdaya terutama terumbu karang

Kerusakan terumbu karang di Pulau Poncan disebabkan oleh 8 faktor penyebab kerusakan antara lain disebabkan oleh jangkar, bahan peledak, bubu, jaring, sampah, racun, penambangan serta pencemaran. Kerusakan yang disebabkan oleh penggunaan racun dan penambangan karang merupakan tingkat kerusakan yang tinggi, oleh sebab itu diperlukan perhatian khusus untuk mengatasi permasalahan ini. Masalah ini merupakan ancaman yang besar apabila tidak dilakukan upaya penanggulangan kerusakan terumbu karang (Gambar 13 dan 14).

4. Terjadinya pelanggaran hukum

Dengan adanya kelemahan dalam penegakan hukum dikarenakan belum adanya peraturan yang resmi dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kota Sibolga mengenai pengelolaan terumbu karang untuk menjaga kelestarian terumbu karang, sehingga dipastikan akan terjadinya pelanggaran hukum yang tidak dapat dilakukan penegakan hukum secara tegas.

5. Terjadinya konflik antara pengelola wisata dengan Pemerintah Daerah

Berdasarkan fakta dilapangan pengelolaan terumbu karang masih dilakukan secara pribadi dan belum dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan, karena belum adanya aturan yang mengikat tentang pengelolaan tersebut. Sehingga untuk pengelolaan saat ini masih berjalan secara sendiri-sendiri. Hal ini sangat dikhawatirkan akan terjadinya konflik kepentingan antara pengelola wisata dengan pihak Pemerintah Daerah Sibolga, yang mana akan menciptakan kondisi yang tidak kondusif dan tidak baik bagi para pengunjung.