• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Dalam dokumen Proseeding seminar perdesaan (Halaman 65-69)

DAFTAR PUSTAKA

B. KAJIAN PUSTAKA

1. Strategi Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Strategi pelaksanaan yang di- maksud dalam pemberdayaan masya- rakat pesisir adalah berkenaan dengan metode atau cara yang digunakan. Melalui metode diupayakan ditemukan cara yang sederhana tetapi terorganisir dan berdaya guna dalam membangkitkan kemauan, kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat agar terlibat aktif dalam kegiatan pemberdayaan.

Dalam hal ini, strategi pember- dayaan masyarakat secara konseptual, dapat dilakukan melalui 5 (lima) strategi pokok, antara lain:

a. Melalui Pendekatan kelompok

Secara ekonomi, sosial, budaya dan politik yang ada di masyarakat pesisir masih sangat rendah atau lemah. Hal ini akan sulit memecahkan masalah- masalah yang dihadapi secara sendiri- sendiri, karena itu pendekatan kelompok adalah strategi yang paling efektif dan efisien dalam upaya pemberdayaan potensi dan kemampuan masyarakat dimana pada akhirnya masyarakat akan mempunyai posisi tawar yg kuat dan seimbang.

b. Melalui Penguatan Kelembagaan Strategi penguatan kelembagaan pada dasarnya dilaksanakan karena terdapat asumsi bahwa lembaga-lembaga sosial yang ada di masyarakat pada prinsipnya merupakan media yang cukup efektif untuk memanajemen masyarakat dalam melakukan serang- kaian program dan kegiatan. Dengan memfungsikan lembaga-lembaga social kemasyarakatan melalui berbagai input pembinaan dan arahan diharapkan bias menjembatani kebutuhan masyarakat baik secara individual maupun ke- lompok. Disisi lain akan terjadi proses pembelajaran dengan mengorganisir kemampuan & potensi yg mereka miliki agar berhasil secara optimal (social learning).

c. Melalui Program Pendampingan / Kemitraan

Melalui program pendamping- an/kemitraan diharapkan akan dapat memberikan pembelajaran dan kesadaran kepada masyarakat untuk mengenali

47 | Supriyanto

dirinya sendiri. Adapun tugas pen- damping meliputi menyelenggarakan dialog untuk menggali kebutuhan- kebutuhan masyarakat, menggali sumber -sumber potensi yang tersedia, meng- identifikasi spesifikasi masalah dan mengorganisir masyarakat untuk menga- mbil keputusan secara tepat.

d. Melalui Pengembangan sumber daya manusia (SDM)

Pengembangan SDM merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya insani masyarakat baik yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, keterampilan maupun kinerja mereka. Implementasi pengembangan SDM yaitu diharapkan adanya program-program kegiatan yang bersifat pendidikan dan latihan secara sistematis.

e. Melalui Pemberian Stimulan

Stimulan yang diberikan biasanya berupa dana hibah baik hibah murni maupun bergulir (revolving fund). Dengan pemberian stimulan diharapkan keterse- diaan masyarakat untuk melakukan swa- daya sesuai dengan kemampuan serta mempersiapkan masyarakat secara teknis baik administratif maupun skill.

Untuk melaksanakan 5 (lima) strategi pemberdayaan tersebut diatas, diperlukan adanya beberapa pendekatan pelaksanaan, antara lain:

1) The Welfare Approach. Pendekatan ini mengarah pada pendekatan manusia dan bukan untuk memperdaya masyarakat dalam menghadapi proses politik dan kemiskinan rakyat

tetapi justru untuk memperkuat keberdayaan masyarakat dalam pen- dekatan sentrum of power, yang dilatarbelakangi dengan kekuatan potensi lokal masyarakat itu sendiri. 2) The Development Approach. Pende-

katan ini bertujuan untuk mengem- bangkan proyek pembangunan untuk meningkatkan kemampuan, ke- mandirian dan keswadayaan masya- rakat.

3) The Empowerment Approach. Pendeka- tan yang melihat bahwa kemiskinan sebagai akibat dari proses politik dan berusaha memberdayakan atau me- latih rakyat untuk mengatasi ketidak berdayaan masyarakat.

Oleh karena itu, dalam upaya pemberdayaan masyarakat pada umum- nya dapat dilihat dari tiga sisi penting, yaitu:

1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikem- bangkan.

2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empower- ring). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana.

3) Mengandung arti melindungi (to protect). Artinya, dalam proses pem- berdayaan harus dicegah yang lemah

48 | Supriyanto

menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat.

Dalam mencapai 3 (tiga) upaya tersebut diatas, perlu dilakukan beberapa pendekatan, antara lain dengan: Pertama,

upaya itu harus terarah (targetted). Ini yang populer disebut pemihakan; Kedua,

program pemberdayaan harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksana- kan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Ketiga, menggunakan pen- dekatan kelompok, karena jika secara sendiri-sendiri masyarakat (miskin) akan sulit dapat memecahkan masalah- masalah yang dihadapinya.

Ketiga arah pemberdayaan ter- sebut diatas, pada hakekatnya untuk mencapai 2 (dua) sasaran pokok, yaitu: (1) Untuk melepaskan diri dari belenggu kemiskinan, kebodohan, dan keter- belakangan masyarakat ( Versus kemampuan, keuletan, dan ketang- guhan); dan, (2) Untuk memperkuat posisi tawar masyarakat dalam struktur kekuasaan.

Oleh karena itu, strategi pelaksana- an pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga tingkatan (empowerment setting), yaitu:

1) Tingkat mikro: dimana pem- berdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan,

konseling, management stress, dan

crisis intervention. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).

2) Tingkat mezzo: dimana

pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien, dengan meng- gunakan kelompok itu sendiri sebagai media intervensi, melalui pendidikan dan pelatihan serta dinamika kelompok, dan

3) Tingkat makro: dimana pendekatan pemberdayaan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (large- system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Strategi ini memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasisituasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

Dengan kata lain dari uraian diatas, bahwa strategi pelaksanaan pem- berdayaan masyarakat dapat dilakukan pada tingkatan individu, kelompok dan tingkatan masyarakat secara umum. Selanjutnya, berdasarkan proses pen- tahapannya, pemberdayaan masyarakat dapat terdiri atas tiga tahapan, yaitu: 1) Tahap inisial (Inisiasi) , di mana

upaya pemberdayaan pada tahapan ini berasal dari pemerintah, oleh pemerintah, dan untuk rakyat. Jadi

49 | Supriyanto

lebih menekankan peran pihak luar untuk memberdayakan masyarakat, 2) Tahap partisipatoris, di mana upaya

pemberdayaan berasal dari pemerin- tah bersama masyarakat, oleh pe- merintah bersama masyarakat, untuk rakyat. Jadi pada tahapan ini, pemerintah maupun masyarakat secara bersama-sama menerapkan prinsip pemberdayaan, dan

3) Tahap emansipatif, berupa upaya pemberdayaan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, dan didukung oleh pemerintah bersama masyara- kat. Intinya adalah menyangkut kemandirian yang dapat terbangun lewat pemberdayaan, di mana peran pemerintah dan pihak lain yang berdaya lebih sebagai pendukung atau pendamping.

Adapun bentuk pendekatannya, dapat berupa: (1) Pelayanan/Jasa (Service Delivery), yang menunjuk pada tindakan berhubungan secara langsung dengan penyebab utama kegagalan pem- bangunan; (2) Membangun Kapasitas (Capacity Building), dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat, kesadaran dan ketrampilan untuk digunakan untuk menanggulangi penyebab yang men- dasari kegagalan pembangunan; (3) Advokasi (Advocacy), yang menetapkan proses yang dinamis dalam membangun konsensus dan mandat untuk suatu tindakan nyata; dan, (4) Mobilisasi sosial (Social Mobilization), dengan menempat- kan orang-orang yang terlibat secara aktif dalam penilaian-analisis-aksi dari proses

pembangunan dalam usaha untuk meningkatkan keberdayaan mereka.

Untuk itu, strategi lain yang dapat dilakukan (terutama yang berkait dengan keinginan untuk melakukan perubahan sosial), adalah:

1) Strategi tradisional, yakni dengan menyarankan agar mengetahui dan memilih kepentingannya terbaik secara bebas.

2) Strategi direct-action, yakni dengan menyarankan bahwa dominasi kepentingan yang dihormati oleh banyak orang dari pihak yang terlibat adalah merupakan sesuatu kebutuh- an untuk mengantisipasi perubahan yang mungkin terjadi dimasa kini dan dimasa depan.

3) Strategi transformatif, menunjukkan kepada masyarakat bahwa proses informasi dan pendidikan masyara- kat dalam jangka panjang merupakan sessuatu yang sangat dibutuhkan dan penting untuk pengidentifikasian kepentingan diri dimasa kini dan dimasa yang akan datang.

Oleh karena itu, berangkat dari konsepsi pemberdayaan yang di antara- nya bertujuan mendorong kemampuan masyarakat dalam proses pembangunan, maka pola atau model pembangunan partisipatif sangat urgen untuk dibicara- kan. Model ini berguna untuk meng- angkat martabat masyarakat level ter- bawah, agar aspirasinya dapat ter- tampung secara sistematis dalam proses pembangunan daerah.

50 | Supriyanto

Berbagai pengalaman tentang pembangunan, daerah yang tidak me- libatkan partisipasi masyarakatnya dalam perencanaan pembangunannya meng- akibatkan beberapa hal, antara lain:

1) Pemerintah daerah kekurangan petunjuk (data dasar) mengenai kebutuhan dan keinginan warganya, 2) Investasi yang ditanamkan di daerah

tidak mengungkapkan prioritas kebutuhan warga,

3) Sumber-sumber daya masyarakat yang potensial untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat daerah tidak tertangkap dan tertampung, 4) Standar-standar dalam merancang

pelayanan dan prasarana yang tidak tepat, dan

5) Fasilitas-fasilitas yang ada digunakan di bawah kemampuan dan ditempat- kan pada tempat-tempat yang salah sasaran.

Dengan kata lain, saya ingin mengatakan bahwa dalam pemberdayaan masyarakat model atau pola pem- bangunan partisipatif, merupakan salah satu strategi yang dianggap paling tepat jika faktor-faktor determinan dikondisi- kan terlebih dulu sedemikian rupa agar esensi pemberdayaan tidak terdistorsi. Prinsip pembangunan yang partisipatif menegaskan bahwa rakyat harus menjadi pelaku (subyek) utama dalam pem- bangunan. Demikian pula, model pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centre development) lebih menekan- kan pada pemberdayaan yang meman-

dang inisiatifkreatif dari rakyat sebagai sumber daya pembangunan paling utama. Juga, memandang bahwa kesejah- teraan material dan spiritual mereka (rakyat) merupakan tujuan yang harus dicapai oleh proses pembangunan.

2. Acuan Utama Program Pemberdayaan

Dalam dokumen Proseeding seminar perdesaan (Halaman 65-69)