• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik Sosial yang Terjadi dalam Masyarakat Desa Ngadas

Dalam dokumen Proseeding seminar perdesaan (Halaman 170-175)

FAKTOR PENENTU KEGIATAN TUJUAN

LATAR BELAKANG

3. Konflik Sosial yang Terjadi dalam Masyarakat Desa Ngadas

Masalah merupakan persoalan yang menyangkut tata kekaluan immoral yang berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 2012), masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masya- rakat, yang membahayakan kehidupan

kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Sedangkan menurut Nisbet (dalam Soekanto, 2012), masalah sosial menyang- kut nilai-nilai sosial dan moral. Oleh sebab itu, masalah-masalah sosial tak akan mungkin dielaah tanpa mempertim- bangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai hal-hal yang dianggap baik dan hal-hal yang dianggap buruk.

Menurut Soekanto (2007), konflik atau pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau dengan kekerasan. Salah satu penyebab terjadinya pertentangan atau konflik yaitu adanya perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok dalam masyarakat. Wujud kepentingan tersebut yaitu kepentingan ekonomi, kepentingan politik, kepenti- ngan sosial dan sebagainya (Soekanto, 2007).

Masyarakat Tengger yang tinggal di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang pada umumnya hidup dengan rukun, namun juga pernah terjadi konflik antar masyarakatnya. Penyebab konflik yang pernah terjadi di Desa Ngadas disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan sosial dalam masyarakat. Konflik antar masyarakat yang terjadi di Desa Ngadasmelibatkan 8 Kepala Keluarga (KK) yang beragama

152 | Agus Purnomo, M.Pd & Neni Wahyuningtyas, M.Pd

Islam dan menganut ajaran Muhammadi- yah dengan masyarakat Desa Ngadas lainnya. Konflik tersebut disebabkan karena 8 KK tersebut tidak mau mengikuti adat yang ada di Desa Ngadas seperti melakukan slametan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Bapak Sanetram yang berumur 41 tahun sebagai berikut:

Nggeh lek konflik niku wonten mawon mas, wong namine tiyang, nggeh niku wonten 8 KK sing

mboten purun tumut adat’e

utowo kebiasaane tiyang Ngadas ngriki. Lah 8 KK niku sedanten menurut agamane menyan lan sajen niku haram. Padahal niku kan damel rasa syukur a mas, kan damel ngetoaken sajen kale menyan lak mboten larang se mas, mboten sampek ngrugiaken keluarga. Lha niku kan warisan nenek moyang a mas. Nenek moyang maringi ngeten niki kan tujuane damel keapikan a mas.”.

Adapun sanksi sosial yang harus diterima oleh 8 KK tersebut yaitu didiamkan oleh masyarakat Desa Ngadas, dan tidak diberi aliran air ke rumahnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan selanjutnya dari Bapak Sanetram yaitu

Sementara ini orang-orang niku didiamaken, terus orang-orang niku mboten dialiri tuyo”.

Hal tersebut sesuai dengan per- nyataan Weber dalam teori konflik yaitu, munculnya aksi dari kedua belah pihak karena adanya perbedaan kepentingan- kepentingan tersebut. Pihak yang ter- gantung menyadari ketertindasannya, sedangkan pihak yang berkuasa mulai bertindak dengan menahan orang tertentu. Sehingga keduah belah kelompok tersebut terlibat ke dalam konflik, yaitu mempertahankan antara

status quo dan mengubahnya (Veeger, 1992).

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kehidupan sosial, politik dan inteaksi dari masyarakat Desa Ngadas Kecamatan

Poncokusumo Kabupaten Malang

meskipun terdiri dari beberapa agama dan latar belakang berlangsung har- monis. Beberapa kegiatan politik ber- langsung atas pertimbangan dari kalapa adat melalui musyawarah. Dari hasil temuan terdapat konflik sosial yang terjadi karena paham agama yang berbeda yang mengerucut pada rencana pengusiran warga.

DAFTAR PUSTAKA

Furchan, A. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

153 | Agus Purnomo, M.Pd & Neni Wahyuningtyas, M.Pd

Hefner, Robert W. 1999. Geger Tengger: Perubahan Sosial Dan Perkelahian Politik. Terjemahan Wisnu Hardana A. 1999. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Moleong, Lexy Johannes. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy Johannes. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Veeger, Karel J. 1992. Pengantar Sosiologi: Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

155 | Listyo Yudha Irawan, Ika Meviana, Dwi Fauzia Putra, Rosanti & M. Jefry

Erupsi Gunungapi Kelud pada 13 Februari 2014 berdampak serius pada kawasan rawan bencana (KRB II) di Desa Pandansari. Dampak erupsi Gunungapi Kelud di Desa Pandasari bukan saja bahaya primer namun juga bahaya sekunder yakni berupa banjir lahar. Dampak kejadian erupsi Gunungapi Kelud tahun 2014 menimbulkan risiko kerusakan dan kehilangan bagi masyarakat Desa Pandansari. Kerusakan akibat erupsi Gunungapi Kelud di lokasi penelitian meliputi kerusakan rumah, fasilitas umum berupa jalan dan jembatan, serta lahan pertanian. Kejadian erupsi secara tidak langsung juga telah mengakibatkan korban jiwa. Pascaerupsi masyarakat desa Pandansari dihadapkan pada kondisi yang belum pernah dialami sebelumnya yakni berupa kerugian material maupun non material.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap daya pulih masyarakat Desa Pandansari pascaerupsi Gunungapi Kelud tahun 2014. Daya pulih masyarakat ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi penduduk. Aspek sosial didasarkan daya resilensi masyarakat untuk menerima dan menyesuaikan/beradaptasi dengan bahaya dan risiko erupsi Gunungapi Kelud di masa yang akan datang. Aspek ekonomi dinilai dari kemampuan masyarakat untuk dapat memulihkan kondisi ekonomi khususnya penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Penelitian dilakukan dengan metode survei dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan

156 | Listyo Yudha Irawan, Ika Meviana, Dwi Fauzia Putra, Rosanti & M. Jefry

daya pulih masyarakat disebabkan oleh perbedaan risiko bencana yang dihadapi. Perbedaan daya pulih dapat diidentifikasi pada masing-masing dusun yang terdampak erupsi baik berupa jatuhan piroklastik maupun lahar.

Kata Kunci: Daya Pulih, Masyarakat, Pascaerupsi

PENDAHULUAN

Dalam dokumen Proseeding seminar perdesaan (Halaman 170-175)