• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Serbuk Simplisia

B. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Serbuk Simplisia 1. Pengumpulan bahan

Herba rumput mutiara yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari area

Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan Juni - Agustus

2011. Tanaman ini belum dibudidayakan sehingga faktor umur tanaman tidak

dapat dikendalikan. Dalam penelitian ini, faktor yang dikendalikan adalah waktu

panen, lingkungan tempat tumbuh dan varietas tanaman.

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif

di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat adalah pada

saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang

tangan pada pagi hari sebab pada waktu tersebut tanaman melakukan fotosintesis

dengan bantuan sinar matahari, sehingga kandungan zat aktif herba rumput

mutiara yang diperoleh diharapkan optimal. Herba yang dipilih ialah herba dengan

kondisi yang baik. Pemanenan dilakukan pada bulan Juni – Agustus 2011 sebab

bulan-bulan tersebut merupakan penghujung musim hujan, dimana menurut Anam

(2008), ketersediaan air memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan rumput

mutiara serta meningkatkan jumlah kandungan asam ursolat pada tanaman ini.

Lingkungan tempat tumbuh yang berbeda dapat mengakibatkan perbedaan

kadar kandungan senyawa aktif. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi tinggi tempat,

keadaan tanah, dan cuaca (Depkes RI, 1986). Lingkungan tempat tumbuh

dikendalikan dengan cara hanya memanen rumput mutiara yang tumbuh di area

Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil panen dari beberapa

lokasi di area Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sepanjang bulan

Juni – Agustus 2011 dikumpulkan dan dihomogenkan untuk memperkecil

pengaruh lingkungan tempat tumbuh dan umur tanaman.

Rumput mutiara secara kasat mata cukup sulit untuk dibedakan dengan

tanaman lidah ular (Hedyotis diffusa (Willd.) Roxb) yang juga merupakan

tanaman dalam genus Hedyotis. Salah satu perbedaan antara kedua tanaman ini

ialah jumlah bunga per tangkai bunga. Rumput mutiara memiliki jumlah bunga

lebih dari satu pada tiap tangkai bunganya, sedangkan tanaman lidah ular hanya

memiliki satu bunga di setiap tangkai bunganya. Pada saat pemanenan, hal ini

sangat penting untuk diperhatikan sehingga tanaman yang diambil benar-benar

2. Sortasi basah

Tujuan sortasi basah ialah untuk memisahkan kotoran-kotoran atau

bahan-bahan asing lainnya dari bahan-bahan simplisia. Pada tahap sortasi basah ini, herba

rumput mutiara yang telah dikumpulkan, dibersihkan dari tanah, akar, serta

ranting dan daun yang sudah rusak. Tanah merupakan pengotor dengan

kandungan mikroba yang tinggi, sehingga tanah perlu dihilangkan untuk

mengurangi jumlah mikroba awal (Depkes RI, 1986). Akar juga dihilangkan

untuk mengurangi jumlah tanah dan dengan demikian dapat mengurangi jumlah

mikroba awal.

3. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang masih

menempel. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air

sumur, atau air PAM (Depkes RI, 1986). Dalam penelitian ini, pencucian herba

rumput mutiara dilakukan menggunakan air PAM yang dialirkan terus-menerus

agar kotoran yang sudah terlepas dari herba dapat terbawa air. Pencucian

dilakukan sedikit demi sedikit sehingga herba benar-benar bersih. Herba yang

sudah dicuci kemudian diangin-anginkan agar sisa air pencucian hilang.

4. Pengeringan

Herba rumput mutiara yang telah dicuci kemudian dikeringkan. Pengeringan

dapat mengurangi kadar air sehingga menghambat reaksi enzimatik. Adanya

reaksi enzimatik dapat menyebabkan peruraian kandungan aktif aktif yang

berakibat pada penurunan kualitas simplisia. Air yang masih tersisa juga dapat

proses pengeringan pertumbuhan kapang dan mikroba dapat dihambat dan

akibatnya simplisia tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang

lebih lama.

Pengeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: suhu

pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan, dan luas

permukaan bahan. Dalam penelitian ini, pengeringan dilakukan dengan

menggunakan lemari pengering sehingga faktor-faktor tersebut dapat dikontrol.

Menurut Depkes RI (1986), bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu

30-90oC, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60oC, oleh karena itu suhu

pengeringan yang digunakan ialah 60oC. Bila suhu pengeringan terlalu tinggi

dapat mengakibatkan rusak atau hilangnya kandungan zat aktif dalam simplisia,

terutama zat aktif yang tidak tahan panas dan yang mudah menguap. Pengeringan

dilakukan hingga herba benar-benar kering dimana herba yang kering akan dapat

dipatahkan dan gemerisik jika diremas. Pengeringan membutuhkan waktu ± 5 hari

untuk mendapatkan herba yang benar-benar kering.

Pengeringan dapat dilakukan dengan cara lain, yaitu dengan menggunakan

sinar matahari, namun hal ini tidak dilakukan sebab faktor suhu, kelembaban

udara, aliran udara, dan waktu pengeringan sulit untuk dikendalikan.

5. Sortasi kering

Sortasi kering dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing seperti

bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang

masih ada dan tertinggal pada herba kering sehingga diperoleh herba rumput

tertinggal dipisahkan kembali seperti akar maupun bagian simplisia lain yang

mungkin tercampur.

6. Pembuatan serbuk

Herba rumput mutiara yang telah kering diserbuk menggunakan blender.

Simplisia disiapkan dalam bentuk serbuk untuk memperbesar luas permukaan

kontak antara simplisia dengan larutan penyari, sehingga senyawa aktif yang

terambil semakin banyak. Serbuk diayak dengan ayakan no. mesh 12 dan 50

untuk memperkecil distribusi ukuran partikel. Pada umumnya ekstraksi akan

semakin baik bila luas permukaan simplisia yang bersentuhan dengan larutan

penyari semakin besar. Bila ukuran partikel terlalu besar, maka kontak dengan

cairan penyari tidak optimal, namun ukuran partikel yang terlalu kecil pun tidak

menjamin suatu proses ekstraksi akan semakin baik. Terdapat batas minimum

ukuran serbuk yang diperbolehkan sebab serbuk yang terlalu halus akan

menimbulkan masalah dalam proses ekstraksi. Serbuk yang terlalu halus dapat

membentuk suspensi yang sulit dipisahkan dengan hasil ekstraksi. Hasil ekstraksi

tidak murni lagi tetapi tercampur dengan partikel-partikel halus tadi. Penyerbukan

yang terlalu halus menyebabkan banyak dinding sel yang pecah, sehingga zat

yang tidak diinginkan pun ikut ke dalam hasil ekstraksi (Depkes RI, 1986).

Menurut Depkes RI (1977), kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus

dihaluskan menjadi serbuk dengan derajat halus 4/18. Derajat halus dinyatakan

dengan nomor pengayak, yang dinyatakan dengan dua nomor. Pengertian nomor

pengayak 4/18 (cm) ialah semua serbuk dapat melewati pengayak dengan nomor 4

ayakan, yang dinyatakan dengan nomor mesh, dilakukan melalui konversi angka

derajat halus yaitu mengalikan 4/18 dengan 2,54 (1 inchi). Hasil konversi

menunjukkan nomor mesh yang digunakan adalah 10 dan 45, namun karena

keterbatasan alat maka digunakan pengayak dengan nomor mesh 12 dan 50.

Dokumen terkait