• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Saing Teknologi Informas

Dalam dokumen EKONOMI KREATIF Rencana Pengembangan TEK (Halaman 94-97)

kerja subsektor teknologi informasi adalah 1,91%, berada di atas tingkat

3.4 Daya Saing Teknologi Informas

Secara rata-rata, nilai daya saing subsektor teknologi informasi dengan menggabungkan tujuh dimensi penilaian daya saing industri kreatif adalah sebesar 4,3. Secara berturut-turut, nilai setiap dimensi adalah: sumber daya kreatif 4,7; sumber daya pendukung 4,0; industri 5,2; pembiayaan 3,3; pemasaran 4,7; infrastruktur dan teknologi 4,0; dan kelembagaan 4,5.

Dimensi industri memiliki skor yang paling tinggi di antara dimensi lainnya, hal tersebut didorong oleh industri teknologi informasi yang telah berkembang sejak lama dan kewirausahaan dalam bidang teknologi informasi yang semakin berkembang.

78 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Teknologi Informasi Nasional 2015-2019

Gambar 3 - 6 Daya Saing Subsektor Teknologi Informasi

SuMBER DAYA KREATIF

Pengembangan sumber daya kreatif teknologi informasi dilihat dari aspek pendidikan dan orang kreatif. Saat ini, pendidikan tinggi teknologi informasi sudah berjumlah cukup banyak dan menghasilkan banyak jumlah lulusan di bidang teknologi informasi. Sayangnya, kuantitas pendidikan tinggi teknologi informasi masih terpusat di beberapa kota besar, seperti Jakarta,

Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Selain itu, lemahnya daya saing di sektor pendidikan

teknologi informasi adalah masih banyaknya tenaga pendidik yang belum menguasai teknologi informasi sehingga pemahaman mereka terhadap teknologi informasi masih terbatas. Hal tersebut berakibat kepada masih rendahnya transfer pengetahuan mengenai keilmuan teknologi informasi. Selain itu, pendidikan kreatif teknologi informasi juga belum melibatkan praktisi secara aktif dalam proses belajar mengajar serta keterbatasan kerjasama dengan orang kreatif lainnya di berbagai bidang. Hal tersebut berdampak kepada kualitas lulusan teknologi informasi di dunia kerja. Selain pendidikan, penelitian dan inovasi terkait teknologi informasi juga masih tergolong rendah sehingga industri teknologi informasi Indonesia masih kalah bersaing dengan negara lain.

Dari aspek orang kreatif, subsektor ini telah didukung oleh tenaga sumber daya manusia (SDM) kreatif yang memiliki selera seni yang bagus dan mendapat upah kerja yang relatif bersaing meskipun, secara internal, tenaga programmer tetap sulit untuk dicari. Selain itu, orang kreatif di Indonesia saat ini tidak kalah bersaing dengan tenaga kerja asing, bahkan beberapa di antara mereka telah menciptakan beberapa karya kreatif di bidang teknologi informasi yang berhasil menembus pasar internasional.

SuMBER DAYA PENDuKuNG

Sumber daya pendukung dalam industri teknologi informasi adalah sumber daya budaya. Saat ini, belum ada pengarsipan nasional terkait dengan karya-karya kreatif hasil kreasi anak bangsa. Walaupun sudah ada asosisasi yang menginiasiasi hal tersebut untuk melakukan pendataan terhadap produk aplikasi perangkat lunak, yaitu Asosiasi Perangkat Lunak Indonesia (ASPILUKI), belum semua pengembang aplikasi di Indonesia mendaftarkan hasil karyanya. Pengarsipan tersebut dibutuhkan sebagai bentuk apresiasi terhadap hasil karya anak bangsa dan dapat digunakan untuk

79 BAB 3: Kondisi Umum Teknologi Informasi di Indonesia

keperluan promosi ataupun pendidikan. Dari pengarsipan tersebut dapat dilihat perkembangan karya kreatif anak bangsa dari waktu ke waktu. Selain itu, kelemahan yang terjadi pada industri teknologi informasi di Indonesia adalah kurangnya riset terhadap analisis kebutuhan pasar sehingga produk yang dihasilkan terkadang tidak memenuhi ekspektasi pasar.

INDuSTRI

Aspek industri dalam industri teknologi informasi terdiri atas wirausaha, usaha, dan karya kreatif. Saat ini, iklim wirausaha teknologi informasi menunjukkan perkembangannya, ditandai dengan meningkatnya lulusan baru universitas yang menjadi pengembang aplikasi dan memiliki software house sendiri. Namun, terlepas dari meningkatnya wirausaha kreatif di bidang teknologi informasi, masih terbatasnya kemampuan berwirausaha mereka, khususnya dalam bidang manajemen dan bisnis, menyebabkan banyak usaha kreatif yang timbul lalu tenggelam. Selain itu, belum adanya pemetaan entitas usaha teknologi informasi yang menyeluruh menyebabkan jumlah dan persebarannya masih belum dapat diperkirakan.

PEMBIAYAAN

Dari segi pembiayaan, subsektor teknologi informasi mengalami kesulitan dalam mengetahui akses pinjaman modal usaha kepada lembaga keuangan bank dan nonbank. Subsektor ini juga tentunya berkaitan dengan jaringan Internet sebagai industri penyokong utamanya, namun belum memenuhi kebutuhan konsumen Indonesia. Di sisi lain, ketidakstabilan harga piranti lunak orisinil yang dipengaruhi oleh kurs US Dollar, menyebabkan maraknya penggunaan piranti lunak bajakan oleh para pengguna produk kreatifnya.

PEMASARAN

Peluang pasar teknologi informasi saat ini sangat luas bagi para pelaku teknologi informasi, khususnya para pengembang aplikasi perangkat lunak. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya potensi pasar domestik, baik pasar pemerintah maupun swasta. Para pengembang aplikasi lokal dapat memanfaatkannya dengan membuat aplikasi berbahasa Indonesia di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, UMKM, dan pariwisata. Dengan membuat aplikasi berbahasa Indonesia dengan kualitas yang tidak kalah bersaing dengan produk dari luar negeri, para pengembang aplikasi lokal dapat menguasai pasar domestik Indonesia yang selama ini dikuasai aplikasi dari luar negeri. Kelemahan dari pemasaran internasional adalah masih terbatasnya akses informasi pasar. Peran serta pemerintah sangat besar dalam proses pemasaran karya di bidang teknologi informasi, khususnya promosi ke internasional dan partisipasi aktif para duta besar Indonesia di luar negeri untuk mempromosikan produk Indonesia. Saat ini, beberapa karya anak bangsa di bidang teknologi informasi khususnya aplikasi mobile sudah merambah pasar internasional.

INFRASTRuKTuR DAN TEKNOLOGI

Subsektor teknologi informasi berkaitan dengan infrastruktur jaringan Internet sebagai industri penyokong utamanya, namun sayangnya infrastruktur pendukung ini belum memenuhi kebutuhan konsumen Indonesia, baik dari segi kecepatan maupun persebarannya. Selain itu, ketidakstabilan harga piranti lunak orisinil yang dipengaruhi oleh kurs US Dollar menyebabkan

maraknya penggunaan software bajakan oleh para pengguna produk kreatifnya. Kondisi ini

diperburuk dengan regulasi pemerintah yang belum mempunyai payment gateway nasional yang telah terintegrasi antarbank.

80 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Teknologi Informasi Nasional 2015-2019 KELEMBAGAAN

Dimensi kelembagaan ini terdiri atas regulasi, partisipasi aktif pemangku kepentingan, pengarusutamaan kreativitas, partisipasi aktif dalam forum internasional, apresiasi karya dan usaha kreatif lokal, serta apresiasi terhadap sumber daya budaya lokal. Masih banyak regulasi yang diperlukan untuk menciptakan iklim teknologi informasi yang kondusif, contohnya adalah mengenai HKI dan belum adanya regulasi terkait perlindungan kreativitas orang kreatif di bidang teknologi informasi. Permasalahan lainnya terkait kelembagaan adalah belum adanya regulasi insentif keringanan pajak untuk pelaku teknologi informasi lokal. Penguatan kelembagaan sangat berperan dalam mendukung daya saing karya dan pelaku di bidang teknologi informasi.

3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Teknologi Informasi

Dalam dokumen EKONOMI KREATIF Rencana Pengembangan TEK (Halaman 94-97)