• Tidak ada hasil yang ditemukan

CHECKLIST REFORMASI HUKUM

ECPAT mendorong Negara-negara untuk melakukan sebuah kajian yang komprehensif terhadap perundang-undangan yang telah ada dalam bidang-bidang berikut ini.

(1) Negara telah menandatangani dan meratifikasi berbagai instrumen internasional dan regional

üKHA

üProtokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang penjualan anak, pelacuran anak dan pornografi anak

üProtokol Trafiking

üKonvensi ILO 182 dan 138

üInstrumen-instrumen regional lain yang berlaku (lihat Bagian 1)

üNegara telah mengirimkan laporan-laporan KHA, Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang penjualan anak, pelacuran anak dan pornografi anak dan ILO dan mematuhi kewajiban-kewajiban pelaporannya menurut instrumen-instrumen regional terkait.

üBerbagai syarat/keberatan yang membatasi lingkup perjanjian hak azasi manusia telah dihapus.

(2) Definisi hukum tentang anak

üUndang-undang memasukkan definisi anak yang konsisten secara nasional sebagai setiap orang dibawah usia 18 tahun.

üUndang-undang tentang eksploitasi seksual terhadap anak melindungi anak-anak sampai usia 18 tahun tanpa memandang usia izin seksual.

üUndang-undang menetapkan usia izin seksual yang jelas demi kepastian hukum. Negara-negara yang memiliki usia izin seksual yang rendah harus mengamandemen undang-undang tersebut untuk menaikkan usia izin seksual tersebut.

üUntuk menghindari penghukuman aktifitas seksual yang telah disepakati diantara teman sebaya, Negara harus mempertimbangkan pemberian pengecualian 'close in age' (hampir sama umurnya) dalam undang-undang tersebut

üUndang-undang menetapkan tanggung jawab orang tua dan wali yang sah menurut hukum untuk melindungi anak-anak yang ada dalam pengasuhan mereka dari kekerasan dan eksploitasi. Melaporkan dugaan kekerasan/eksploitasi seksual harus menjadi kewajiban bagi orang-orang yang berada dalam posisi memiliki tanggung jawab.

MEMPERKU

A

T

141

üNegara harus mengkaji ulang, jika perlu menaikkan, usia minimum yang telah ditetapkan untuk perkawinan, tanggung jawab kriminal dan bekerja

üNegara harus membuat sistem pendaftaran kelahiran wajib.

(3) Ketentuan-ketentuan hukum untuk penanganan kekerasan dan eksploitasi seksual terhadap anak

üHukum nasional menetapkan pelanggaran dan hukuman yang terkait dengan kekerasan seksual terhadap anak

üKekerasan seksual termasuk:

(1) aktifitas-aktifitas seksual dengan seorang anak yang belum mencapai usia izin seksual

(2) aktifitas-aktifitas seksual dengan seorang anak sampai usia 18 tahun jika menggunakan kekerasan, paksaan atau ancaman, atau jika pelaku tersebut menyalahgunakan posisi kepercayaan, kewenangan atau pengaruh terhadap anak tersebut, atau jika kekerasan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan situasi yang sangat rentan dari anak tersebut

üHukum nasional menangani perbuatan yang menyebabkan seorang anak menonton aktifitas-aktifitas seksual atau melakukan aktifitas-aktifitas seperti itu dengan kehadiran anak-anak yang dapat membahayakan kesehatan psikologis korban

üHukum nasional menetapkan pelanggaran dan hukuman terkait dengan eksploitasi seksual terhadap anak.

üEksploitasi seksual mencakup: (1) pelacuran anak (2) pornografi anak

(3) memaksa/merekrut anak-anak untuk terlibat dalam pertunjukan-pertunjukan pornografi/pose seksual

üHukum nasional mengkriminalkan bantuan atau persekongkolan dan usaha-usaha untuk melakukan kejahatan-kejahatan diatas

üHukum nasional menetapkan kejahatan perdagangan anak untuk tujuan seksual, termasuk proses yang mengarah pada eksploitasi seksual, sesuai dengan Protokol Trafiking.

(4) Ketentuan-ketentuan hukum untuk penanganan pelacuran anak

üPerundang-undangan nasional telah mengadopsi sebuah definisi yang jelas tentang 'pelacuran anak'.

Hukum penanganan eksploitasi seksual anak

MEMPERKU

A

MEMPERKU

A

T

Hukum penanganan eksploitasi seksual anak

142

üPenggunaan anak-anak dalam pelacuran didefinisikan sebagai sebuah pelanggaran yang dibedakan dari pelacuran orang dewasa (jika pelacuran orang dewasa belum dilegalkan atau didekriminasasi), dan hukumannya lebih berat untuk mencerminkan seriusnya kejahatan ini dan dampaknya terhadap kehidupan anak-anak yang menjadi korban.

üJika pelacuran orang dewasa sudah didekriminalisasi atau dilegalkan, maka

penggunaan anak-anak dalam pelacuran tetap menjadi sebuah pelanggaran kriminal. üAnak-anak terlindungi dari eksploitasi sampai usia 18 tahun.

üDalam konteks pelacuran anak, 'aktifitas seksual' didefinisikan secara luas untuk memasukkan setiap aktifitas seksual dengan seorang anak yang melibatkan bentuk upah apa saja, baik uang ataupun tidak. Aktifitas-aktifitas yang dicakup tidak hanya hubungan seks tetapi juga sentuhan seksual, masturbasi (onani) dan pose seksual tanpa memandang jenis kelamin korban atau pelaku.

üElemen upah ditafsirkan secara luas untuk memasukkan setiap bentuk kompensasi. üUndang-undang mengkriminalkan semua perbuatan menawarkan, mendapatkan, membeli atau memberi seorang anak untuk pelacuran untuk menampung semua spektrum pelaku eksploitasi terhadap anak.

üKlien/pelaku eksploitasi tunduk pada KUHP; setiap bentuk kompensasi untuk mendapatkan layanan seks dari seorang anak merupakan sebuah transaksi kriminal. üPara perekrut dan orang-orang yang memiliki, menyewakan atau menjalankan

tempat-tempat dimana terjadi pelacuran anak dikriminalkan; ada sebuah kewajiban untuk melaporkan penggunaan tempat-tempat untuk pelacuran anak.

üLangkah-langkah pidana/perdata yang berlaku bagi seorang anak yang diketahui berada dalam pelacuran dikaji kembali. Hukum pidana/perdata yang menangani 'kenakalan' atau 'tingkah laku anti-sosial' anak harus dikaji kembali. Ketentuan-ketentuan hukum yang menyebabkan hukuman perdata atau hukuman lain terhadap korban harus dihapuskan.

üTersedia panduan/peraturan bagi kepolisian dan aparat penegak hukum untuk menangani anak-anak yang berada dalam pelacuran.

(5) Ketentuan-ketentuan hukum untuk penanganan pornografi anak

üPerundang-undangan nasional telah mengadopsi sebuah definisi 'Pornografi Anak' yang jelas dengan mengeluarkan istilah-istilah yang tidak jelas seperti 'cabul' atau 'tidak senonoh'.

üDefinisi tersebut mencakup spektrum penggambaran yang luas baik bantuan visual, audio ataupun elektronik.

üPerundang-undangan nasional memasukkan 'pornografi anak virtual' dan tidak ada syarat untuk membuktikan bahwa seorang anak 'yang sebenarnya' telah

Hukum penanganan eksploitasi seksual anak

MEMPERKU

A

T

143

üPerundang-undangan nasional mengkriminalkan cakupan aktifitas yang luas, termasuk kepemilikan sederhana, mendapatkan, mengakses dan melihat, memproduksi dan membuat, mendistribusikan, menyebarkan, mengimpor, mengekspor dan menawarkan. üMelaporkan dugaan kekerasan/eksploitasi seksual sebagai sebuah kewajiban bagi

orang-orang yang berada dalam posisi bertanggung jawab (lihat bagian 2 hal 47 dan 55).

üIndividu dan profesional yang mungkin dihadapkan pada pornografi anak karena sifat pekerjaan mereka tunduk pada kewajiban pelaporan.

üPara penyedia internet dan perusahaan keuangan tunduk pada kewajiban pelaporan. (6) Ketentuan-ketentuan hukum untuk penanganan pariwisata seks anak

üPariwisata seks anak didefinisikan dan secara khusus dikriminalkan/dihukum dalam perundang-undangan nasional.

üElemen-elemen kejahatan pariwisata seks anak termasuk:

(1) Terlibat dalam aktifitas seks dengan seorang anak di luar negeri: termasuk aktifitas seks terlarang non-komersial dan komersial dengan seorang anak usia dibawah 18 tahun

(2) Melakukan perjalanan dengan niat untuk terlibat dalam aktifitas seksual dengan seorang anak di luar negeri

(3) Mengiklankan atau mempromosikan perjalanan seks anak

(4) Mengorganisir/membuat rencana perjalanan untuk seseorang dengan tujuan untuk terlibat dalam aktifitas seksual dengan seorang anak di daerah tujuan (5) Mengirim seseorang untuk tujuan diatas. Tanggung jawab para operator

perjalanan harus mencakup para mitra lokal di lapangan untuk menjamin bahwa tanggung jawab operator tersebut tidak berakhir saat klien tersebut telah tiba di tempat tujuan.

üNegara-negara menerapkan yurisdiksi atas kejahatan-kejahatan pariwisata seks anak berdasarkan pada Prinsip Kepribadian Aktif dan Prinsip Kepribadian Pasif (yang berlaku bagi warga negara dan penduduk) dan jika memungkinkan, Prinsip

Universalitas. Kewajiban untuk 'mengekstradisi atau menuntut' membentuk bagian dari sistem hukum nasional.

üMenghapus syarat pengaduan korban atau permohonan formal Negara. üPenolakan jaksa untuk melakukan penuntutan membutuhkan pembenaran.

üPrinsip bahaya ganda tidak boleh dipergunakan kecuali jika orang tersebut sudah dibebaskan atau hukumannya telah dijalani secara penuh.

144

üMenghapus syarat kriminalitas ganda dalam kaitannya dengan kejahatan pariwisata seks anak.

üWaktu kadaluarsa yang fleksibel untuk permulaan penuntutan kejahatan seksual terhadap anak-anak.

üBadan hukum perusahaan tunduk pada sanksi pidana dan non-pidana.

(7) Ekstradisi dan bantuan hukum timbal balik

üKejahatan seks terhadap anak harus selalu dianggap sebagai kejahatan yang bisa diekstradisi

üSemua Negara harus memiliki proses pelaksanaan ekstradisi yang jelas dan permohonan bantuan hukum timbal balik. Kejahatan seks terhadap anak harus mendapat prioritas khusus

üSemua Negara harus memberikan bantuan hukum timbal balik secara cepat dan efektif terkait dengan semua kejahatan seks terhadap anak dan menjamin bahwa permohonan ekstradisi dilakukan dengan cepat

üSyarat-syarat yang bersifat menghambat yang tidak perlu terkait tentang pemberian bantuan hukum timbal balik harus dihapuskan

üKriminalitas ganda tidak boleh membatasi pemberian bantuan hukum timbal balik dalam kasus-kasus kejahatan seks terhadap anak atau menjadi pertimbangan dalam prosedur ekstradisi. Negara-negara setidaknya harus melakukan ekstradisi dalam kasus-kasus dimana perbuatan tersebut dapat dihukum di kedua Negara dengan perampasan kemerdekaan dalam jangka waktu yang telah disetujui.

Disamping itu:

üPertukaran informasi diantara berbagai lembaga penegak hukum harus difasilitasi dan database nasional harus dikembangkan. Daftar pelaku kejahatan seks harus dibuat dan pihak berwenang terkait (di negara pengirim dan negara tujuan) harus diberitahu tentang niat para pelaku seks yang terdaftar untuk melakukan perjalanan

üSistem pelaporan hotline dan sistem pelaporan lain harus dibuat sehingga masyarakat umum dapat mengambil tindakan untuk menghapuskan kekerasan dan eksploitasi seksual terhadap anak

MEMPERKU

A

T

Terbitan terjemahan ini diproduksi oleh Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ECPAT Affiliate Member Group in Indonesia) atas dukungan keuangan dari

Kinder Not Hilfe Germany, Mensen met een Missie Netherlands, ECPAT Internasional dan The Body Shop Foundation.

328/1 Phayathai Road Ratchathewi, Bangkok

10400 THAILAND

Tel: +66 2 215 3388, +66 2 611 0972 Fax: +66 2 215 8272

Email: info@ecpat.net | media@ecpat.net Web site: www.ecpat.net

Jl. Abdul Hakim No.5 A Pasar I Setia Budi, Medan 20132

Sumatera Utara-INDONESIA Telp: +62 61 8200170 Fax: +62 61 8213009 Email: info@eska.or.id Website: www.eska.or.id