2.TINJAUAN PUSTAKA
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran umum 1. Letak geografis
4.3.4. Penyusunan alternatif strategi pengembangan ekowisata bahari
Strategi pengelolaan lingkungan di Pulau-Pulau Kecil sudah sejak lama dilakukan secara parsial dan individualistik. Strategi pengelolaan seperti ini gagal memahami bahwa seluruh komponen kegiatan di Pulau-Pulau Kecil terkait satu sama lain dan bahwa interaksi dan hasil dari seluruh kegiatan di Pulau-Pulau Kecil dapat menciptakan reaksi berganda sekaligus berantai (multiple chain reaction) dari persoalan tekanan terhadap ekosistem dan komunitas di Pulau-Pulau Kecil (Cicin Sain, 1993 dalam Adrianto, 2004). Pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral ini pada dasarnya berkaitan hanya dengan satu jenis sumberdaya atau ekosistem untuk memenuhi tujuan tertentu (sektoral), seperti perikanan, pariwisata, pertambangan, indsutri, pemukiman, perhubungan dan sebagainya. Model pengelolaan sektoral akan menimbulkan berbagai dampak yang dapat merusak lingkungan dan juga akan mematikan sektor lain seperti pengelolaan yang telah dilakukan di Pulau Poncan.
Analisis SWOT dilakukan untuk dapat mendeteksi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta merumuskan strategi dari kondisi yang tergambar dari matriks SWOT. Alternatif yang telah disusun selanjutnya akan ditentukan tiga (3) strategi utama yang akan menjadi prioritas untuk diterapkan dalam upaya pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal (Tabel 47 dan 48).
Tabel 47 Strategi pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan
External
Kekuatan (S )
1. Objek wisata yang menarik untuk selam, snorkeling, dan objek yang mendukung kegiatan fotografidan ragam kegiatan wisata bahari lainnya 2. Memiliki fasilitas sarana dan
prasarana yang memadai 3. Adanya dukungan masyarakat 4. Potensi tenaga kerja
5. Adanya dukungan dari pemerintah daerah
Kelemahan (W )
1. Ketrampilan masyarakat yang masih terbatas
2. Pendidikan masyarakat yang rendah
3. Kurangnya promosi dan strategi pemasaran yang baik
4. Tekanan terhadap ekosistem terumbu karang yang terus berlangsung dan kurangnya kesadaran masyrakat terkait pelestarian terumbu karang 5. Lemahnya penegakan hukum
Peluang ( O )
1. Akses yang sukup dekat dengan kota pemerintahan 2. Visi dan misi Pemda yang
mendukung pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan
3. Adanya dukungan dari LSM
4. Terbukanya lapangan pekerjaan
5. Kawasan lintas pariwisata
Strategi (S-O)
1. Melakukan upaya kegiatan konservasi terumbu karang untuk pengembangan ekowisata dengan melibatkan masyarakat, LSM dan PEMDA.
2. Peningkatan kesempatan bekerja bagi masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas dan prasarana yang memadai.
3. Memanfaatkan akses yang mudah sebagai gerbang keluar masuk untuk pengembangan ekowisata bahari yang merupakan daerah kawasan lintas pariwisata
Strategi (W-O)
1. Meningkatkan ketrampilan serta pendidikan masyarakat sehingga akan tebukanya lapangan pekerjaan yang lebih banyak 2. Adanya dukungan dari Pemda
dan LSM untuk mengurangi tekanan terhadap terumbu karang dengan menyadarkan masyarakat terkait pelestarian terumbu karang dengan kegiatan-kegiatan konservasi.
3. Menambah sarana promosi serta melakukan pemasaran yang lebih baik di daerah kawasan lintas pariwisata.
Ancaman ( T )
1. Pencemaran yang berasal dari daratan sibolga 2. Nelayan yang
menggunakan alat tangkap yang berbahaya atau tidak ramah lingkungan
3. Kerusakan sumberdaya terutama terumbu karang 4. Terjadinya pelanggaran
hukum
5. Terjadinya konflik antara pengelola wisata dengan Pemerintah Daerah
Stategi ( S-T )
1. Meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, sehingga tidak terjadi kerusakan sumberdaya terutama terumbu karang. 2. Meningkatkan kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana serta pelayanan yang baik untuk mengurangi konflik antara pengelola dan PEMDA. 3. Membuat rencana tata ruang
wilayah di Pulau Poncan. 4. Penyusunan dan penetapan
regulasi serta pedoman dalam pengelolaan terumbu karang untuk pengembangan ekowisata bahari, yang akan menegah munculnya berbagai macam konflik serta pelanggaran hukum
Strategi ( W-T)
1. Mengupayakan perbaikan ekosistem terumbu karang yang disebabkan oleh pencemaran, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.
2. Perlunya penegakan hukum yang kuat dan jelas sehingga tiadak akan terjadi konflik dan pelanggaran hukum.
3. Meninggkatkan ketrampilan dan pendidikan masyarakat serta melakukan promosi yang baik sehingga terjalin kerjasama yang baik antara pengelola dan PEMDA
Sumber : Data primer hasil analisis (2009) Internal
Tabel 48 Perangkingan alternatif strategi pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan
NO UNSUR SWOT KETERKAITAN NILAI RANGKING
STRATEGI S-O 1 Melakukan upaya kegiatan konservasi terumbu
karang untuk pengembangan ekowisata dengan melibatkan masyarakat, LSM dan PEMDA
S1+S3+S5+O2+O3
1.72 II 2 Peningkatan kesempatan bekerja bagi masyarakat
dengan memanfaatkan fasilitas dan prasarana yang memadai
S2+S4+O4 0.73 IX 3 Memanfaatkan akses yang mudah sebagai
gerbang keluar masuk untuk pengembangan ekowisata bahari yang merupakan daerah kawasan lintas pariwisata
S1+ O1+O5 1.16 IV
STRATEGI W-O 4 Meningkatkan ketrampilan serta pendidikan
masyarakat sehingga akan tebukanya lapangan pekerjaan yang lebih banyak
W1+W2+ O4 0.53 XII 5 Adanya dukungan dari Pemda dan LSM untuk
mengurangi tekanan terhadap terumbu karang dengan menyadarkan masyarakat terkait pelestarian terumbu karang dengan kegiatan-kegiatan konservasi.
W4+W5+O2+O3 1.08 VII
6 Menambah sarana promosi serta melakukan pemasaran yang lebih baik di daerah kawasan lintas pariwisata
W3+O5 0.47 XIII STRATEGI S-T
7 Meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, sehingga tidak terjadi kerusakan sumberdaya terutama terumbu karang
S3+S5+T2+T3 1.14 V
8 Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana serta pelayanan yang baik untuk mengurangi konflik antara pengelola dan PEMDA
S2+S4+T5 0.81 VIII
9 Membuat rencana tata ruang wilayah di Pulau
Poncan S1+S3+S5+T1+T3 1.71 III
10 Penyusunan dan penetapan regulasi serta pedoman dalam pengelolaan terumbu karang untuk pengembangan ekowisata bahari, yang akan menegah munculnya berbagai macam konflik serta pelanggaran hokum
S3+S5+ T3+T4+T5 1.85 I
STRATEGI W-T 11 Mengupayakan perbaikan ekosistem terumbu
karang yang disebabkan oleh pencemaran, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.
W4+T1+T2+T3 1.11 VI
12 Perlunya penegakan hukum yang kuat dan jelas sehingga tiadak akan terjadi konflik dan pelanggaran hokum
W5+ T4+T5 0.69 XI 13 Meninggkatkan ketrampilan dan pendidikan
masyarakat serta melakukan promosi yang baik sehingga terjalin kerjasama yang baik antara pengelola dan PEMDA
W1+W2+W3 +T5 0.73 X
Sumber : Data primer hasil analisis (2009)
Analisis SWOT menghasilkan 13 strategi yang perlu dan harus ditindak lanjuti untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan yang terpadu dan
berkelanjutan bagi ekosistem terumbu karang maupun bagi ekonomi masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa potensi sumberdaya pesisir dan laut di Pulau Poncan masih sangat potensial untuk dapat dikembangkan apalagi untuk pengembangan ekowisata bahari. Peran Pemerintah dan segenap lapisan masyarakat dan stakeholder lainnya sangat berpengaruh terhadap kelangsungan sumberdaya tersebut dan pengembangan ekowisata bahari itu sendiri. Sehingga telah dihasilkan sebanyak tiga (3) strategi utama yang akan menjadi prioritas untuk diterapkan dan dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan sehingga akan mampu memberikan pendapatan bagi daerah khususnya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian sumberdaya hayati yaitu :
1. Penyusunan dan penetapan regulasi antara lain : peraturan daerah tentang; pelarangan penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, pengaturan penggunaan dan pemanfaatan lahan di Pulau Poncan, penyewaan Pulau Poncan dan fasilitas didalamnya, pembagian tugas dan wewenang dalam melakukan pengelolaan di Pulau Poncan secara menyeluruh serta pedoman dalam pengelolaan terumbu karang untuk pengembangan ekowisata bahari, yang akan mencegah munculnya berbagai macam konflik serta pelanggaran hukum.
Ekosistem terumbu karang merupakan objek utama dalam kegiatan ekowisata bahari sehingga harapannya sumberdaya tersebut dapat selalu dalam kondisi yang baik dan sehat, namun kenyataan di lapangan dari 3 stasiun pengamatan di Pulau Poncan Besar memiliki persentase penutupan karang hidup 27.27% dan 3 stasiun pengamatan di Pulau Poncan Kecil memiliki persentase penutupan karang hidup 34.69%. Walaupun kondisi terumbu karang di kedua Pulau tersebut termasuk kedalam kategori sedang dengan rata-rata persentasenya adalah 30.98%. Akan tetapi kondisi tersebut sangatlah memprihatinkan sehingga diperlukan pengelolaan yang baik serta berkelanjutan.
2. Melakukan upaya kegiatan konservasi terumbu karang untuk pengembangan ekowisata dengan melibatkan masyarakat, LSM dan Pemda.
Berdasarkan kondisi terumbu karang yang ada saat ini di Pulau Poncan perlu dilakukan upaya penyelamatan terhadap terumbu karang melalui kegiatan konservasi. Kegiatan konservasi ini dilakukan harus secara terpadu dan berkelanjutan dengan adanya dukungan serta melibatkan peran serta semua stakeholder terutama masyarakat, LSM dan Pemerintah Daerah. Sehingga pengembangan ekowisata bahari dapat dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian terumbu karang melalui kegiatan konservasi.
3. Membuat rencana tata ruang wilayah di Pulau Poncan.
Dalam pengelolaan yang terpadu dan berkelanjutan diperlukan suatu rencana dalam penataan ruang agar pemanfatan yang akan dilakukan sesuai dengan yang diinginkan. Konteks pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan sangat perlu membuat rencana tata ruang wilayah di Pulau Poncan sehingga akan dengan mudah untuk melakukan rencana pengembangan yang berkelanjutan serta berkesinambungan.
Pada dasarnya pengelolaan yang telah dilakukan pihak swasta telah memberikan peranan bagi perkembangan Kota Sibolga, antara lain bagi pembangunan daerah pengelola memberikan kontribusi melalui sektor pajak akan tetapi kontribusinya masih belum maksimal untuk pembangunan Kota Sibolga. Peranan dari pengelola selama ini cukup baik dari sektor ekonomi dengan terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat misalnya menjadi pegawai di resort (satpam, koki, pramusaji, cleaning service dll) juga ada masyarakat yang menyewakan kapalnya untuk melakukan penyeberangan ke Pulau Poncan dan ada juga yang menjadi pemandu wisata. Diperlukan perhatian khusus terhadap keberlangsungan sumberdaya hayati yang ada di Pulau Poncan serta permasalahan-permasalahan yang ada harus segera diselesaikan dengan melakukan pengelolaan secara terpadu, sehingga akan dapat melakukan rencana pengembangan ekowisata bahari yang berkelanjutan. Dengan demikian diharapkan pengelola dan pihak terkait lainnya saling berkoordinasi dan bersatu dalam melakukan pengelolaan, sehingga status pengelolaan saat ini yang diberikan kepada pihak swasta dapat berjalan seperti yang diharapkan serta menjadi lebih baik dengan didukung oleh Pemerintah Daerah dan
Masyarakat sekitarnya. Dalam konteks ini, Chambers (1992) dalamAdrianto (2004) menganjurkan bahwa strategi pengelolaan Pulau-Pulau Kecil harus dapat mengkaitkan seluruh kegiatan dan stakeholders yang ada di Pulau-Pulau Kecil dengan menggunakan pendekatan yang terkoordinasi.
Berdasarkan indeks kesesuaian wisata (IKW) untuk kegiatan selam dan snorkling Pulau Poncan termasuk kategori sesuai untuk pengembangan ekowisata bahari (Tabel 39 dan 40). Pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan diperlukan beberapa tahapan serta arahan dalam pengembangannya agar kedepan pengelolaan yang dilakukan melalui penilaian secara menyeluruh dan terpadu serta berkelanjutan menuju pengelolaan yang berbasis konservasi. Untuk itu diperlukan arahan kegiatan dalam pengembangan ekowisata bahari, strategi utama yang akan menjadi prioritas untuk diterapkan dan dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan sehingga akan mampu memberikan pendapatan bagi daerah Kota Sibolga khususnya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian sumberdaya hayati. Adapun arahan kegiatan untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan Besar secara khusus di sekitar resort adalah (Tabel 49).
Tabel 49 Alternatif kegiatan dalam rangka pengelolaan terumbu karang untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan Besar
No Kegiatan Stakeholder yang terlibat Indikator kinerja 1. Melakukan rehabilitasi dengan cara
melakukan transplantasi karang di sekitar lokasi resort
Pengelola dan Pemda
Luasan kawasan yang mengalami kerusakan terumbu karang 2. Mempertahankan serta meningkatkan
tingkat kunjungan wisata sesuai dengan daya dukung kawasan
Pengelola dan Pemda
Intensitas pengunjung yang datang ke resort di Pulau Poncan Besar 3. Melakukan penyuluhan atau
pemberitahuan kepada para pengunjung tentang pendidikan konservasi selama melakukan kegiatan wisata sehingga dapat menjaga kelestarian sumberdaya hayati sekaligus akan meningkatkan kualitas produk ekowisata bahari yang ditawarkan.
Pengelola dan Masyarakat
Jumlah pihak yang terlibat aktif dalam menjaga dan mengelola terumbu karang
4. Monitoring dampak lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan ekowisata bahari dan kegiatan perikanan lainnya minimal 1 (satu) bulan sekali
Pemda dan Masyarakat
Tingkat pelanggaran dan perusakan terhadap terumbu karang