ii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERATING
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013 - 2019
TESIS
OLEH :
MUHAMMAD ARDIANSYAH 187017050
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2020
i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERATING
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013 - 2019
TESIS
OLEH :
MUHAMMAD ARDIANSYAH 187017050
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2020
ii
iii
TIM PENGUJI TESIS
Telah Diuji dan Dinyatakan LULUS di Depan Tim Penguji Pada Hari Selasa, 15 Desember 2020
Judul Tesis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Deviden Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2019
Nama Mahasiswa : Muhammad Ardiansyah
NIM : 187017050
Program Studi : Magister (S2) Akuntansi
Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA, CPA Ketua Penguji/Pembimbing
Dr.Rujiman, MA Anggota Penguji/Pembimbing
Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA, CSP, CPA Anggota Penguji Dr. Keulana Erwin, SE, M.Si, Ak, CA Anggota Penguji Dr. Abdhya Aulia Adnan, SP, MM Anggota Penguji
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Muhammad Ardiansyah
Alamat : Jl. Jermal XI Gg. Subur I No. 8, Medan Denai Tempat /Tgl Lahir : Medan, 8 September 1992
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
RIWAYAT KEPENDIDIKAN
Tahun 2018 – 2020 : Program Magister Akuntansi (S2) Universitas Sumatera Utara, Medan
Tahun 2013 – 2016 : Program Sarjana Akuntansi (S1) Universitas Sumatera Utara, Medan
Tahun 2010 – 2013 : Program Diploma Akuntansi (DIII) Universitas Sumatera Utara, Medan
Tahun 2007 – 2010 :SMA Negeri 21 Medan Tahun 2004 - 2007 : SMP Negeri 13 Medan Tahun 1998 - 2004 : SD. Tunas Harapan Medan
vii
ABSTRAK
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating
Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2019
Muhammad Ardiansyahˡ, Erlina², Rujiman³ Magister Akuntansi,Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaaan, capital adequacy ratio, growth dan suku bunga indonesia terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderating.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 43 perusahaan dengan tahun pengamatan 2013 hingga 2019. Sampel sebanyak 112 dan dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Data diolah menggunakan metode uji statistik regresi data panel.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan capital adequacy ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan growth dan suku bunga indonesia berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen tidak dapat memoderasi pengaruh likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan, capital adequacy ratio, growth dan suku bunga indonesia terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci: likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaaan, capital adequacy ratio, growth, suku bunga indonesia, kebijakan dividen, nilai perusahaan.
viii
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan, perlindungan, dan kemudahan kepeda penulis, sehingga dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2019..
Tesis ini merupakan karya tulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, guna meraih gelar Magister (S2).
Dalam menyelesaikan Proses Studi Magister Akuntansi di Universitas Sumatera Utara, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus atas dukungan, motivasi, bantuan, dan arahan dari berbagai pihak. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S. Sos, M.Si, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA, CPA selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Akuntansi dan juga sebagai dosen pembimbing utama.
4. Bapak Dr. Rujiman, MA selaku dosen pembimbing kedua
5. Bapak Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, M.Si, Ak, CSP, CPA selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai dosen penguji.
x
6. Bapak Dr. Keulana Erwin, SE, M.Si, Ak, CA dan Bapak Dr. Abdhya Aulia Adnan, SP, MM selaku sebagai dosen penguji.
7. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, restu, dan doa kepada penulis.
8. Teman-teman seperjuangan Iman, Handayani, Witya, Melpa, Nancy, Citra, Fira, Sani, Via, Christopi, Kodri, Hendra – Hendri, Fikri, dan teman seangkatan lainnya yang selalu memberikan semangat.
9. Seluruh dosen dan pegawai Program Studi Magister Ilmu Akuntansi.
Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak sempurna, namun kiranya dalam ketidaksempurnaannya tersebut tetap dapat memberikan manfaat baik bagi pengembangan ilmu akuntansi. Penulis juga berharap karya ilmiah ini dihasilkan menjadi tahapan baru untuk menghasilkan karya tulis yang semakin baik.
Medan, 14 Desember 2020 Penulis,
Muhammad Ardiansyah
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL TESIS ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
TIM PENGUJI TESIS ... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH .... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... v
DAFTAR WIRAYAT HIDUP ... vi
ABSTRAK ... .... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... ... xi
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian... ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 13
1.3 Pertanyaan Penelitian ... 13
1.4 Tujuan Penelitian ... 14
1.5 Manfaat Penelitian ... 15
1.6 Originalitas Penelitian………. 15
BAB II LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATURE 2.1 Landasan Teori ... 17
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) ……….. ... 17
2.1.2 Agency Theory ... 20
2.2 Telaah Literatur ...……… 22
2.2.1 Nilai Perusahaan……… 22
2.2.2 Likuiditas……….……… 27
2.2.3 Profitabilitas………....……… 30
2.2.4 Ukuran Perusahaan………. 32
2.2.5 Capital Adequacy Ratio…..……… 35
2.2.6 Growth (Asset)………. 37
2.2.7 Suku Bunga Indonesia……… 39
2.2.8 Kebijakan Deviden……….. 40
2.2.9 Hubungan antara Kebijakan Dividen dengan Kondisi (Covid-19) saat Ini :………... 45
2.3 Review Penelitian……… 48
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual ... 49
3.2 Hipotesis ………. .... 50 3.2.1 Pengaruh Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan…. 50
xii
3.2.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan 50 3.2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan………..……. 51
3.2.4 Pengaruh Capital Adequacy Ratio Terhadap Nilai Perusahaan………. 52
3.2.5 Pengaruh Growth Terhadap Nilai Perusahaan ... 53
3.2.6 Pengaruh Suku Bunga Indonesia Terhadap Nilai Perusahaan ... 53
3.2.7 Kebijakan dividen mampu memoderasi hubungan Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Capital Adequacy Ratio, Growth, dan Suku Bunga Indonesia dengan Nilai Perusahaan……… 54
BAB IV METODE PENELITIAN ... 61
4.1 Desain Penelitian... 61
4.2 Definisi Operasional Variabel... . 61
4.2.1 Variabel Y (Dependen Variable)………. 62
4.2.2 Variabel X (Independen Variable)……….. 63
4.2.2.1 Likuiditas (X1)………. 64
4.2.2.2 Profitabilitas (X2)……… 64
4.2.2.3 Ukuran Perusahaan (X3)…….……… 64
4.2.2.4 Capital Aquadecy Ratio (X4)………. 65
4.2.2.5 Growth (X5)………... ……. 66
4.2.2.6 Suku Bunga Indonesia (X₆)………. 66
4.2.2.7 Kebijakan Dividen (Z) Variabel Moderating 67 4.3 Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sample ….. .... 69
4.3.1 Populasi………. 69
4.3.2 Sample……….. 69
4.4 Metode Pengumpulan Data ………. 71
4.4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian………. 71
4.4.2 Jenis dan Sumber Data……….. ... 71
4.5 Teknik Analisa Data………....…. 72
4.5.1 Statistik Deskriptif.……… …….. 72
4.5.2 Uji Asumsi Klasik.……… 72
4.5.2.1 Uji Normalitas………. 73
4.5.2.2 Uji Multikolinieritas……… 73
4.5.2.3 Uji Autokorelasi……… 74
4.5.2.4 Uji Heterkedastisitas…….………. 74
4.5.3 Analisis Regresi Data Panel………. 75
4.5.4 Pemilihan Metode Estimasi………. 76
4.5.4.1 Uji Chow………. 76
4.5.4.2 Uji Hausman……… 77
4.5.4.3 Uji Langrange Multiplier (LM)………… 77
4.5.5 Pengujian Hipotesis……… 77
4.5.5.1 Koefisien Determinasi (R²)……… 77
4.5.5.2 Uji Signifikansi Secara Parsial (Uji T)…… 78
4.5.6 Pengujian Pemoderasi (Uji Interaksi)………… 78
xiii
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... .... 80
5.1 Statistik Deskriptif... 80
5.2 Uji Asumsi Klasik... 82
5.2.1 Uji Normalitas ... ... 82
5.2.2 Uji Multikolinieritas... 82
5.2.3 Uji Autokorelasi... 83
5.2.4 Uji Heteroskedastisitas... 83
5.3 Penentu Model Estimasi... 84
5.3.1 Common Effect Model (CEM) dan Fixed Effect Model (FEM) dengan Uji Chow...84
5.3.2 Fixed Effect Model (CEM) dan Random Effect Model (REM) dengan Uji Hausman………. 85
5.3.3 Model Fixed Effect………... 86
5.4 Hasil Pengujian Hipotesis... 88
5.4.1 Persamaan Regresi... ... ... 88
5.4.2. Uji Signifikansi Parsial (Uji Signifikansi – t) ...89
5.4.3 Koefisien Determinasi...90
5.4.4 Uji Moderate regression Analysis (MRA)... 91
5.5 Pembahasan Hasil Penelitian... 92
5.5.1 Hasil Uji Parsial (t)... ... ...92
5.5.2 Hasil Uji Interaksi ... ...100
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………. 108
6.1 Kesimpulan... ... 108
6.2 Keterbatasan Penelitian ... 109
6.3 Saran ... ... 110
DAFTAR PUSTAKA………...………110
LAMPIRAN………….……….114
xiv
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman 1.1 Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian
Sebelumnya... 16
4.1 Defenisi Operasional Variabel………... 68
4.2 Prosedur Pemilihan Sample………...…… 70
4.3 Perusahaan Yang menjadi Sample………. 70
5.1 Statistik Deskriptif Berdasarkan Variabel Nilai Perusahaan, Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, CAR, Growth, SBI dan Kebijakan Dividen……….. 80
5.2 Uji Normalitas dengan Uji Jarque Bera……….. 82
5.3 Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi……… 83
5.4 Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson……….. 83
5.5 Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Breusch-Pagan………… 84
5.6 Hasil Model Estimasi dengan Uji Chow………. 84
5.7 Hasil Model Estimasi dengan Uji Hausman………. 85
5.8 Hasil dari Uji Fixed Effect Model……….. 87
5.9 Nilai statistik dari Koefisien Determinasi, Uji F, dan Uji t….. 88
5.10 Hasil Uji Moderate Regression Analysis (MRA)…………. 91
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman 1.1 Pergerakan IHSG selama 10 tahun terakhir... 2 1.2 Grafik pertumbuhan PBV beberapa Perusahaan
Perbankan Periode 2013-2019……… 11 3.1 Kerangka Konseptual………... 49
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1. Review Penelitian Terdahulu... 115
2. Daftar Populasi dan Sample……….. 120
3. Hasil Olahan data dengan Eviews 10……….. 121
4. Data Penelitian……….. 132
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Tujuan manajemen keuangan perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Nilai kekayaan dapat dilihat melalui perkembangan harga saham (common stock) perusahaan di pasar. Dalam hal ini, nilai saham dapat merefleksikan investasi keuangan perusahaan dan kebijakan deviden. Nilai perusahaan dapat di ukur melalui nilai harga saham di pasar, berdasarkan terbentuknya harga saham perusahaan di pasar, yang merupakan refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja perusahaan secara riil. Dikatakan secara rill karena terbentuknya harga di pasar merupakan bertemunya titik-titik kestabilan kekuatan permintaan dan titik-titik kestabilan kekuatan penawaran harga yang secara riil terjadi transaksi jual beli surat berharga di pasar modal antara para penjual (emiten) dan para investor, atau sering disebut sebagai ekuilibrium pasar. Oleh karena itu, dalam teori keuangan pasar modal harga saham di pasar di sebut sebagai konsep nilai perusahaan (Harmono, 2011).
Mengoptimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan biaya modal perusahaan merupakan salah satu tujuan perusahaan dalam jangka panjang.
Semakin tinggi nilai perusahaan dapat menggambarkan semakin sejahtera pemilik perusahaan. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang menjadi tujuan berdirinya sebuah perusahaan, antara lain mencapai keuntungan maksimal dan memaksimalkan nilai perusahaan yang bisa dilihat dari harga saham. Tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara subtansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh masing-
2
masing perusahaan berbeda-beda antar yang satu dengan yang lainnya. (Harjito &
Martono, 2012)
Pencapaian tujuan manajer keuangan dalam memasimalkan nilai perusahaan dapat dilihat dan diukur dari harga saham perusahaan yang bersangkutan (Kasmir, 2010). Naik turunnya harga saham di pasar merupakan fenomena yang menarik untuk dibicarakan berkaitan dengan isu naik turunnya nilai perusahaan itu sendiri. Dari harga saham ini jelas bisa dilihat kondisi dari nilai perusahaan. Fluktuasi harga saham umumnya terjadi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini :
Sumber:(Kompas, 2019)
Gambar 1.1 Pergerakan IHSG selama 10 tahun terakhir
Berdasarkan Harian Kompas tentang “Prospek Investasi Saham di tahun 2019”. Pengamatan dari analisa pada Gambar 1.1 terlihat terjadi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cukup fluktuatif selama satu dekade terakhir di mana harga saham pada tahun 2008 sempat jatuh hingga titik paling rendah dikarenakan krisis global namun perlahan bangkit kembali di tahun-tahun berikutnya. Walaupun terjadi fluktuasi hingga tahun 2017- 2019, namun terlihat bahwa harga saham cenderung mengalami kenaikan tiap tahunnya yang mencerminkan nilai perusahaan tiap tahunnya semakin baik.
3
Fluktuasi dari nilai harga saham ini mencerminkan nilai perusahaan itu sendiri. Berdasarkan pada gambar 1.1 tersebut dari pergerakan IHSG dalam sepuluh tahun terakhir yang selalu mengalami kenaikan ini dapat menarik investor dalam melakukan investasi, menurut (Ahmad & Herni, 2014) semakin tinggi nilai harga saham maka akan semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang sudah go public tercermin dari harga saham yang dihasilkan oleh setiap perusahaan. Kekayaan dari pemegang saham dan perusahaan direpresentasikan oleh harga saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan dan manajemen aset. Nilai perusahaan adalah konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar dalam menilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai perusahaan adalah harga saham yang bersedia dibayar oleh calon pembeli jika perusahaan tersebut di jual dan nilai laba masa yang akan datang diekspektasi yang dihitung kembali dengan suku bunga yang tepat.
Harga saham sangatlah penting untuk sebuah perusahaan, karena harga saham adalah cerminan dari nilai perusahaan tersebut, dan kondisi harga saham yang cukup baik akan mendorong investor melakukan invetasi pada perusahaan tersebut. Untuk mengetahui mahal atau murahnya harga saham suatu perusahaan dapat menggunakan indikator price book value (PBV) yaitu perbandingan antara harga saham dengan nilai buku perlembar saham (book value per share). Dengan rasio PBV ini, investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book value-nya. Rasio ini dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran tersebut, secara tidak langsung rasio PBV ini juga memberikan pengaruh terhadap harga saham.
Semakin tinggi nilai PBV berarti perusahaan semakin berhasil menciptakan nilai atau kemakmuran bagi pemegang sahamnya. Semakin baik
4
kinerja keuangan suatu perusahaan pasti semakin baik pula nilai perusahaannya.
Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin makmur pula keadaan para investor. Semakin tinggi nilai PBV ini artinya pasar percaya terhadap kondisi ataupun prospek perusahaan di masa depan. PBV ini juga memberikan sinyal kepada investor atas penawaran tinggi atau tidaknya harga saham tersebut jika diasumsikan perusahaan akan bangkrut (bangkrut immediately), karena jika perusahaan bangkrut, maka kewajiban utama dari perusahaan adalah membayar utang terlebih dahulu dan kemudian sisa aset perusahaan dibagikan kepada para pemegang saham.
Para investor mengharapkan tingkat pengembalian yang tinggi dan tidak menginginkan resiko dari tindakan investasi yang dilakukan. Investor hanya akan melakukan invetasi pada sektor yang memiliki tingkat risiko yang rendah. Dalam hal ini investor harus memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai kinerja keuangan perusahaan yang dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan.
Kondisi kinerja perusahaan yang memberikan sinyal positif maka saham perusahaan tersebut akan diminati oleh setiap investor sehingga harga saham akan meningkat dan nilai perusahaan juga akan mengalami peningkatan. Sebaliknya apabila kinerja perusahaan memberikan sinyal negatif maka akan menunjukan prospek yang tidak baik di masa mendatang. Sehingga akan menimbulkan penurunan harga saham di pasar modal dan penurunan nilai perusahaan.
Perusahaan dengan likuditas yang tinggi menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat, semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan nilai perusahaan karena pasar akan bereaksi positif.
Penelitian-penelitian tentang nilai perusahaan sudah banyak dilakukan seperti yang di lakukan oleh (Antwi et al., 2012). Mereka mengatakan bahwa
5
likuditas berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan berdasarkan penelitian dari (Tui et al., 2017) mengatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Profitabilitas adalah salah satu faktor yang mendukung nilai perusahaan.
Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar. Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan pada perusahaan (Wild et al., 2005). ROA dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah manajemen telah mendapat imbalan yang memadai (reasobable return) dari aset yang dikuasainya. Rasio ini merupakan salah satu tolak olak ukur dalam mengevaluasi seberapa baik perusahaan telah memakai dananya. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang.
Penelitian tentang profitabilitas sudah cukup banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan (Antwi et al., 2012). membuktikan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan (Purwohandoko, 2017) yang menyimpulkan bahwa profitabilitas (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) dan pada peneliti (Tui et al., 2017), profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Pada kondisi keuangan perusahaan dengan total aktiva yang besar akan lebih kuat, operasional lebih stabil dan relatif menghasilkan laba, sehingga
6
prospek perusahaan ke depannya akan lebih baik. Manajemen perusahaan lebih dapat mengendalikan dan memanfaatkan aktiva yang ada di perusahaan besar untuk mencapai tujuan perusahaan dan meningkatkan kegiatan operasional perusahaan, maka investor akan merespon positif untuk berinvestasi sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Hasil penelitian (Tui et al., 2017), menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan sebaliknya menurut (Chowdhury & Chowdhury, 2010) ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Penelitian tentang pengaruh permodalan terhadap nilai perusahaan telah banyak di lakukan. Pada permodalan perbankan dapat dilihat dari rasio Capital Adequacy Ratio bank tersebut. Dan dari CAR ini investor dapat melihat bagaimana perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional dari perusahaan tersebut. Sekarang ini CAR pada perusahaan perbankan Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Dan peningkatan dan penurunan dari CAR ini merupakan kondisi perusahaan yang merupakan cerminan dari nilai perusahaan, dan merupakan salah satu tolak ukur dari investor dalam melakukan investasi pada perusahaan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh (M. Hidayat, 2014) menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (Husnaini et al., 2011) Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan sebaliknya, hasil penelitian penelitian menurut (Yuliati
& Zakaria, 2014) yang menunjukkan bahwa CAR berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan dikarenakan nilai CAR yang terlalu tinggi menunjukkan kinerja bank mengalami penurunan profitabilitas dan dengan demikian akan memberikan sinyal kepada investor menurunkan nilai perusahaan.
7
Selain itu pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Pada dasarnya, peluang pertumbuhan perusahaan mencerminkan produktivitas sebuah perusahaan dan harapan kesempatan untuk internal perusahaan, investor dan kreditur untuk mendapatkan keuntungan.
Perusahaan yang memiliki pertumbuhan dapat dilihat dari aset. Hasil penelitian dari (Hermuningsih, 2013) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sedangkan sebaliknya menurut hasil penelitian (Chowdhury & Chowdhury, 2010), pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah faktor eksternal, faktor eksternal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suku Bunga Indonesia . Suku Bunga Indonesia merupakan persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran sumber daya yang penting digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur dan juga suku bunga merupakan biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut, pada tingkat yang lebih umum suku bunga mempunyai dampak pada kesehatan perekonomian secara keseluruhan karena suku bunga tidak hanya dapat mempengaruhi kesediaan konsumen untuk mengkonsumsi atau menabung, tetapi keputusan-keputusan investasi usaha (Mishkin, 2008)
Penelitian mengenai suku bunga Indonesia terhadap nilai perusahaan banyak dilakukan.Hasil penelitian dari (Meidiana, 2019) menyatakan bahwa suku bunga Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sedangkan sebaliknya menurut hasil penelitian (Noerirawan & Muid, 2012), suku bunga Indonesia berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
8
Kebijakan deviden (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi yang akan datang. (Harjito & Martono, 2012). Dalam Bird in The hand theory dari (Lintner, 1956) dan (Bhattacharya, 1979) menjelaskan bahwa investor menyukai deviden yang tinggi dan merupakan pandangan positif bagi value perusahaan. Alasannya sederhana yakni karena deviden merupakan uang kas yang sudah pasti diterima saat ini, berbeda dengan capital gain yang masih berupa ekspektasi dan hasil mengelola laba ditahan. Berdasarkan teori Bird in Hand, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham.
Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor (Lintner, 1956), dalam teori relevansi dividen, menunjukkan adanya hubungan langsung antara kebijakan dividen perusahaan dan nilai pasarnya.
Dalam hal ini dividen yang tinggi, harga saham akan cenderung tinggi dan begitu juga nilai perusahaan, sebaliknya jika dividen rendah, harga saham akan cenderung juga menjadi rendah dan nilai perusahaan rendah. Dalam theory bird in the hand disebutkan bahwa investor lebih menyukai dividen, Investor lebih merasa aman memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain yang belum tentu akan diperoleh pada masa mendatang.
Harapan dengan pembagian dividen adalah agar harga saham meningkat dan akhirnya nilai perusahaan juga akan meningkat. Dengan dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan (Harjito & Martono, 2012). Sementara dalam teori irrelevansi dividen oleh (Miller & Modiglini, 2016) menyatakan bahwa
9
kebijakan deviden tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning power dari aset perusahaan.
Beberapa penelitian terdahulu telah melakukan penelitian dengan menguji berbagai model untuk menjelaskan kebijakan dividen sebagai variabel moderating terkait dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan terjadinya perbedaaan hasil dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian penelitian (Mahendra, 2012), mengatakan bahwa kebijakan dividen tidak mampu memoderasi pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan.
Penelitian (Fadli, 2013) mengatakan bahwa kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan. Selain itu penelitian (Chowdhury & Chowdhury, 2010) mengatakan bahwa kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahan terhadap nilai perusahaan. Tetapi penelitian (Purwohandoko, 2017) mengatakan kebijakan dividen tidak mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh (Fadli, 2013) mengatakan bahwa kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan penelitian (Mahendra, 2012) yang mengatakan bahwa kebijakan dividen tidak mampu memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
Penelitian mengenai nilai perusahaan sebagai variabel dependen telah banyak di lakukan seperti yang telah tersaji diatas oleh peneliti terdahulu, namun memiliki hasil yang berbeda-beda dan adanya ketidak konsistenan dalam hasil penelitian. Disamping itu banyak penelitian melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini berfokus pada salah satu sektor
10
perusahaan jasa keuangan di Bursa Efek Indonesia yaitu Perusahaan Perbankan yang memiiki kontribusi yang besar terhadap perekonomian nasional.
Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat salah satunya adalah perusahaan perbankan. Perusahaan perbankan dipilih karena merupakan salah satu industri yang aktif di Pasar Indonesia. Persaingan industri pebankan membuat setiap peusahaan semakin meningkatkan kinerja dan tujuan dalam perusahaan tersebut untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan utama perusahaan yan telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik antara pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Salvatore, 2012).
Lembaga keuangan perbankan adalah lembaga yang mempertemukan antara pihak yang membutuhkan dana pihak yang mempunyai kelebihan dana.
Oleh sebab itu lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam perekonomian suatu negara. Perbankan dapat memenuhi kebutuhan dana masyarakat untuk menjamin kelangsungan hidup usahanya dan untuk memenuhi kebutuhan lainnya, melalui kegiatan perkreditan. Sedangkan masyarakat yang mempunyai kelebihan dana, perbankan siap menerima untuk disimpan dengan aman, serta dapat memproleh keuntungan dari perbankan sebagai balas jasa pengguna dana tersebut. Melalui kegiatan tersebut pembiayaan bagi dunia usaha, maka pihak perbankan mempunyai peran untuk menggerakan sektor rill. Untuk memastikan peran ini perbankan dituntut bekerja secara efisien dan profesional, disamping itu, ada beberapa faktor perlu di perhatikan adalah kondisi ekonomi makro, seperti nila tukar rupiah, tingkat inflasi dan tingkat suku bank Indonesia (SBI) (Suripto, 2015).
11 Sumber: Data BEI diolah 2020
Gambar 1.2 Grafik pertumbuhan PBV beberapa Perusahaan Perbankan Periode 2013-2019
Pengamatan dan analisa pada Gambar 1.2 grafik pertumbuhan PBV (Price Book Value) yang mewakili beberapa perusahaan perbankan selama periode tahun 2013-2019 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), menjelaskan adanya kondisi price book value yang fluktuatif. Seperti perusahaan AGRO dengan nilai PBV di tahun 2017 dengan nilai 5.61 sementara BDMN adalah posisi yang terendah dengan nilai PBV 0.01 pada tahun 2014.
Hasil perhitungan nilai PBV serta analisa grafik di atas tentunya menimbulkan kondisi atau fenomena para pelaku pemilik modal atau kreditor dalam melakukan investasi dengan PBV sebagai tolak ukur tersebut. Oleh karenanya perusahaan selalu dituntut agar menjaga nilai perusahaan atau price book value terus meningkat dan stabil, sehingga para investor tertarik menanamkan modal (investasi) pada perusahaan tersebut, karena tujuan perusahaan didirikan untuk mendapatkan laba dan selanjutnya dapat dijadikan tolak ukur bagi perkembangan perusahaan.
- 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00
2019 2018 2017 2016 2015 2014 2013
12
Selain itu, penelitian ini juga berfokus pada perusahaan perbankan sebagai objek penelitiannya. Hal ini dikarenakan menurut Investor Daily Indonesia (2017), harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) tetap menorehkan kinerja yang mengesankan di tengah perlambatan ekonomi dan merupakan salah satu emiten yang masih dipercayai investor hingga saat ini.
Berdasarkan fenomena dan reserch gap penelitian mengenai nilai perusahaan dan fluktuasi nilai perusahaan sektor perbankan Indonesia, maka peneliti bertujuan melakukan pengujian kembali faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan dengan objek penelitian pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Merujuk pada penelitian terdahulu oleh (Rambe, 2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Hutang Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia, Penelitian ini menambahkan variabel Likuiditas, Capital Aquadecy ratio, Growth (Asset), dan Suku Bunga Indonesia sebagai variabel independen, mengganti variable moderating menjadi kebijakan dividen dan mengganti jenis perusahaan pada perusahaan perbankan dengan fenomena yang sudah di jelaskan di atas dan perusahaan perbankan merupakan salah satu perusahaan yang memberikan pengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Dengan demikian penelitian ini diberi judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Deviden Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2019”.
13 1.2 Rumusan Permasalahan
Investasi di bidang perbankan pada umumnya sangat diminati masyarakat, karena mampu menorehkan kinerja keuangan yang selalu mengesankan ditengah perlambatan ekonomi dan juga salah satu emiten yang masih dipercaya investor hingga saat ini,. Lalu berkaitan dengan fenomena- fenomena yang terjadi, apakah pertumbuhan perusahaan dan besarnya aset mampu mempengaruhi nilai perusahaan serta bagaimana kinerja keuangan menunjukkan kestabilannya terhadap implikasi nilai perusahaan pada bidang perbankan. Selain itu, apakah kebijakan dividen dapat memoderasi pengaruh - pengaruh tersebut.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka dalam penilitian ini menimbulkan beberapa pertanyaan
1. Apakah Likuiditas berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah Capital Adequeny Ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
5. Apakah Growth (Asset) berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
6. Apakah Suku Bunga Indonesia berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
7. Apakah Kebijakan Dividen mampu memoderasi Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Capital Adequacy Ratio, Growth, dan Suku Bunga Indonesia dengan nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?
14 1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengidentifikasi dan membuktikan pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengidentifikasi dan membuktikan pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengidentifikasi dan membuktikan pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk mengidentifikasi dan membuktikan pengaruh capital adequacy ratio terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
5. Untuk mengidentifikasi dan membuktikan pengaruh growth terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
6. Untuk mengidentifikasi dan membuktikan pengaruh suku bunga indonesia terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
7. Untuk mengidentifikasi dan membuktikan kebijakan deviden mampu memoderasi likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan, capital adequacy ratio, growth dan suku bunga indonesia dengan nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
15 1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada beberapa pihak yaitu:
1. Bagi emiten perusahaan perbankan, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai alat bagi perusahaan tersebut dalam mengevaluasi dan menilai kinerja perusahaan melalui penyajian variabel-variabel yang di pergunakan dalam penelitian ini.
2. Bagi investor, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi calon investor maupun investor terhadap peluang investasi pada perusahan perbankan yang terdafatar di BEI.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan terutama penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan.
4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan yang diharapkan dapat memberi kontribusi untuk pengembangan teori, terutama berkaitan dengan nilai perusahaan.
1.6 Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang di lakukan oleh Rambe pada tahun 2018 dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Hutang Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Rambe, 2018). Berikut yamg menjadi perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada tabel berikut ini :
16
Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Sebelumnya No Keterangan Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang
1 Variabel Variabel independen: Variabel independen Penelitian Profitabilitas Likuditas
Ukuran Perusahaan Profitabilitas Free Cash Flow (FCF) Ukuran Perusahaan
Capital Adequacy Ratio Growth (Asset)
Suku Bunga Indonesia Sales Growth
Invest Oportunity Set
Variabel Dependen Variabel Dependen Nilai Perusahaan Nilai Perusahaan Variabel Intervening Variabel Moderating Kebijakan Hutang Kebijakan Deviden 2 Populasi Perusahaan Manufaktur Perusahaan Perbankan
yang terdaftar di BEI yang terdaftar di BEI periode 2014-2017 periode 2013-2019
3 Sampel 45 Perusahaan 29 Perusahaan
4 Tahun 2018 2020
Sumber: Diolah oleh Penulis.
17 BAB II
LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATURE 2.1 Landasan Teori
2.1.1. Teori Sinyal (Signalling theory)
Signalling Theory menekankan kepada investor pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan, atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini, maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuan di terima pasar (Jogiyanto, 2007).
Menurut (Brigham Eugene F & Houston, 2011) isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.
Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akandatang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan.
18
Teori signalling menyatakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan, terkhusus para investor yang akan melakukan investasi. Sinyal ini dapat berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik (Investor). Asumsi utama dari teori sinyal ini memberikan ruang bagi investor untuk mengetahui bagaimana keputusan yang akan diambilnya berkaitan dengan nilai perusahaan tersebut. Akibatnya, ketika ukuran perusahaan, menunjukkan nilai yang berubah, hal ini otomatis memberikan informasi pada investor dalam memberikan penilaian terhadap nilai perusahaan.
Maka dapat disimpulkan bahwa Teori sinyal dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya akan direspon postif oleh pasar, hal ini sesuai dengan konsep signaling theory.
Tingkat likuiditas yang tinggi, maka pasar akan meneruh kepercayaan terhadap perusahaan, bahwa perusahaan tersebut dapat menjaga tingkat likuiditasnya, yang artinya perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik.
Laba perusahaan merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa mendatang. Sesuai dengan konsep signalling theory, profitabilitas akan menjadi sinyal dari manajemen yang menggambarkan prospek perusahaan berdasarkan tingkat profitabilitas yangterbentuk, dan secara langsung akan mempengaruhi nilai perusahaan yang di cerminkan dengan tingkat saham di pasaran. Penggunaan teori signalling, informasi berupa ROA atau tingkat pengembalian terhadap aset atau juga seberapa besar laba yang didapat dari aset yang digunakan, dengan demikian jika
19
ROA tinggi maka akan menjadi sinyal yang baik bagi para investor, karena dengan ROA tinggi menunjukkan kinerja perusahaan tersebut baik maka investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya yang berupa surat berharga atau saham. Permintaan saham yang banyak maka harga saham akan meningkat. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan baik, sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat.
Salah satu informasi yang menjadi pertimbangan investor dalam memprediksi saham adalah tingkat kesehatan bank. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada waktu informasi tingkat kesehatan bank diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, serta menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut terlebih dahulu sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tingkat kesehatan perbankan dalam kondisi sehat, maka akan menjadi sinyal baik bagi investor dan akan berimbas pada fluktuasi harga saham perusahaan perbankan yaitu terjadinya kenaikan harga saham dan sebaliknya.
Dan tingkat kesehatan bank itu dapat dinilai dengan kondisi dari Capital Adequency Ratio dimana CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivitas sebagai akibat dari kerugian-kerugain bank yang disebabkan oleh aktiva beresiko. Dengan demikian semakin besar rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), maka akan semakin rendah kemungkinan timbulnya bank bermasalah dan juga dapat meningkatkan kepercayaan terhadap masyarakat, dan dengan semakin rendah kemungkinan timbulya bank bermasalah maka semakin besar tingkat profitabilias suatu bank. Dengan
20
demikian, semakin besar rasio CAR maka semakin besar pula profitabilitas suatu bank, dengan demikian akan memberikan sinyal positif pada nilai perusahaan.
Merujuk pada signalling theory informasi dapat berupa informasi yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain. Dari Total aktiva perusahaan dapat menggambarkan nilai dalam perusahaan.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan mengenai aset dari perusahaan merupakan salah satu sinyal yang dapat digunakan oleh setiap investor dalam memprediksi resiko dalam menanamkan investasi pada perusahaan tersebut, Semakin besar aset yang dimiliki memberikan sinyal positif yang menunjukkan bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan perusahaan yang besar dan memiliki profit yang besar, dengan demikian hal ini akan memberikan sinyal positif terhadap nilai perusahaan.
2.1.2 Agency Theory
Menurut(Anthony & Govindarajan, 2005) teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehinga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent.
Manajer yang mempunyai sifat dasar mementingkan keinginan sendiri yang berakibat principal dan agent memiliki tujuan berbeda sehingga memicu biaya keagenan (agency cost) (Jensen & Meckling, 1986).
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa teori agensi adalah hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai principal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi
21
kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak manajemen harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada pemeganga saham.
Berdasarkan teori keagenan tersebut nilai perusahaan terikat kepada manajer (agen). Karena segala kepentingan dan perkembangan perusahaan merupakan hak setiap manajer, sehingga banyak manajer (agen) yang menyalahgunakan kekuasaannya terhadap pemberi wewenang (principal).
Kondisi tersebut dapat membuat nilai perusahaan menjadi menurun, yang berakibat pihak investor menarik kembali sahamnya dari perusahan tersebut.
Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka teori agency ini mempunyai peran yang sangat penting sebagai dasar praktik dalam menjalankan setiap bisnis yang dilakukan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan memberikan kemakmuran kepada principal maupun manajer perusahaan. Manajemen bertugas untuk mengelola seluruh aktivitas yang ada dalam setiap perusahaan.
Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan principal. Sehingga dalam setiap tujuan perusahaan yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai dengan sukses.
Kesuksesan principal dan agen dalam megelola perusahaan akan membuat perusahaan berkembang khususnya dalam harga saham yang akan dipasarkan yang secara otomatis meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal pengambilan keputusan, teori ini berkaitan dengan perilaku atau tingkah laku dari agent yang lebih mementingkan diri sendiri dibandingkan untuk kepentingan para pemegang saham. Dari sistem kinerja agen yang selalu dipantau oleh pihak principal maka
22
pertumbuhan perusahaan terjadi peningkatan sehingga nilai perusahaan akan selalu mengalami pertambahan nilai.
Agency theory menyebutkan indikator keuangan merupakan variabel yang paling mendukung dalam peningkatan nilai perusahaan. Dimana kinerja keuangan merupakan titik tolak gambaran kondisi keuangan yang terjadi dalam lingkungan perusahaan. Jika hubungan kerja sama antara pihak manejer perusahaan dengan pihak principal perusahaan memiliki kerja sama yang bagus, maka kenerja keuangan dalam suatu perusahaan akan mengalami kenaikan.
Manajer perusahaan akan memberikan loyalitas yang tinggi dalam setiap perusahaan demi untuk meningkatkan nilai perusahaan yang akan meningkatkan harga saham perusahaan itu sendiri baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan pihak investor. Dalam hal ini aktivitas manajemen dapat dinilai dengan melihat kondisi likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan, Capital Adequacy Ratio, size, growth, dan suku bunga indonesia sebagai faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan menjadi tolak ukur investor ketika menanamkan modal nya.
2.2. Telaah Literatur 2.2.1. Nilai Perusahaan
Nilai Perusahaan merupakan pengeluaran investasi yang memberikan sinyal positif dari investasi kepada manajer tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Nilai Perusahaan yang tinggi menjadi keinginan pemilik perusahaan, sebab dengan nilai perusahaan yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Menurut (Fama, 1974), nilai perusahaan dapat dilihat dari harga sahamnya. Harga saham terbentuk atas
23
permintaan dan penawaran investor, sehingga harga saham tersebut dapat dijadikan proksi nilai perusahaan.
Menurut (Keown & Scott David, 2000) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. (Brigham Eugene F &
Houston, 2011) menejelaskan nilai perusahaan sangat penting karena nilai perusahaan yang tinggi diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham, semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.
Oleh karena itu nilai perusahaan dapat disimpulkan nilai jual dari perusahaan atau nilai kinerja perusahaan, kondisi pencapain dari perusahaan terhadap harga saham yang dapat di beli apabila perusahaan tersebut di jual.
Harga saham yang tinggi akan mencerminkan nilai perusahaan yang tinggi, dan akan meningkatkan nilai kepercayaan pasar tidak hanya terhadap kinerja perusahaan saat ini tapi juga prospek perusahaan di masa mendatang.
Harga saham dan nilai perusahaan mengikhtisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baikkah keadaan suatu perusahaan, baik kinerja saat ini maupun prospek masa depannya (Brealey & C, 2003). Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik.
Memasukkan perusahaan kepasar modal merupakan pilihan yang cukup efisien untuk menarik para investor agar dapat berinvestasi diperusahaan, dengan
24
menunjukkan perusahaan memiliki nilai yang tinggi dimata investor maka dapat membuat investor percaya untuk menanamkan dananya diperusahaan. Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan yang penting bagiperusahaan karena berkaitan dengan keputusan perusahaan dalam memperolehsumber dana untuk modal dalam membiayai investasi.
Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan akan tercermin dari nilai pasarnya. Berdasarkan definisi nilai perusahaan yang dijelaskan di atas dan faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan dari beberapa teori yang disebut dengan Agency Theory dan Signalling Theory, yang manaAgency Theory lebih mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan dengan kepentingan perusahaan (Jensen & Meckling, 1986). Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka teori agency ini mempunyai peran yang sangat penting sebagai dasar praktik dalam menjalankan setiap bisnis yang dilakukan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan memberikan kemakmuran kepada principal maupun manajer perusahaan. Manajemen bertugas untuk mengelola seluruh aktivitas yang ada dalam setiap perusahaan. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan principal. Sehingga dalam setiap tujuan perusahaan yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai dengan sukses. Kesuksesan principal dan agen dalam megelola perusahaan akan membuat perusahaan berkembang khususnya dalam harga saham yang akan dipasarkan yang secara otomatis meningkatkan nilai perusahaan.
Signalling Theory sendiri menekankan pada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar perusahaan (investor) (Jogiyanto, 2007). Kaitan dari theory signalling terhadap nilai
25
perusahaan dengan adanya signalling theory ini pihak manajemen perusahaan terkhususnya perusahaan yag sudah go public akan memberikan informasi kepada investor sehingga investor dapat mengetahui keadaan perusahaan dan prospek di masa depan. Dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi, investor dapat membedakan perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang baik sehingga di masa mendapat dapat memberikan keuntungan bagi para investor. Dalam signalling theory, sinyal positif tentang informasi kinerja perusahaan, likuditas, profitabilitas, ukuran perusahaan, CAR, deviden pertumbuhan perusahaan yang meningkat dapat digunakan sebagai indikator nilai perusahaan. Dengan sinyal positif yang didapatkan pihak investor akan berdampak terhadap naiknya nilai perusahaan. Karena pada pada dasarnya nilai perusahaan dapat dikatakan baik salah satunya ditunjukan oleh peningkatan harga saham perusahaan dari waktu ke waktu (Jogiyanto, 2007).Maka teori yang digunakan pada nilai perusahaan pada penelitian ini adalah Signalling Theory dan Agency Theory.
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan PBV. Menurut (Ang, 1997) Price to Book Value (PBV) merupakan salah satu rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya.
Price to Book Value (PBV) ditunjukkan dengan perbandingan antara harga saham terhadap nilai buku dihitung sebagai hasil bagi dari ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan terhadap jumlah modal yang diinvestasikan, sehingga semakin tinggi rasio Price to Book Value (PBV) yang menunjukkan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham dan semakin tinggi rasio tersebut semakin berhasil perusahaan
26
menciptakan nilai bagi pemegang saham, dengan mengetahui rasio PBV, investor bisa mengidentifikasi saham mana yang harganya wajar, undervalued, dan overvalued. Dengan demikian dapat di simpulkan Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.
Menurut (Harmono, 2011) indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan :
a. PBV (Price Book Value)
Price Book Value merupakan salah satu variabel yang dipertimbangkan seorang
investor dalam menentukan saham mana yang akan dibeli. Nilai perusahaan dapat memberikan keuntungan pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kekayaan pemegang saham.
PBV = Harga perlembar saham Nilai buku saham biasa b. PER (Price Earning Ratio)
Price earning ratio adalah harga per lembar saham, indikator ini secara praktis
telah diaplikasikan dalam laporan keuangan laba rugi bagian akhir dan menjadi bentuk standar pelaporan keuangan bagi perusahaan publik di Indonesia. Rasio ini menunjukan seberapa besar investor menilai harga saham terhadap kelipatan earnings.
PER=
Harga pasar saham Laba per lembar saham27 c. EPS (Earning Per Share)
Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk pemberian
keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.
EPS = Laba Setelah Pajak Jumlah saham yang Beredar 2.2.2. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Likuiditas juga diartikan sebagai kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek atau yang harus segera dibayar (Mamduh, 2004)
Likuiditas bank adalah kemampuan bank dalam melunasi hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Simpanan nasabah dapat sewaktu-waktu ditarik, karena itu bank harus selalu menjaga likuiditasnya, sehingga ketika nasabah melakukan penarikan, dananya dapat tersedia dan tidak mengganggu likuiditas bank. Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo (Kasmir, 2010).
Likuiditas adalah kemampuan suatu bank melunasi kewajiban-kewajiban keuangan yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh tempo. Secara lebih spesifik likuiditas ialah kesanggupan bank menyediakan alat-alat lancar guna membayar kembali titipan yang jatuh tempo dan memberikan pinjaman (loan) kepada masyarakat yang memerlukan. (Simorangkir, 2004). Maka dapat ditarik kesimpulan likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibanya
28
terutama kewajiban dana jangka pendek. Pada likuiditas bank kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan penarikan simpanan dan kewajiban lainnya dan/atau memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kredit dan penempatan dana lainnya. Rasio inilah yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan tersebut likuid, sedangkan jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan tersebut ilikuid.
Likuiditas dianggap dapat mempengaruhi nilai perusahaan karena likuiditas harus mampu memberi kontribusi untuk realisasi penciptaan nilai perusahaan (Michalski et al., 2010). Likuiditas menjadi perhatian serius pada perusahaan karena likuiditas memainkan peranan yang penting dalam kesuksesan perusahaan. Perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik maka akan dianggap memiliki kinerja yang baik oleh investor. Nilai likuiditas yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan yang tinggi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan yang memiliki nilai likuiditas yang baik akan dianggap memiliki kinerja yang baik oleh investor. Maka dengan kondisi nilai likuiditas yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan yang baik dengan demikian akan meningkatkan nilai perusahaan maka kondisi tersebut akan menarik investor dalam menanamkan modal pada perusahaan tersebut.
Rasio likuiditas yang menjadi fokus dalam penelitian ini dan juga termasuk rasio likuiditas yang digunakan perbankan untuk mengukur kinerja keuangan bank adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR adalah rasio yang menyatakan seberapa jauh bank telah menggunakan uang para penyimpan (depositor) untuk memberikan pinjaman kepada para nasabahnya (Pandia, 2012).
29
Loan to Deposit Ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang diakukan deposan dengan mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Semakin besar rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
Batas aman loan to deposit ratio (LDR) suatu bank secara umum adalah sekitas 90 % sampai dengan 100%, sedangkan menurut ketentuan Bank Sentral batas aman LDR suatu bank adalah 110%. LDR dapat pula digunakan untuk menilai strategi manajemen suatu bank. Manajemen bank yang konservatif biasanya cenderung memiliki LDR yang relatif rendah, sebaliknya Manajemen bank yang agresif memiliki LDR yang tinggi atau melebihi batas toleransi (Simorangkir, 2004).
Namun menurut (Kasmir, 2010) dalam mengukur indicator likuiditas dapat di ukur dengan beberapa rasio perhitungan sebagai berikut :
Quick Ratio (QR)
QR = Cash Assets x 100%
Total Deposit
Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR = Total Kredit x 100%
Dana Pihak Ketiga
Loan to Asset Ratio (LAR)
LAR = Total Loans x 100%
Total Asset
30 2.2.3. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut beberapa ahli pengertian profitabilitas, antara lain: Menurut (Helfert, 1997) profitabilitas adalah efektivitas dimana manajemen telah menggunakan total aset dan aset bersih yang dicatat dalam neraca. Dan Juga profitabilitas merupakan suatu indikasi atas bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan, modal rata-rata, dan ekuitas saham biasa rata-rata.
Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Ukuran profitabilitas perusahaan dapat berbagai macam seperti : laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian invetasi/asset, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. (Ang, 1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan asset yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang ada. ROA kadang-kadang disebut juga Return on Investment (ROI) (Ang, 1997).
Selain menghasilkan laba, Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan nilai perusahaan. Semakin tinggi angka profitabilitas semakin baik kinerja perusahaan, dengan demikian akan mencerminkan kekayaan investor yang semakin besar dan prospek perusahaan kedepan dinilai semakin menjanjikan. Pertumbuhan prospek tersebut oleh investor akan ditangkap sebagai sinyal positif sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan di mata investor yang
31
tercermin dari meningkatnya harga saham perusahaan, dengan demikian profitabilitas merupakan suatu hal yang penting dalam meningkatkan nilai perusahan dengan semakian besar profit yang di hasilkan akan memberikan pengaruh pada perusahaan maupun terhadap investor.
Profitabilitas dalam penelitian ini diproksi melalui Return on Assets, yang merupakan kemampuan modal yang di investasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin tinggi pula minat investor untuk menanamkan modalnya melalui saham perusahaan tersebut yang mengakibatkan harga saham melonjak.
Sebaliknya, nilai ROA yang rendah akan mengurangi minat investor untuk berinvestasi di perusahaan sehingga mengakibatkan harga saham rendah.
Karena ROA ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapakan dan investasi tersebut sama dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.
Namun menurut (Brigham Eugene F & Houston, 2011) dalam mengukur indicator profitabilitas dapat di ukur dengan beberapa rasio sebagai berikut :
Return On Asset (ROA)
ROA = Laba Bersih Setelah Pajak x 100%
Total Asset
Return On Equity (ROE)
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak x 100%
Modal Sendiri
EPS (Earning Per Share)
EPS = Laba Bersih Setelah Pajak x 100%
Jumlah Per lembar Saham
32
Return On Investment (ROI)
ROA = Laba Bersih Setelah Pajak x Penjualan x 100%
Penjualan Total Aktiva
2.2.4. Ukuran Perusahaan
Menurut (Brigham Eugene F & Houston, 2011), ukuran perusahaan adalah rata rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan tetap maka perusahaan akan menderita kerugian. Menurut (Riyanto, 2001) ukuran suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.
Menurut (Halim, 2007), semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing khususnya pihak investor, apabila modal sendiri tidak mencukupi dalam kelangsungan operasional perusahaan.Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan pada total asset, jumlah penjualan dan rata- rata penjualan. Ukuran perusahaan dapat terlihat dari total aset yang dimiliki oleh satu perusahaan
Ukuran perusahaan dianggap mampu mempengaruhi nilai perusahaan, karena semakin besar ukuran atau skala dalam perusahaan maka akan semakin