• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Pulih Masyarakat Pada Sektor Sosial

Dalam dokumen Proseeding seminar perdesaan (Halaman 184-192)

FAKTOR PENENTU KEGIATAN TUJUAN

METODE PENELITIAN

3. Daya Pulih Masyarakat Pada Sektor Sosial

Modal sosial merupakan kunci daya pulih masyarakat Desa Pandasari

pascaerupsi Gunungapi Kelud.

Wardhani, 2013 menjelaskan modal sosial

(social capital) terbentuk dari pengetahuan bersama, pranata bersama, pola-pola interaksi yang dilakukan individu dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Modal sosial terbentuk oleh sikap saling percaya

antar induvidu yang baik. Irawan, dkk, 2014 menjelaskan bahwa modal sosial erat kaitannya dengan hubungan baik masyarakat itu sendiri dan dengan pihak luar.

Modal sosial dalam daya pulih masyarakat ditunjukkan masyarakat pada saat rehabilitasi dan rekonstruksi bencana (Irawan, dkk, 2014). Masyarakat bersedia untuk saling membantu memperbaiki rumah dan fasilitas umum

166 | Listyo Yudha Irawan, Ika Meviana, Dwi Fauzia Putra, Rosanti & M. Jefry

lain secara bergiliran tanpa memaksa untuk didahulukan. Sifat gotong-royong sebagai ciri masyarakat desa mampu diterapkan dengan baik oleh masyarakat.

Hasil wawancara dengan petugas BPBD Kabupaten Malang menjelaskan bahwa masyarakat Desa Pandansari mampu kondisi sosialnya mampu pulih lebih cepat apabila dibandingkan dengan peristiwa erupsi di daerah lain seperti di Merapi dan Bromo. Perbandingan yang dilakukan tentu tanpa memperhatikan durasi erupsi yang terjadi, jumlah penduduk terpapar, dan besar kerugian yang dialami penduduk. Masyarakat Desa Pandansari pada level mikro atau desa dapat dijadikan contoh kelompok masyarakat yang mampu pulih secara cepat pascaerupsi.

KESIMPULAN

Desa Pandansari merupakan terletak pada Kawasan Rawan Bencana

Gunungapi Kelud. Periode erupsi Gunungapi Kelud tahun 2014 merupakan dampak terbesar yang dialami oleh masyarakat Desa Pandansari, hal ini disebabkan pada periode erupsi sebelumnya masyarakat Desa Pandansari belum pernah mengalami kerugian berupa kerusakan dan kehilangan seperti pada periode erupsi Tahun 2014. Kerugian berupa kerusakan dan kehilangan dapat diidentifikasi dari sektor ekonomi dan sosial. Masyarakat Desa Pandansari dapat pulih secara ekonomi maupun sosial dalam waktu kurang dari satu tahun. Waktu pulih yang singkat tidak terlepas dari peran modal sosial yang telah terbentuk dalam masyarakat. Masyarakat Desa Pandansari dapat dijadikan pembelajaran (lesson learn) dalam upaya daya pulih masyarakat pasca bencana khususnya ancaman bencana erupsi Gunungapi.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyan, Marshal. 2013. Strategi Penghidupan Ekonomi Rumahtangga Pada Sektor Pertanian Pascaerupsi (Studi Kasus Erupsi Gunungapi Bromo Tahun 2010). Tesis: Magister Manajemen Bencana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Bachri S., Stötter J., Monreal M., dan Sartohadi J., 2015.The calamity of eruptions, or an eruption of benefits? Mt. Bromo human–volcano system a case study of an open- risk perception. Nat. Hazards Earth Syst. Sci., 15, 277–290, 2015. (Online), (www.nat-hazards-earth-syst-sci.net/15/277/2015), diakses 28 April 2015.

Brotopuspisto, K. S. dan Wahyudi. 2007. Erupsi Gunungapi Kelud Dan Nilai - B Gempabumi di Sekitarnya, Berkala MIPA, 17(3), September 2007.

167 | Listyo Yudha Irawan, Ika Meviana, Dwi Fauzia Putra, Rosanti & M. Jefry

De Belizal E., Lavigne F., Gaillard J.C., Grancer D., Pratomo I., dan Komorowski J.C. 2011. The 2007 eruption of Kelut volcano (East Java, Indonesia): Phenomenology, crisis management and social response, Geomorphology 136 (2012) 165–175.

Irawan, L.Y., Swastanto, G.A., dan Sartohadi J. 2014. Kajian Strategi Penghidupan Masyarakat di Areal Gunungapi Kelud Pasca Erupsi 2014: Studi Kasus Desa Pandansari dan Puncu dalam Pengelolaan Bencana Kegunungapian Kelud pada Periode Krisis Erupsi 2014. Diedit oleh Sartohadi, J. dan Pratiwi, E, S. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kusumosubroto, Haryono. 2013. Aliran Debris dan Lahar (Pembentukan, Pengaliran, Pengendapan, dan Pengendalianya). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pratomo, Indyo. 2006. Klasifikasi gunung api aktif Indonesia, studi kasus dari beberapa letusan gunung api dalam sejarah, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 4 Desember 2006, hal. 209-227

Sartohadi, J. dan Pratiwi, E, S. 2014., Pengelolaan Bencana Kegunungapian Kelud pada Periode Krisis Erupsi 2014. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Thouret J.C, Abdurrachman K.E., Bourdier J.L., dan Bronto S. 1998. Origin, characteristics, and behaviour of lahar following the 1990 eruption of Kelud volcano, eastern Java Indonesia, Bull Volcanol (1998) 59 : 460–480.

Wardhani, Puspita Indra. 2013. Mekanisme Bertahan Masyarakat Tengger Di Probolinggo Terhadap Erupsi Gunungapi BromoTahun 2010 – 2011. Tesis: Magister Manajemen Bencana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

169 | Suwito

Prospects coastal areas and small islands in the poor districts are very large, the optimal area utilization is sought in its implementation, such as the development of nautical tourism, the construction of fish landing ports, development of aquaculture ponds or cages and seaweed, the empowerment of coastal communities, coastal resources and sea developed by various sectoral development, regional, private and the public who use the coastal area covers fisheries resources and aquaculture, the location of the resort, tourism, offshore mining, sea ports and strategic potential for military purposes. In addition to having the potential is high enough, the coastal area is very popular with potential disaster. Indonesian coastal areas 70% can be said is entirely tsunami-prone areas, as well as prone to earthquakes. This is due to the coastal Indonesia flanked by three large plate is the Eurasian plate, the Indian-Australian and the Pacific Plate.

Keywords: Countryside Coastal, Hazard Mitigation, Malang

PENDAHULUAN

Sumberdaya kelautan pada kawasan pesisir memiliki potensi ke- anekaragaman hayati yang bernilai eko- nomi tinggi, yang kesemuanya merupa-

kan aset yang sangat strategis untuk dikembangkan dengan basis kegiatan ekonomi pada pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan (environ- mental service) kelautan. Yang tak kalah pentingnya keberadaan ekosistem pesisir

170 | Suwito

dan laut memiliki arti penting bagi kelestarian kehidupan organisme perairan laut dan sumberdaya pesisir.

Pemanfaatan secara ekonomi terhadap pulau kecil bagi masyarakat adalah pemanfaatan lingkungan alam yang indah dan nyaman dalam bentuk kegiatan pariwisata laut, kegiatan budidaya (ikan, udang, rumput laut) yang dapat bermanfaat bagi peningkatan pendapatan atau mata pencaharian pen- duduk setempat, serta potensi sumber- daya hayati yang memiliki keaneka- ragaman yang tinggi dan bernilai ekono- mis, dapat dimanfaatkan bagi kepenti- ngan kesejahteraan masyarakat.

Pengembangan kawasan desa pesisir di kabupaten malang berorientasi pada Kecamatan Bantur yang terletak pada Wilayah Dataran Tinggi dengan Koordinat antara 112º17’10,90” – 112º 57’00,00” Bujur Timur, 7º44’55,11” – 8º26’35,45” Lintang Selatan. Luas wilayah Kecamatan Bantur adalah 158,9 km² atau 15.897 ha terletak pada urutan luas terbesar ketiga setelah Kabupaten Malang dari 33 Kecamatan di Wilayah Kabupaten Malang terdiri dari 10 Desa, 105 Rukun Warga (RW) dan 247 Rukun Tetangga (RT), yang tersebar pada wilayah perdesaan dan terletak antara 0–300 m dari permukaan laut. Wilayah datar sebagian besar terletak di Desa Wonokerto, Rejoyoso, Rejosari dan sebagian Karangsari, Wonorejo, Wilayah bergelombang Pringgodani, Bantur, Srigonco dan Sumberbening.

Secara geografis, wilayah Kecama- tan Bantur mempunyai Pantai sepanjang 16 Km, membujur dari arah Timur yakni Pantai Wisata Balekambang di Srigonco, Kondang merak di Sumberbening dan Pantai Tamanayu di Desa Bandungrejo. Pengembangan wilayah serta efektifitas dan efisiensi percepatan dan pemerataan pem-bangunan di Kecamatan Bantur dibagi menjadi 3 wilayah pengembangan (WP): 1). Bantur Bagian Utara Terdiri dari Desa Wonokerto, Rejoyoso, Karangsari dan Pringgodani dengan ketinggian diatas 300 dpl, dimana daerah ini merupakan daerah pengembangan tanaman pertanian ladang kering (tebu) dengan pusat pengembangan sentra ekonomi di Wonokerto. 2). Bantur bagian Tengah Terdiri dari Desa Bantur, Rejosari, dan Wonorejo yang merupakan daerah perkotaan dengan sasaran program adalah pengembangan agribis dengan andalan pengelolaan salak 3). Bantur bagian barat Terdiri dari Desa Srigonco, Sumberbening dan Bandung- rejo yang merupakan daerah pertanian ladang kering dengan sasaran pengem- bangan program adalah pengembangan wisata pantai.

Prospek kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di kabupaten malang sangat besar, maka pemanfaatan kawasan tersebut diupayakan optimal dalam pelaksanaanya, seperti pengembangan pariwisata bahari, pembangunan pelabu- han pendaratan ikan, pengembangan budidaya perikanan tambak atau keramba serta rumput laut, pemberdaya-

171 | Suwito

an masyarakat pesisir, sumberdaya pesisir dan laut dikembangkan dengan berbagai pembangunan sektoral, regional, swasta dan masyarakat yang memanfaat- kan kawasan pesisir meliputi sumber- daya perikanan tangkap dan budidaya, lokasi resort, wisata, per-tambangan lepas pantai, pelabuhan laut dan potensi strategis bagi kepentingan militer.

Selain memiliki potensi yang cukup tinggi, wilayah pesisir sangat terkenal dengan potensi akan bencana. Daerah pesisir Indonesia 70% dapat dikatakan seluruhnya adalah daerah rawan bencana tsunami, serta rawan gempa. Hal ini disebabkan pesisir Indonesia diapit oleh 3 lempeng besar yaitu lempeng Eurasia, Hindia- Australia, dan Lempeng Pasifik, sehing- ga ketika salah satu lempeng dengan lempeng bersentuhan atau saling bergeser maka akan terjadi gempa bawah laut yang mengakibatkan terjadinya bencana. Bencana di wilayah pesisir yang pasti terjadi adalah Kenaikan Muka Air laut (Sea Level Rise) akibat laju perubahan iklim yang sangat signifikan tiap tahunnya yaitu sekitar 0,5 OC dalam kurun waktu 70 tahun terakhir, dengan rata-rata kenaikan 1-7 OC dengan kenaikan muka air laut rata-rata dari tahun 1993-2003 yaitu sebesar 3,1 mm/tahun (2,4-3,8 mm/ tahun) (Diposaptono, 2009; 5).

Masalah serius lainnya selain meningkatnya muka air laut adalah abrasi pantai. Abrasi adalah proses terkikisnya material penyusun pantai

oleh gelombang dan material hasil kikisan itu terangkut ke tempat lain oleh arus. Membicarakan masalah Abrasi yang terjadi di suatu segmen pantai berarti membicarakan kemungkinan luas lahan pantai yang akan hilang pada suatu periode waktu tertentu. Dengan kata lain, berbicara masalah erosi untuk jangka panjang berarti membicarakan lahan pantai yang terancam hilang dan kerusakan pantai dan ekosistemnya.

Salah satu kecamatan yang me- rasakan dampak abrasi di kabupaten malang adalah Kecamatan Bantur. Di Kecamatan Bantur Abrasi juga merupa- kan masalah utama yang terjadi disepan- jang pantainya. Kecamatan Bantur memili-ki gelombang yang besar sehing- ga mengancam ekosistem budidaya yang ada di garis pantai Bantur. Hal ini diperparah dengan adanya sungai yang terus mengalami erosi atau pengikisan sehingga mengancam ekosistem pemuki- man disekitarnya. Abrasi yang terjadi di kecamatan Bantur telah merusak ekosis- tem di pinggir pantai dan mengancam permukiman dan berbagai aktivitas yang ada di pinggir pantai.

Selain itu, pada wilayah pantai daerah ini sudah tidak terlihat adanya tanaman-tanaman pantai seperti mang- rove yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dan meminimalisir dampak dari abrasi. Demikian halnya pada daerah aliran sungainya terlihat adanya kontaminan-kontaminan asing atau bahan sedimen yang terbawa dari daerah

172 | Suwito

atas Hal-hal sperti inilah yang akan memicu terjadinya abrasi pantai.

Abrasi pantai tidak hanya mem- buat garis-garis pantai menjadi menyem- pit, bila dibiarkan bisa menjadi lebih berbahaya. Hal tersebut dapat mengan- cam pemukiman penduduk yang berada di areal pantai tersebut. Dari sudut pandang keseimbangan interaksi antara kekuatan-kekuatan asal darat dan kekuatan-kekuatan asal laut, Abrasi terjadi karena kekuatan-kekuatan asal laut lebih kuat daripada kekuatan- kekuatan asal darat. Faktor utama terjadi Abrasi adalah aktivitas gelombang di pantai yang terjedi secara terus menerus dan tidak dapat ditahan oleh material pantai. Dengan demikian, tiupan angin menjadi faktor penting yang menentukan terjadi atau tidaknya abrasi di tempat- tempat atau segmen-segmen pantai tertentu dan pada musim-musim tertentu. Arah angin menentukan segmen-segmen pantai yang akan tererosi, sedang kecepatan angin dan “fetch” menentukan kekuatan gelombang

yang terbentuk dan memukul ke pantai. Arus dekat pantai menentukan arah pergerakan muatan sedimen di sepanjang pantai. Arus itu memindahkan muatan sedimen dari satu tempat ke tempat lain di sepanjang pantai atau membawa muatan sedimen dari satu sel pantai ke sel pantai yang lain atau membawa muatan sedimen keluar ke perairan lepas pantai. Dalam skala waktu yang besar besar, jangka panjang, Abrasi dapat mengakibatkan kerusakan garis

pantai yang mengancam ekosistem di pinggiran pantai dan merubah bentuk desa di kawasan pesisir pantai.

Permasalahan lain yang saat ini membayangi penataan pesisir di Kabupaten Malang adalah (1) degradasi lingkungan di mana pencemaran air laut di Kabupaten Malang sudah sangat berat dan tidak ditemui lagi adanya terumbu karang, (2) kemiskinan struktural pada mayoritas penduduk disepanjang pesisir Kabupaten Malang (3) pola pem- bangunan kawasan pesisir tidak terencana hal ini dibuktikan dengan adanya sejumlah reklamasi pantai yang mengabaikan kontur asli, selain merusak hal ini berimbas pada abrasi dan sedimentasi (4) belum terantisipasinya bahaya laten seperti mitigasi bencana (seluruh kawasan pesisir Indonesia rentan terhadap bahaya tsunami).

Oleh karena itu, untuk mengemba- likan fungsi strategis pantai guna men- jamin keselamatan masyarakat pesisir diperlukan terlabih perlu perencanaan kawasan pesisir yang memperhatikan aspek pengelolaan kawasan pantai untuk meminimalisir dampak bencana abrasi yang didahului dengan suatu kajian analisis resiko bencana yang merupakan kajian komprehensif terhadap tingkat bahaya yang ada dan tingkat kerentanan yang terjadi. Sehingga aspek kebencanaan merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan agar pem- bangunan yang terjadi dapat didukung oleh kondisi lingkungan khususnya

173 | Suwito

wilayah pesisir yang rentan akan bencana alam.

PEMBAHASAN

Dalam dokumen Proseeding seminar perdesaan (Halaman 184-192)