• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Defatisasi

Setelah diperoleh serbuk herba rumput mutiara dengan ukuran partikel

yang diinginkan, maka selanjutnya dilakukan proses defatisasi. Prinsip dari

defatisasi sebenarnya sama dengan proses ekstraksi, namun bila pada ekstraksi

yang diambil adalah larutan ekstraknya dan serbuk sisa ekstraksi dibuang, namun

pada defatisasi yang diambil adalah serbuk hasil defatisasi dan larutan defatnya

dibuang.

Defatisasi bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa non polar

yang terdapat pada simplisia, oleh karena itu pelarut yang digunakan adalah

pelarut yang dapat melarutkan senyawa-senyawa non polar tersebut. Pelarut yang

digunakan untuk proses defatisasi adalah petroleum eter. Asam ursolat tidak larut

dalam petroleum eter (Budavari et al., 1989), oleh karena itu proses defatisasi ini

tidak akan menghilangkan kandungan asam ursolat dalam simplisia, namun akan

menghilangkan senyawa-senyawa non polar pada herba rumput mutiara, antara

lain: klorofil, stigmasterol, dan β-sitosterol (Wijayakesuma, 1992). Senyawa-senyawa non polar ini perlu untuk dihilangkan agar nantinya tidak mengganggu

perhitungan kadar triterpen total karena ekstraksi dengan cairan penyari (etanol

96%) juga dapat melarutkan senyawa-senyawa lipid (Depkes RI, 1986). Proses

oleanolat sebab asam oleanolat juga tidak larut dalam petroleum eter, sehingga

dalam penelitian ini yang akan ditetapkan adalah kadar triterpen total terhitung

sebagai kadar asam ursolat.

Pelarut lain yang dapat digunakan dalam proses defatisasi adalah heksan,

namun tidak digunakan heksan sebab kelarutan asam ursolat dalam heksan tidak

diketahui sedangkan kelarutan senyawa tersebut dalam petroleum eter telah

diketahui yaitu tidak larut, sehingga lebih dipilih petroleum eter sebagai larutan

defat.

Defatisasi dilakukan dengan metode maserasi karena cara pengerjaan dan

peralatan yang digunakan sederhana. Defatisasi dilakukan selama 1 jam pada suhu

kamar dengan perbandingan serbuk dan volume larutan penyari adalah 1:10.

Perbandingan ini digunakan sebab merupakan perbandingan standar yang

digunakan pada maserasi, dimana 10 bagian larutan penyari digunakan untuk 1

bagian serbuk. Petroleum eter bersifat mudah menguap sehingga digunakan suhu

kamar saat proses defatisasi untuk mencegah hilangnya petroleum eter.

Hasil defatisasi disaring dengan bantuan vaccum untuk mempercepat

proses penyaringan. Serbuk yang tersaring dikeringkan dengan menggunakan

oven pada suhu 60oC karena titik didih petroleum eter adalah 40o-60oC sehingga

dengan menggunakan suhu tersebut petroleum eter dapat seluruhnya menguap.

Serbuk perlu dikeringkan agar pada saat ditimbang untuk ekstraksi yang terukur

benar-benar massa dari serbuk herba rumput mutiara kering tanpa sisa larutan

ekstraksi dengan pelarut etanol 96% karena secara teori etanol juga dapat

mengekstraksi senyawa non polar (Depkes RI, 1986).

D. Digesti

Digesti merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan

cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari menggunakan pemanasan

lemah. Metode ini adalah hasil modifikasi metode maserasi dengan adanya

pengadukan dan pemanasan. Metode digesti dipilih sebab senyawa aktif yang

ingin diekstraksi dari herba rumput mutiara yaitu asam ursolat merupakan

kandungan utama dari herba ini. Jumlahnya yang banyak menyebabkan asam

ursolat pada rumput mutiara dapat diekstraksi secara digesti. Metode ini juga

memiliki beberapa keunggulan lain yaitu cara pengerjaan dan peralatan yang

digunakan sederhana.

Prinsip metode digesti sama seperti maserasi yaitu terekstraksinya senyawa

dari dalam simplisia karena adanya perbedaan konsentrasi senyawa di dalam dan

di luar sel. Pelarut akan masuk ke dalam sel-sel simplisia dan karena adanya

perbedaan konsentrasi tadi maka senyawa kimia akan tersari keluar dari dalam sel.

Pemanasan akan memberikan energi bagi cairan penyari untuk melarutkan

senyawa dari simplisia. Pada peningkatan suhu kekentalan pelarut akan berkurang

sehingga akan mengurangi lapisan batas. Selain itu, kelarutan zat akan meningkat

apabila suhu dinaikkan (Depkes, 1986). Menurut Masushita (1979) ekstraksi

dengan menggunakan pemanasan dapat dilakukan 1 sampai 2 jam atau lebih.

Digesti dilakukan terhadap 5 gram serbuk dengan volume cairan penyari

serbuk – volume larutan penyari 1:10 karena perbandingan tersebut merupakan

perbandingan standar pada proses maserasi. Cairan penyari yang digunakan

adalah etanol 96% sebab asam ursolat dapat larut dalam etanol. Menurut Budavari

et al. (1989) 1 bagian asam ursolat larut dalam 178 bagian etanol.

Proses digesti dilakukan dengan bantuan pengadukan secara otomatis

dengan stirrer. Pengadukan ini bertujuan untuk menjaga derajat perbedaan

konsentrasi yang sebesar-besarnya antara larutan di dalam dan di luar sel. Pada

keadaan diam akan terjadinya kesetimbangan perpindahan massa dari sel ke

dalam pelarut dan dari pelarut ke dalam sel. Keadaan ini dapat dihindari dengan

melakukan pengadukan atau dengan pemanasan (Stahl, 1985). Kecepatan

pengadukan yang digunakan adalah 250 rpm berdasarkan hasil optimasi.

Digesti dilakukan dengan variasi kondisi ekstraksi sebanyak 4 macam.

Faktor yang divariasi adalah suhu dan waktu ekstraksi dimana akan dilihat

pengaruhnya terhadap perolehan asam ursolat dengan analisis desain faktorial.

Setiap kondisi dilakukan 3 kali replikasi. Suhu yang digunakan untuk level rendah

adalah 30oC dan untuk level tinggi adalah 60oC. Proses maserasi biasanya

dilakukan pada suhu kamar namun suhu kamar relatif tidak tetap. Dalam

penelitian ini suhu ekstraksi merupakan faktor yang diteliti oleh karena itu suhu

kamar diatur sama pada suhu 30oC. Pengaturan suhu ini memerlukan pemanasan

lemah sehingga sudah termasuk dalam proses digesti. Suhu 60oC dipilih sebagai

suhu level tinggi berdasarkan hasil orientasi. Asam ursolat merupakan senyawa

yang tahan terhadap suhu tinggi (titik lebur asam ursolat 285o-288oC), namun

hasil ekstraksi dan kesulitan pada saat proses penyaringan karena hasil ekstraksi

berbentuk seperti bubur. Dinding sel tumbuhan terdiri dari selulosa. Serabut

selulosa pada simplisia segar dikelilingi oleh air, namun pada simplisia yang

dikeringkan lapisan air menguap sehingga terjadi pengerutan dan terbentuk

pori-pori. Pori-pori ini diisi oleh udara. Bila serbuk simplisia dibasahi dengan cairan

penyari, maka serabut selulosa tadi akan dikelilingi oleh cairan penyari sehingga

simplisia akan mengembang kembali. Mengembangnya sel ini akan makin besar

jika penyari yang digunakan mengandung gugusan –OH. Adanya peningkatan

suhu dapat memperbesar kemungkinan terjadinya interaksi antara selulosa dengan

gugusan –OH. Hal inilah yang menyebabkan hasil ekstraksi memiliki konsistensi

seperti bubur.

Waktu yang digunakan sebagai level rendah adalah 2 jam dan sebagai

level tinggi adalah 4 jam. Pemilihan waktu ini juga merupakan hasil optimasi.

Menurut Depkes RI (1986), penggunaan mesin pengaduk yang berputar

terus-menerus dapat mempersingkat waktu proses digesti menjadi 6 sampai 24 jam.

Orientasi waktu dilakukan pada waktu 1, 2, 4, 6, dan 8 jam dengan mengukur

rendemen ekstrak yang diperoleh. Terjadi peningkatan rendemen ekstrak sampai

waktu 4 jam namun tidak lagi terjadi peningkatan setelah waktu tersebut. Oleh

karena itu, waktu ini dipilih sebagai waktu level tinggi sedangkan waktu 2 jam

dipilih untuk melihat apakah asam ursolat sudah dapat terekstrak seluruhnya

dengan waktu setengah dari level tinggi. Bila dalam waktu 2 jam seluruh asam

ursolat sudah dapat tersari maka dalam aplikasinya nanti waktu ekstraksi dapat

Gambar 3. Grafik orientasi waktu ekstraksi

Sistem digesti menggunakan waterbath dan hotplate magnetic stirrer

untuk mempermudah pengontrolan suhu dan kecepatan pengadukan. Suhu

waterbath diatur 5oC lebih tinggi dari suhu percobaan sebab pada saat orientasi

diketahui bahwa terdapat selisih suhu air pada waterbath dengan suhu di dalam

Erlenmeyer yang berisi serbuk simplisia dan larutan penyari. Suhu di dalam

Erlenmeyer lebih rendah 5oC dari pada suhu air waterbath. Pemanasan tidak

dilakukan langsung di atas hotplate melainkan dengan menggunakan waterbath

sebab bila hanya dengan hotplate pemanasan yang diberikan tidak merata. Pada

sistem ini, Erlenmeyer juga ditutup dengan rapat dengan menggunakan plastik

untuk mencegah berkurangnya volume etanol untuk mengekstraksi. Selain dengan

cara tersebut, hilangnya cairan penyari juga dapat dicegah dengan penggunaan

kondensator. Dalam penelitian ini tidak digunakan kondensator karena dengan

kondensator masih dimungkinkan adanya uap cairan penyari yang hilang.

Orientasi yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan plastik dapat

mencegah hilangnya etanol karena penguapan.

Hasil proses digesti selanjutnya disaring dengan bantuan vaccum untuk

mendapatkan ekstrak etanol cair. Penggunaan vaccum dapat mempercepat proses

0.00 0.10 0.20 0.30 0 5 10 R e n d e m e n e k st ra k (g ) W aktu (Jam)

penyaringan karena vaccum akan menarik udara dalam ruang penampung cairan

sehingga tekanan dalam ruang penampung akan berkurang dan cairan akan

mengalir dengan mudah. Filtrat kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL

dan ditambah dengan cairan penyari hingga tanda batas sehingga volumenya sama

seperti volume cairan penyari awal. Hal ini perlu dilakukan untuk kepentingan

analisis kuantitatif kadar asam ursolat dalam herba rumput mutiara.

Gambar 4. Sistem digesti

Dokumen terkait