• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum 1. Letak geografis

4.2.3. Potensi biofisik perairan di Pulau Poncan

Pulau Poncan Besar memiliki luas 89.6639 ha dan Pulau Poncan Kecil memiliki luas 4.1544 ha. Pulau Poncan Besar telah di manfaatkan secara profesional, luas yang dimanfaatkan sampai saat ini seluas 10.7 ha dari total seluruh Pulau Poncan Besar seluas 89.6639 ha (Tabel 44). Pulau Poncan Kecil belum dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan untuk luas hamparan terumbu karang di Pulau Poncan

Besar yaitu sebesar 27.6859 ha dan Pulau Poncan Kecil sebesar 11.5375 ha. Panjang pantainya Pulau Poncan Besar memiliki panjang 3.28 km2, sedangkan Pulau Poncan Kecil memiliki panjang 0.99 km2. Lebar pantai yang dimiliki Pulau Poncan Besar rata 11 m sampai pasang tertinggi, sedangkan Pulau Poncan Kecil memiliki rata-rata lebar 15 m sampai pasang tertinggi. Material dasar di Pulau Poncan merupakan pasir dengan memiliki tipe pantai yang landai dengan tingkat kemiringan (α) di Pulau Poncan Besar berkisar antara 1.49520 – 1.50110. Sedangkan di Pulau Poncan Kecil memiliki tingkat Kemiringan (α) berkisar antara 1.51780– 1.52480(Tabel 32).

Tabel 32 Parameter biofisik perairan selama penelitian di Pulau Poncan

Parameter Pulau Poncan Besar Pulau Poncan Kecil

St 1 St 2 St 3 St 1 St 2 St 3

Salinitas (0/00) 28 28 28 29 28 29

Suhu permukaan (0C) 30 31 31 31 31 31

Kecerahan (m) 5 5 4,5 4,5 5 5

Kecepatan Arus (cm/det) 13 6 8 4 6 5

Kedalaman (m) 5 5 4,5 4,5 5 5

Tinggi Gelombang (m) < 1 < 1 < 1 < 1 2 < 1

Pasang Surut 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35

Panjang Pantai (m) 1030 1390 856 425 353 212

Lebar Pantai (m) 12 9 12 15 15 15

Material Dasar Pasir Pasir Pasir Pasir Pasir Pasir Tipe Pantai Landai Landai landai landai Landai Landai Kemiringan(0) 1.4963 1.4952 1.5011 1.5248 1.5224 1.5178 Koordinat 1042.271' 98045.805' 1042.804' 98045.563' 1042.370' 98046.395' 1043.983' 98045.043' 1043.747' 98045.347' 1043.768' 98045.097' Sumber : Data primer hasil analisis (2009)

Parameter biofisik perairan yang telah diamati dapat menunjukkan kondisi terumbu karang yang hidup di perairan Pulau Poncan, serta menunjukkan hasil pengukuran berada pada nilai kisaran yang masih bisa mendukung terhadap perkembangan terumbu karang antara lain:

1. Salinitas

Salinitas diketahui juga merupakan faktor pembatas bagi kehidupan binatang karang. Salinitas pada Pulau Poncan Besar dan Pulau Poncan Kecil memiliki nilai kisaran 28 – 290/00. Hal ini disebabkan adanya pengaruh air tawar yang masuk ke perairan, dimana jarak Pulau Poncan tidak terlalu jauh dengan daratan Sibolga. Salinitas air laut rata-rata di daerah tropis adalah sekitar 350/00, dan binatang karang hidup subur pada kisaran salinitas sekitar 34-360/00 (Kinsman, 1964). Akan tetapi pengaruh salinitas terhadap kehidupan binatang karang sangat bervariasi tergantung pada kondisi perairan laut setempat atau juga adanya pengaruh dari alam seperti

run-off, badai, hujan, sehingga kisaran salinitas bisa sampai dari 17.5-52.50/00(Vaughan, 1919; Wells, 1932 dalam Supriharyono, 2007). Bahkan juga seringkali terjadi salinitas di bawah minimum dan di atas maksimum karang masih bisa hidup, seperti tercatat di perairan Pantai Bandengan, Jepara, Jawa Tengah salinitas mencapai nol permil (00/00) untuk beberapa jam pada waktu air surut yang menerima limpahan air tawar sungai (Supriharyono, 1986).

2. Suhu

Suhu di Pulau Poncan berada pada kisaran nilai 30-310C, dimana suhu pada saat pengukuran relatif stabil. Suhu air merupakan faktor penting yang menentukan kehidupan karang. Hal ini juga menunjukkan bahwa nilai yang didapat pada pengukuran di lapangan masih mendukung untuk perkembangan ekosistem terumbu karang. Menurut Wells (1954); Kinsman (1964), dalam Supriharyono (2007), suhu yang yang baik untuk pertumbuhan karang adalah berkisar antara 25-290C. sedangkan batas minimum dan maksimum suhu berkisar antara 16-170C untuk minimum dan sekitar 360C untuk suhu maksimum.

3. Kecerahan

Kecerahan merupakan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalam tertentu. Kecerahan dan kedalaman perairan di Pulau Poncan merupakan pengukuran yang dilakukan sejalan dan bersamaan pada saat dilapangan. Dimana pada saat pengamatan kedalaman perairan sekitar 4.5 - 5 m, dengan tingkat kecerahan pada semua stasiun pengamatan tersebut 100%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kecerahan perairan di Pulau Poncan baik dengan tingkat kecerahan 100%. Intensitas cahaya matahari mampu menembus perairan hingga kedalaman dimana ditemukan hamparan terumbu karang pada kisaran kedalam 4.5 – 5 m, sehingga menjamin kelangsungan hidup organisme yang membutuhkan cahaya matahari di terumbu karang. Hal senada juga diungkapkan oleh Supriharyono (2007), mengingat binatang karang (hermatypic atau reef-building corals) hidupnya bersimbiose dengan ganggang (zooxanthellae) yang melakukan proses fotosintesa, maka pengaruh cahaya (illumination) adalah penting sekali. Terkait dengan pengaruh cahaya tersebut terhadap karang, maka faktor kedalaman juga membatasi kehidupan binatang karang. Menurut Kinsman (1964), secara umum karang tumbuh baik pada kedalaman kurang dari 20 m. Akan tetapi menurut Supriharyono (2007), tidak sedikit

spesies karang yang tidak mampu bertahan pada kedalaman hanya satu meter, disebabkan oleh karena kekeruhan air dan tingkat sedimentasi yang tinggi.

4. Kecepatan arus dan gelombang

Hasil pengukuran dan pengamatan kecepatan arus serta gelombang yang terjadi di perairan Pulau Poncan memiliki kecepatan arus berkisar antara 4 cm/dt – 13 cm/dt, dimana tinggi gelombang relatif stabil dengan ketinggian rata-rata dibawah 1 m, walaupun di Pulau Poncan Kecil pada stasiun 2 terjadi gelombang dengan ketinggian 2 m. Dilihat pada saat kondisi dilapangan hal ini tidak terlalu signifikan atau tidak terlalu berpengaruh bagi kehidupan terumbu karang. Tekanan hydrodinamis seperti arus dan gelombang akan memberikan pengaruh terhadap bentuk pertumbuhan karang dengan adanya kecenderungan semakin besar tekanan hydrodinamis, maka bentuk pertumbuhan karang lebih ke arah bentuk pertumbuhan mengerak (encrusting) (Supriharyono, 2000). Selain itu arus dibutuhkan untuk mendatangkan makanan berupa plankton. Menurut Nybakken (1992), pertumbuhan karang pada daerah berarus akan lebih baik dibandingkan dengan perairan tenang.

5. Pasang surut

Data pasang surut yang digunakan dalam laporan ini adalah data pasut yang dikeluarkan oleh DISHIDROS TNI-AL pada buku daftar pasang surut kepulauan Indonesia tahun 2009. Tipe pasang surut juga dapat ditentukan secara kuantitatif dengan menggunakan bilangan Formzahl, yakni bilangan yang dihitung dari nilai perbandingan antara amplitudo (tinggi gelombang) komponen harmonik pasang surut tunggal utama dan amplitudo komponen harmonik pasang surut ganda utama. Hasil perhitungan pasang surut di perairan Sibolga memiliki nilai F = 0.35, sehingga perairan Sibolga memiliki pasang surut campuran bertipe ganda. Artinya setiap hari terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut yang berbeda tingginya.