METODE PENELITIAN
4.2 Defenisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah menjelaskan karakteristik dari obyek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian (Erlina, 2011). Tujuan dari definisi operasional adalah memberikan kejelasan akan variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian. Untuk menguji penelitian ini digunakan variabel independen, variabel dependen.
62 4.2.1 Variabel Y (Dependen Variabel)
Variabel dependen disebut juga variabel terikat. Variabel ini dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Jadi variabel dependen adalah konsekuensi dari variabel independen (Erlina, 2011). Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau tertanggung oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Menurut (Keown &
Scott David, 2000) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.Nilai perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan berupa rasio keuangan dan dari segi perubahan harga saham. Pada penelitian ini, nilai perusahaan diukur menggunakan Price Book Value (PBV). Price book value merupakan perbandingan antara nilai pasar saham dengan nilai buku saham. Karena asset bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
Berdasarkan perbandingan tersebut harga saham perusahaan akan dapat diketahui berada di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut.
Penulis memilih indikator dari nilai perusahaan adalah Price Book Value (PBV) karena banyak digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Selain itu, Ada beberapa keunggulan PBV yaitu nilai buku merupakan ukuran yang stabil dan sederhana yang dapat dibandingkan dengan harga pasar. PBV juga tidak berpatokan terhadap laba bersih dimana laba bersih dari sebuah perusahaan bisa saja bukan berasal dari kinerjanya secara
63
operasional, melainkan hasil dari pendapatan non operasional, penjualan aset, dan lain-lain, sehingga bisa saja laba bersih itu tidak menunjukkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya dan dalam hal ini PBV mungkin lebih akurat.
Keunggulan kedua adalah PBV dapat dibandingkan antar perusahaan sejenis untuk menunjukkan tanda mahal/murahnya suatu saham. Rasio ini dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran tersebut, secara tidak langsung rasio PBV ini juga memberikan pengaruh terhadap harga saham (Brigham Eugene F & Houston, 2011) menjabarkan formula untuk menghitung price to book value ditunjukkan sebagai berikut:
PBV =Harga Pasar Per Lembar Saham Nilai Buku Per Lembar Saham
4.2.2 Variabel X (Independen)
Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya.
Variabel Independen juga disebut variabel eksogen dalam model jalur yaitu semua variabel yang tidak ada penyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak panah menuju ke arahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran, (Sarwono & Suhayati, 2010).
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya (Erlina, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Likuiditas (X1), Profitabilitas (X2), Ukuran Perusahaan (X3) Capital Aquadecy Ratio (X4), Growth (X5) dan Suku Bunga Indonesia (X6)
64 4.2.2.1. Likuiditas (X1)
Likuiditas adalah Kemampuan suatu perusahaan/bank dalam membayar semua kewajiban hutang jangka pendeknya yang jatuh tempo dan segera harus di bayar. Variabel likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan mengadopsi pengukuran dari penelitian (Repi et al., 2016) yang diukur dengan Loan to deposit ratio (LDR). LDR dihitung dengan rumus sebagai berikut:
LDR = Total Kredit x 100%
Dana Pihak Ketiga
Skala pengukuran yang dipergunakan dalam mengukur likuditas adalah skala rasio.
4.2.2.2 Profitabilitas (X2)
Profitabilitas adalah kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba atau kemampuan suatu bank dalam meningkatkan kemakmurannya dalam mengelola efektifitas perusahaan. Profitabilitas dalam penelitian ini mengdopsi pada penelitian penelitian (Novari & Lestari, 2016). Pengukuran Profitabilitas dalam penelitian ini diproksi melalui Return on Asset, yang merupakan kemampuan modal yang di investasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.
Secara sistematis Return On Asset dapat di rumuskan sebagai berikut : ROA = Laba Bersih x 100%
Total Asset
Skala pengukuran yang dipergunakan dalam mengukur profitabilitas adalah skala rasio.
4.2.2.3. Ukuran Perusahaan (X3)
Ukuran perusahaan merupakan Salah satu tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola
65
perusahaan/bank pada setiap kegiatan bank dan risiko-risiko yang di hadapin dan tetap mampu bertahan dan mampu meningkatkan kemampurannya. Ukuran perusahaan dalam penelitian mengadopsi penelitian (Purnomosidi et al., 2014).
Ukuran perusahaan pada penelitian ini diproksikan ke dalam Ln (Total Asset) perusahaan pada tiap akhir tahun pengamatan. Logaritma atau eksponen dari total aset perusahaan dapat menunjukkan bahwa semakin besar ukuran atau aset perusahaan berarti semakin besar juga angka eksponensial atau angka logaritmanya. Jika perusahaan mempunyai total aset dan total penjualan yang lebih besar, maka akan menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan dan perusahaan mempunyai prospek baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan dengan total aset yang lebih kecil.
Size = Ln (Total Aset)
Skala pengukuran yang dipergunakan dalam mengukur ukuran perusahaan adalah skala rasio.
4.2.2.4. Capital Adequecy Ratio (X4)
Capital Adequacy Ratio merupakan kemampuan bank dalam mempertahakan kecukupan modal, mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan bank yang dilakukan. Capital Adequacy Ratio mengadopsi pengukuran pada penelitian (M. Hidayat, 2014), (Yuliati & Zakaria, 2014). Rasio untuk menghitung Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR dapat dihitung dengan rumus:
66
ROA = Modal x 100%
ATMR
skala pengukuran yang dipergunakan dalam mengukur likuditas adalah skala rasio.
4.2.2.5. Growth (X5)
Pertumbuhan adalah Perubahan baik itu peningkatan atau penurunan akibat dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan/bank dalam menempatkan diri pada sistem ekonomi. Pertumbuhan pada penelitian ini mengdopsi penelitian (Hermuningsih, 2013). Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diukur melalui pertumbuhan aset. Pertumbuhan aset adalah perubahan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Adapun formula yang digunakan adalah sebagai berikut:
Growth = Total Asset - Total Asset - 1 x 100%
Total Asset - 1
Skala pengukuran yang dipergunakan dalam mengukur pertumbuhan adalah skala rasio.
4.2.2.6. Suku Bunga Indonesia (X6)
Menurut (Karl E. Case & Fair. Ray C, 2001) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Suku bunga merupakan harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.
67
. Faktor yang mempengaruhi suku bunga yaitu kebijaksanaan pemerintah, dan reputasi perusahaan. Sementara indikator untuk menentukan tingkat suku bunga yaitu dengan BI Rate, karena BI Rate merupakan suku bunga acuan yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Suku Bunga Indonesia = BI Rate
Skala pengukuran yang dipergunakan dalam mengukur suku bunga adalah skala rasio.
4.2.2.7. Kebijakan Dividen Z (Variabel Moderating)
Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan untuk membagikan deviden kepada pemegang saham atau laba akan ditahan untuk diinvestasikan kembali.
Variabel moderating yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan deviden (Z). Dalam pengukuran kebijakan dividen ini dapat diproksikan dengan menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR) atau Rasio Pembayaran Dividen adalah rasio yang menunjukkan persentase setiap keuntungan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Berikut adalah rumus dari Dividen Payout Ratio :
DPR = Dividen Per Share Earning Per Share
Skala pengukuran yang dipergunakan dalam mengukur Kebijakan dividen adalah skala rasio.
68
Nilai Perusahaan Harga jual perusahaan yang di anggap layak oleh investor, sehingga ia mau membayarnya ketika perusahaan itu ingin di jual.
(Y) PBV = Harga Pasar Per Lembar Saham Rasio
Nilai Buku Per Lembar Saham
Likuiditas Kemampuan perusahaan dalama memenuhi kewajiban jangka pendeknya
(X₁) LDR = Total Kredit x 100% Rasio
Dana Pihak Ketiga Profitabilitas Kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aset yang digunakan
(X₂) ROA = Laba Bersih x 100% Rasio
Total Asset Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dimana
untuk menentukan besars
Growth Dampak dari arus dana perusahaan dari perubahan
Suku Bunga Indonesia Pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.
(X₆) = % BI Rate Rasio
Kebijakan Dividen Kemampuan perusahaan membagikan keuntungan yang di peroleh yang di distribusikan kepada pemegang saham
(Z) DPR = Dividen Per Share Rasio
Earning Per Share
Sumber : Data diolah 2020
69
4.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel