• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pulau Poncan pada saat ini a) Sejarah pendirian resort di Pulau Poncana) Sejarah pendirian resort di Pulau Poncan

2.TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum 1. Letak geografis

4.1.7. Pengelolaan Pulau Poncan pada saat ini a) Sejarah pendirian resort di Pulau Poncana) Sejarah pendirian resort di Pulau Poncan

Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil menurut UU No 27 tahun 2007 adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, antara pemerintah dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pulau Poncan merupakan Pulau yang berada di wilayah administrasi Kota Sibolga (Gambar 5). Pulau Poncan Besar memiliki luas area seluas 89.6639 ha dan Pulau Poncan Kecil memiliki luas 4.1544 ha. Pulau Poncan Besar telah di manfaatkan secara profesional, luas yang dimanfaatkan sampai saat ini seluas 10.7 ha dari total seluruh Pulau Poncan Besar seluas 89.6639 ha (Tabel 44). Pulau Poncan Kecil belum dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan keterangan Mariadi selaku Manager Hotel Wisata Indah yang merupakan bagian dari pengelola Sibolga Marine Resort di Pulau Poncan Besar bahwa Status kepemilikan adalah Hak Guna Usaha (HGU), akan tetapi ada dari beberapa kalangan serta masyarakat sekitarnya yang mengatakan bahwa kepemilikan Pulau Poncan merupakan hak milik dari beberapa

orang seperti Sibolga Marine Resort (SMR) yang dimiliki oleh Amran Lies. Perencanaan pembangunan Sibolga Marine Resort berawal pada tahun 1994, serta pada tahun 1997 Sibolga Marine Resort resmi di buka untuk umum dengan berbagai fasilitas hotel bintang 2 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pariwisata. Dari seluas 10.7 ha yang dimiliki hanya 7 ha yang baru dimanfaatkan secara optimal, sedangkan sisanya masih dalam keadaan belum di manfaatkan.

b) Pengelolaan resort di Pulau Poncan

Sibolga Marine Poncan adalah resort tepi laut yang sangat khusus sebagai satu-satunya fasilitas yang berorientasi laut di Pantai Barat Sumatera Utara. Di sini kami menawarkan pengalaman dan pemandangan yang sempurna bagi petualang, nelayan, pendayung, beachcomber dan hampir setiap orang akan menjadi santai dan menikmati pemandangan indah di lingkungan tropis. Selama ini pengelolaan yang dilakukan di Pulau Poncan oleh PT. Sibolga Marine Resort bersifat pribadi dan tanpa melibatkan Pemerintah Daerah dan masyarakat sekitarnya baik dari segi pendanaan maupun pengembangan, sehingga masih kurangnya koordinasi dengan Pemerintah Daerah serta masyarakat sekitarnya. Peranan dari pengelola selama ini cukup baik dari sektor ekonomi dengan terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat misalnya menjadi pegawai di resort (satpam, koki, pramusaji, cleaning service dll) juga ada masyarakat yang menyewakan kapalnya untuk melakukan penyeberangan ke Pulau Poncan dan ada juga yang menjadi pemandu wisata. Bagi pembangunan daerah pengelola juga memberikan kontribusi melalui sektor pajak.

Aktivitas wisata di Pulau Poncan yang dilakukan oleh PT Sibolga Marine Resort menawarkan aktivitas secara professional dan menarik dengan beberapa aktivitas yang ada di lingkungan resort antara lain : (1) wisata memancing dengan menyiapkan pemandu untuk melakukan pemancingan baik di sekitar Pulau Poncan maupun ke Pulau-Pulau yang lebih jauh. (2) wisata selam dan snorkling dapat dilakukan dengan sendiri maupun bantuan dari pemandu selam yang akan membawa para penyelam melakukan kegiatan selam dan snorkling di sekitar Pulau Poncan maupun yang berada di lokasi penyelaman lainnya diluar kawasan resort . (3) aktivitas di sekitar resort dapat dilakukan seperti berjemur di pantai, berjalan mengelilingi pantai putih berpasir, padding kano, banana boat dan jet sky, fasilitas bermain untuk anak. (4) kegiatan hiking ke daerah perbukitan dan hutan yang ada di

Pulau Poncan Besar untuk melihat beberapa hewan reptil yang ada dan juga untuk melihat lubang jepang yang dijadikan benteng pertahanan selama perang dunia II untuk memantau aktivitas di Pelabuhan Sibolga. Akan tetapi seiring berjalannya waktu terjadinya penurunan kualitas lingkungan terutama terumbu karang merupakan permasalahan dan kendala umum yang sekarang dihadapi disebabkan pengelola selama ini tidak mempertimbangkan dampak negatif yang akan ditimbulkan dari kegiatan-kegiatan yang dihasilkan serta tanpa mempertimbangkan dan merencanakan pengembangan secara terpadu dan berkelanjutan. Kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan di Pulau Poncan adalah :

1. Kerusakan fisik habitat ekosistem terutama terumbu karang. yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan perikanan yang bersifat merusak penggunaan bahan peledak, bahan beracun, penambangan karang serta kegiatan pariwisata yang tidak bertanggung jawab (Gambar 13 dan 14). Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan dari masyarakat terhadap pelestarian lingkungan sumberdaya hayati yang ada di laut terutama terumbu karang. sehingga sumberdaya hayati laut yang merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi kehidupan organisme laut maupun masyarakat sekitar yang memanfaatkannya terabaikan dan terlupakan.

2. Over eksploitasi sumberdaya hayati laut, kondisi ini mengakibatkan kualitas lingkungan laut mengalami penurunan serta terjadi degradasi fisik terumbu karang yang merupakan tempat pemijahan, asuhan dan mencari makan bagi sebagian besar biota laut tropis. Data menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di Pulau Poncan pada saat ini rata-rata sebesar 30.98% dengan variasi antara 27.27% - 34.69% (Gambar 11). Hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi pengelolaan terumbu karang di Pulau Poncan.

3. Kurangnya koordinasi dan kerjasama antara pengelola dan pihak terkait baik pemerintah, swasta dan masyarakat. Kurangnya koordinasi antar pelaku pengelola terlihat dari berbagai kegiatan pembangunan di Pulau Poncan yang di lakukan secara sektoral oleh masing-masing pihak. Hal ini diakibatkan oleh sifat keegoan setiap pelaku pengelolaan juga karena tidak adanya sistem atau lembaga yang mampu mengkoordinasikan setiap kegiatan pengelolaan sumberdaya terutama pengelolaan terumbu karang di Pulau Poncan. Sebagai

contoh dapat dilihat terjadinya benturan kepentingan antara pemanfaatan sumberdaya dengan kegiatan konservasi lingkungan, antara pemanfaatan sumberdaya secara optimal dan lestari dengan pemanfaatan sumberdaya secara maksimal untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

4. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia, isu keterbatasan sumberdaya masyarakat meliputi kurangnya peran serta dari masyarakat dalam pembangunan masyarakat pesisir. Sumberdaya pesisir memiliki produktivitas yang tinggi dan dapat diharapkan berperan penting dalam melestarikan pembangunan ekonomi masyarakat dan kesejahteraan. Rendahnya kualitas SDM selalu dikaitkan dengan kemiskinan masyarakat pesisir. Fakta dilapangan hingga saat ini sebagian besar masyarakat pesisir di sekitar Pulau Poncan masih dililit kemiskinan. Berbagai fenomena kerusakan lingkungan terutama kerusakan terumbu karang seringkali di akibatkan oleh penduduk miskin yang karena terpaksa (ketiadaan alternatif mata pencaharian) harus mengeksploitasi sumberdaya tersebut secara berlebihan. Salah satu penyebab dari kemiskinan masyarakat pesisir adalah karena tidak adanya konsep dan program yang nyata untuk pengembangan masyarakat pesisir sebagai subyek maupun obyek dari pembangunan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemitraan baik dari segi pembinaan ketrampilan maupun pendanaan dari kalangan investor terhadap masyarakat lokal.

5. Lemahnya penegakan hukum, dengan adanya undang-undang pengelolaan sumberdaya pesisir, seharusnya masalah perbaikan lingkungan pesisir terutama terumbu karang menjadi fokus utama dalam pengelolaan suatu kawasan Pulau Poncan. Tetapi kenyataan terjadinya kerusakan sumberdaya yang selalu terjadi dan tidak menutup kemungkinan akan terus berlangsung apabila tidak segera diambil tindakan pencegahan. Hal ini di sebabkan karena lemahnya penegakan hukum yang diakibatkan belum adanya aturan yang mendasar dan jelas mengenai pengelolaan terumbu karang di Pulau Poncan. Pada dasarnya pengelolaan yang telah dilakukan pihak swasta telah memberikan peranan bagi perkembangan Kota Sibolga, akan tetapi kontribusinya masih belum maksimal untuk pembangunan Kota Sibolga dan juga diperlukan perhatian khusus terhadap keberlangsungan sumberdaya hayati yang ada di Pulau

Poncan serta permasalahan-permasalahan yang ada harus segera diselesaikan dengan melakukan pengelolaan secara terpadu, sehingga akan dapat melakukan rencana pengembangan ekowisata bahari yang berkelanjutan.

4.2. Potensi Sumberdaya Alam 4.2.1. Sumberdaya perikanan

Produksi perikanan Kota Sibolga tahun 2007 sebesar 31 620 ton, sedangkan pada tahun 2008 mencapai 40 956.10 ton, dimana terjadi peningkatan jumlah produksi sebesar 9 336.10 ton atau sebesar 22.8%. Hasil tangkapan tersebut didominasi oleh ikan pelagis kecil antara lain : teri, layang, selar. Terjadinya kenaikan produksi ikan sebesar 9 336.20 ton jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya disebabkan oleh keadaan laut yang cukup kondusif bagi para nelayan untuk pergi melaut (Tabel 26).

Tabel 26 Jumlah produksi perikanan Kota Sibolga tahun 2004-2008 Tahun Jumlah (Ton) Persentase (%)

2004 31 207.68 0.80 2005 29 207.50 -6.63 2006 29 901.48 2.38 .2007 31 620.00 5.43 2008 40 956.10 22.80

Sumber : Dinas Perikanan & BPS Kota Sibolga

Jumlah nelayan yang ada di Sibolga pada tahun 2007 mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan tahun 2006. Akan tetapi pada tahun 2008 telah mengalami penurunan dibandingkan dengan jumlah nelayan pada tahun 2007 (Tabel 27).

Tabel 27 Jumlah nelayan Sibolga tahun 1999-2008

Tahun Nelayan Penuh (jiwa) Sambilan (jiwa) Jumlah (jiwa) 1999 7 556 1 254 8 810 2000 7 556 806 8 362 2001 7 683 879 8 562 2002 7 084 567 7 651 2003 6 813 567 7 380 2004 7 819 651 8 470 2005 5 665 1 360 7 025 2006 5 713 1 418 7 131 2007 8 551 1 191 9 742 2008 6 432 1 174 7 606 Sumber : Dinas Perikanan & BPS Kota Sibolga