• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSTRADISI DAN BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK SEBAGAI ALAT UNTUK

MEMERANGI PARIWISATA SEKS ANAK

Hukum penanganan eksploitasi seksual anak

MEMPERKU

A

Sebuah Model Perjanjian Ekstradisi telah dikembangkan untuk memfasilitasi

pengembangan perjanjian-perjanjian ekstradisi dan dapat dipergunakan sebagai panduan bagi negara-negara yang akan mengembangkan perjanjian ekstradisi seperti itu.

Menurut Model tersebut:

• “Setiap Pihak setuju untuk mengekstradisi ke Pihak lain, atas permintaan dan tunduk pada ketentuan-ketentuan Perjanjian ini, setiap orang yang dicari di Negara yang memohon untuk penuntutan sebuah pelanggaran yang bisa diekstradisi atau untuk penjatuhan atau pemberian sebuah hukuman terkait dengan pelanggaran seperti itu.”

• Pelanggaran-pelanggaran yang dapat diekstradisi adalah pelanggaran-pelanggaran yang menurut undang-undang kedua belah Pihak “bisa dikenai hukuman penjara atau perampasan kemerdekaan lain maksimum selama sedikitnya [satu/dua] tahun, atau hukuman yang lebih berat.”

• “Sebuah permohonan untuk melakukan ekstradisi harus dibuat secara tertulis.

Permohonan, dokumen pendukung dan komunikasi berikutnya harus dikirim melalui jalur diplomatik secara langsung diantara kementerian kehakiman atau pihak berwenang lain yang ditunjuk oleh Pihak-pihak tersebut.” Permohonan tersebut harus disertai dengan sebuah penjelasan akurat tentang orang yang dicari, teks undang-undang terkait yang menyatakan perbuatan tersebut sebagai pelanggaran dan dokumen-dokumen lain.

130

Sebagai sebuah peraturan umum, lebih disukai jika para pelaku disidangkan di tempat dimana pelanggaran tersebut dilakukan seperti yang dijelaskan dalam Bagian 5 di atas, yaitu dimana korban berada dan dimana saksi dan bukti lain ditemukan. Oleh karena itu, jika seorang pelaku telah meninggalkan yurisdiksi dimana dia telah melakukan

pelanggaran itu, maka solusi terbaiknya biasanya adalah dengan mengekstradisi kembali ke negara itu asalkan negara tersebut memiliki sumber daya untuk menjamin penuntutan yang efisien.

Sebagian besar negara membuat ekstradisi tergantung pada adanya sebuah perjanjian dengan negara yang memohon ekstradisi tersebut. Jika negara-negara memiliki keprihatinan atas catatan hak azasi manusia dari sebuah negara dan/atau perlakuannya pada para tahanannya, termasuk penerapan hukuman matinya untuk berbagai kejahatan, maka mereka mungkin tidak akan bersedia untuk membuat kesepakatan untuk mengekstradisi warga negara mereka ke negara itu. Secara umum, ada 2 jenis perjanjian ekstradisi. Yang paling umum adalah

'perjanjian daftar' dimana ekstradisi hanya mungkin dilakukan untuk sebuah pelanggaran yang disebutkan dalam perjanjian tersebut. Perjanjian-perjanjian ini menimbulkan sedikit kesulitan karena perjanjian-perjanjian tersebut membutuhkan update periodik. Jenis perjanjian yang kedua adalah 'perjanjian kriminalitas ganda' dan pada umumnya memungkinkan ekstradisi jika pelanggaran tersebut mengakibatkan sebuah hukuman penjara 1 (atau 2) tahun penjara di kedua negara tersebut.

MEMPERKU

A

T

131

Tidak ada satu negara pun di dunia ini yang memiliki perjanjian ekstradisi dengan semua negara lain. Akan tetapi, jika keadaan menghendaki hal yang demikian, maka ekstradisi masih

380

bisa berlaku atas dasar perundang-undangan nasional. Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang penjualan anak, pelacuran anak dan pornografi anak tersebut mendorong ekstradisi dengan meminta semua pelanggaran yang berada dalam cakupannya untuk dimasukkan dalam perjanjian-perjanjian yang telah ada. Jika sebuah negara yang membuat ekstradisi tergantung pada sebuah perjanjian menerima sebuah permohonan dari sebuah negara dimana negara tersebut tidak memiliki sebuah perjanjian, maka kedua negara tersebut diminta untuk

mempertimbangkan Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang penjualan anak, pelacuran anak dan pornografi anak tersebut sebagai sebuah dasar untuk ekstradisi. Syarat-syarat ekstradisi tersebut akan ditentukan oleh undang-undang yang menerima permohonan tersebut.

Pasal 5 Protokol Opsional Konvensi Hak Anak

tentang penjualan anak, pelacuran anak dan

pornografi anak

“1. Kejahatan-kejahatan [penjualan anak, pelacuran anak dan pornografi anak] harus dianggap sebagai kejahatan yang

dapat diekstradisi sesuai dengan perjanjian ekstradisi yang berlaku antar Negara-negara Peserta dan harus dianggap

sebagai kejahatan yang dapat diekstradisi sesuai dengan perkanjian ekstradisi yang berlaku sesudahnya, sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum di dalam perjanjian tersebut.

2. Jika sebuah Negara Peserta yang memberlakukan ekstradisi berdasarkan persyaratan adanya suatu perjanjin menerima permintaan untuk ekstradisi dari Negara Peserta lainnya yang dengannya ia tidak memiliki perjanjian ekstradisi, maka ia dapat mempertimbangkan protokol ini sebagai dasar hukum untuk ekstradisi dalam hal kejahatan semacam itu. Ekstradisi harus tunduk pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam hukum

381

negara yang diminta.”

Apakah ekstradisi berlaku berdasarkan pada sebuah perjanjian atau berdasarkan pada undang-undang nasional, di banyak negara prinsip kriminalitas ganda berlaku dan berfungsi untuk membatasi yurisdiksi pada tingkat itu.

380 O Brian, Muireann, ECPAT International. Extraterritorial Jurisdiction: What's it About? Diakses pada tanggal 1 Oktober 2008 dari: http://www.preda.org/archives/research/ecpat031001.html: lihat juga Pasal 5(3) Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang penjualan anak, pelacuran anak dan pornografi anak menyatakan: “Negara-negara Peserta yang tidak membuat ekstradisi berdasarkan pada persyaratan adanya suatu perjanjian harus mengakui kejahatan tersebut sebagai kejahatan yang dapat diekstradisi di antara mereka dengan tunduk pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam hukum negara yang diminta.” Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the sale of children, child prostitution and child pornography, art. 5. Mulai berlaku pada tanggal 18 Januari 2002. Diakses pada tanggal 29 September 2008 dari: http://www2.ohchr.org/english/law/crc-sale.htm.

381 Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the sale of children, child prostitution and child pornography, pasal 5. Mulai berlaku pada tanggal 18 Januari 2002. Diakses pada tanggal 29 September 2008 dari: http://www2.ohchr.org/english/law/crc-sale.htm.

Hukum penanganan eksploitasi seksual anak

MEMPERKU

A

132