• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi berdasarkan jenis kelamin, jender atau etnis

122 Forum Kebijakan Anak Afrika. Dalam kepentingan terbaik anak: Menyelaraskan undang-undang di Afrika Timur dan Afrika Selatan, hal 4. Diakses pada tanggal

29 September 2008 dari: http://www.africanchild.info/documents/Report%20(Harmonising%20Laws).pdf.

123 Ibid. hal 75.

124 Komite Hak Anak sering mengungkapkan keprihatinan mereka terkait dengan masalah ini. Untuk contohnya, lihat Concluding

Observations of the Committee on the Rights of the Child, Lithuania, U.N. Doc. CRC/C/15/Add.146 (2001). Dokumen yang bisa dicetak

kembali bisa diperoleh dari Perpustakaan Hak Azasi Manusia Universitas Minnesota. University of Minnesota Human Rights Library. Diakses pada tanggal 5 Maret 2007 dari: http://www1.umn.edu/humanrts/crc/lithuania2001.html.

Hukum penanganan eksploitasi seksual anak

MEMPERKU

A

125 Satu-satunya ketentuan yang berlaku untuk pelacuran anak laki-laki adalah KUHP bagian tentang pengiriman atau memiliki seseorang di bawah usia 18 tahun untuk tujuan pelacuran atau tujuan lain yang melanggar hukum atau tujuan yang tidak bermoral (KUHP, Bagian 372 dan 373) dan bagian perdagangan anak Undang-undang Pencegahan Penindasan Terhadap Perempuan dan Anak (Undang-undang No. VIII of 2000. Undang-undang tersebut disahkan pada tahun 2000 dan diamandemen pada tahun 2003).

126 Unicef. Childinfo.org: Statistics by Area – Birth Registration. Diakses pada tanggal 26 September 2008 dari: http://www.childinfo.org/areas/birthregistration/.

127 IRIN, UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs. Bangladesh: Moving towards universal birth registration. 15 July 2008. Diakses pada tanggal 26 September 2008 dari: http://www.irinnews.org/report.aspx?ReportId=79258.

52

Persepsi yang salah bahwa anak laki-laki tidak dapat menjadi korban pelacuran kadang-kadang tercermin dalam hukum nasional yang memberikan perlindungan yang berbeda bagi anak laki-laki dan anak perempuan. Di Bangladesh, undang-undang yang ada tidak memiliki syarat-syarat minimum yang telah ditetapkan oleh hukum internasional tetapi juga batas perlindungan

125

untuk anak laki-laki yang rendah. Penelitian ECPAT juga telah menunjukkan bahwa pelacuran anak laki-laki meningkat di banyak negara dan oleh karena itu penting bagi kita untuk

menangani berbagai celah hukum seperti itu guna melindungi mereka.

Walaupun KUHP India melarang impor terhadap gadis asing untuk tujuan-tujuan seks terlarang, tetapi ketentuan ini tidak menawarkan perlindungan bagi anak-anak perempuan dari India atau anak laki-laki dari negara lain. Oleh karena itu, ketentuan-ketentuan KUHP tersebut, khususnya yang terkait dengan perdagangan anak, harus dikaji kembali untuk melindungi anak-anak perempuan dari India daripada hanya anak-anak perempuan dari negara lain dan anak laki-laki yang tidak mendapatkan perlindungan sama sekali.

Pasal 7 KHA menyatakan bahwa setiap anak akan didaftarkan segera setelah kelahiran. Kurangnya akte kelahiran bisa menyebabkan seorang anak tidak mendapatkan layanan kesehatan, suplemen gizi dan bantuan sosial serta tidak dapat mendaftar sekolah. Dalam masa kanak-kanak mereka nantinya, berbagai dokumen identitas juga dapat membantu melindungi anak-anak dari buruh anak, pendaftaran prematur dalam angkatan bersenjata dan, jika dituduh melakukan sebuah kejahatan, penuntutan sebagai orang dewasa.

Tanpa adanya sistem pendaftaran kelahiran, anak-anak juga biasanya lebih rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi seksual karena mereka tidak dapat membuktikan usia mereka. Tanpa adanya bukti usia tersebut, anak-anak perempuan bisa menjadi korban kawin paksa sebelum

126

mereka berhak untuk menikah secara hukum; sebuah taktik yang sering kali dipergunakan untuk memperdagangkan dan melacurkan anak-anak. Anak-anak yang dieksploitasi dalam

127

pelacuran juga bisa diklaim oleh para mucikari telah berusia lebih dari 18 tahun.

Pendaftaran kelahiran

MEMPERKU

A

T

53

KESIMPULAN

Sebagai sebuah observasi akhir, kami ingin menekankan tentang pentingnya berbagai definisi yang konsisten untuk kejahatan kekerasan dan eksploitasi seksual.

• Pertama, berbagai definisi yang telah disetujui secara internasional akan mencerminkan sebuah pemahaman yang sama tentang sebuah isu terkait;

• Kedua, ruang lingkup sebuah kejahatan terkait dengan bagaimana kejahatan tersebut didefinisikan. Definisi-definisi yang jelas dan konsisten lebih kondusif untuk penegakan hukum yang efisien;

• Ketiga, karena banyak kejahatan eksploitasi seksual yang bersifat transnasional atau lintas negara, maka definisi yang sama akan memfasilitasi kolaborasi dan kerjasama dalam memerangi kejahatan-kejahatan ini, misalnya melalui ekstradisi dan ketentuan tentang bantuan timbal balik. Di banyak negara, ekstradisi untuk sebuah kejahatan tertentu tergantung pada apakah tindakan tersebut dianggap sebagai sebuah tindak kejahatan di kedua yurisdiksi tersebut atau tidak;

• Terakhir, definisi-definisi yang sama dapat membantu mengekang 'forum shopping', yaitu pemilihan sebuah yurisdiksi karena aturan-aturan hukum yang berlaku lebih menguntungkan bagi sebuah tuntutan atau pembelaan. Oleh sebab itu, penyelarasan undang-undang domestik dari sebuah Negara merupakan sebuah cara untuk menghalangi para pelaku tindak kejahatan untuk mencari yurisdiksi-yurisdiksi yang memiliki peraturan-peraturan yang lebih lunak atau toleran yang sepertinya telah menjadi sebuah trend untuk pariwisata seks.

Adanya definisi-definisi yang jelas dan konsisten semata-mata tidak menjadi sebuah indikator adanya skema perlindungan anak yang baik di setiap negara. Mungkin saja ada celah antara hukum tertulis dengan penegakan hukum yang sebenarnya. Akan tetapi, ECPAT percaya bahwa definisi yang sama dapat memberikan sebuah dasar yang kuat untuk sebuah pemahaman yang lebih baik tentang kejahatan seksual terhadap anak dan respon yang lebih besar. ECPAT mendesak pemerintah untuk mensahkan undang-undang yang mendefinisikan dan melarang kekerasan seksual terhadap anak, eksploitasi seksual terhadap anak serta berbagai bentuk kekerasan dan eksploitasi seksual terhadap anak tersebut.

Hukum penanganan eksploitasi seksual anak

MEMPERKU

A

54

CHECKLIST REFORMASI HUKUM

üHukum nasional menetapkan pelanggaran dan hukuman yang terkait dengan kekerasan seksual terhadap anak

üKekerasan seksual termasuk:

(1) aktifitas-aktifitas seksual dengan seorang anak yang belum mencapai usia izin seksual

(2) aktifitas-aktifitas seksual dengan seorang anak sampai usia 18 tahun jika menggunakan kekerasan, paksaan atau ancaman, atau jika pelaku tersebut menyalahgunakan posisi kepercayaan, kewenangan atau pengaruh terhadap anak tersebut, atau jika kekerasan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan situasi yang sangat rentan dari anak tersebut

üHukum nasional menangani perbuatan yang menyebabkan seorang anak menonton aktifitas-aktifitas seksual atau melakukan aktifitas-aktifitas seperti itu dengan kehadiran anak-anak yang dapat membahayakan kesehatan psikologis korban

üHukum nasional menetapkan pelanggaran dan hukuman terkait dengan eksploitasi seksual terhadap anak.

üEksploitasi seksual mencakup: (1) pelacuran anak

(2) pornografi anak

(3) memaksa/merekrut anak-anak untuk terlibat dalam pertunjukan-pertunjukan pornografi/pose seksual

üHukum nasional mengkriminalkan bantuan atau persekongkolan dan usaha-usaha untuk melakukan kejahatan-kejahatan diatas

üHukum nasional menetapkan kejahatan perdagangan anak untuk tujuan seksual, termasuk proses yang mengarah pada eksploitasi seksual, sesuai dengan Protokol

Trafiking.

üNegara harus mengkaji kembali perundang-undangan yang telah ada untuk memastikan bahwa:

MEMPERKU

A

T

55

(1) Undang-undang tersebut memberikan sebuah definisi anak yang konsisten secara nasional, yaitu setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun.

(2) Undang-undang tentang eksploitasi seksual terhadap anak melindungi anak-anak sampai usia 18 tahun tanpa memandang usia izin seksual.

(3) Undang-undang tersebut menetapkan usia izin seksual yang jelas demi kepastian hukum. Negara-negara yang memiliki usia izin seksual yang rendah harus mengamandemen undang-undang tersebut untuk menaikkan usia izin seksual tersebut.

(4) Untuk menghindari penghukuman aktifitas seksual yang telah disepakati diantara teman sebaya, Negara harus mempertimbangkan pemberian pengecualian 'close in age' (hampir seumur) dalam undang-undang tersebut. (5) Undang-undang menetapkan tanggung jawab orang tua dan wali yang sah menurut hukum untuk melindungi anak-anak yang ada dalam pengasuhan mereka dari kekerasan dan eksploitasi. Melaporkan dugaan

kekerasan/eksploitasi seksual harus menjadi kewajiban bagi orang-orang yang berada dalam posisi memiliki tanggung jawab.

üNegara harus mengkaji ulang usia minimum yang telah ditentukan untuk: (1) Perkawinan

(2) Tanggung jawab kriminal (3) Bekerja

dan jika perlu, menaikkan usia-usia tersebut sesuai dengan standar-standar internasional.

üNegara harus membuat sistem pendaftaran kelahiran wajib.

Hukum penanganan eksploitasi seksual anak

MEMPERKU

A

• Untuk mendefinisikan pelacuran anak sesuai dengan standar-standar internasional dan merencanakan elemen-elemen untuk sebuah definisi yang lebih luas

• Untuk mengklarifikasi 'siapa dan apa' yang tunduk pada KUHP

Tujuan: