• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.3 Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial)

2.1.3.1 Definisi Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial)

Mengenai definisi CSR belum ada definisi tunggal yang disepakati oleh semua pihak. Secara umum CSR dapat diartikan sebagai peningkatan kualitas hidup mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas untuk dan menanggapi keadaan sosial yang ada,dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan perubahan yang ada sekaligus (Rudito, 207:2007).

World Bank memandang CSR sebagai sebuah komitmen bisnis yang dikutip oleh Siagian (99:2010) yang mengartikan SCR sebagai barikut:

Sebagai suatu persetujuan atau komitmen perusahaan agar bermanfaat bagi pembangunan ekonomi yang berkesinambungan, bekerja dengan para perwakilan dan perwakilan mereka, masyarakat setempat dan masyarakat dalam ukuran lebih luas, untuk meningkatkan kualitas hidup, dengan demikian eksistensi perusahaan tersebut akan baik bagi perusahaan itu sendiri

Menurut Darwin (2004) corporate Social responsibility adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di dalam hukum.

Admin Widjaja Tunggal menyatakan corporate Social responsibility

sebagai suatu kewajiban perusahaan untuk merumuskan kebijakan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang memberikan manfaat bagi masyarakat. (Tunggal, 2008 didalam Siagian, 2010:67)

Definisi corporate Social responsibility yang dikemukankan oleh Admin Widjaja Tunggal mempunyai poin penting yang mengutamakan pinsip kewajiban perusahaan untuk selalu atau senantiasa menjadikan perusahaan tersebut berguna bagi masyarakat. Dalam upaya memberikan manfaat tersebut kepada masyarakat, maka peusahaan harus merumuskan suatu kebikajan, pengambilan keputusan dan harus melakukan tindakan tertentu.

Hackston dan Milne (1996) menyatakan bahwa corporate social responsibility merupakan proses dampak sosial dan lingkuangan dari kegiatan ekonomi organisasi tersebut terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Gray et al (1987) yang dikutip oleh Belal (2001) mendefinisikan corporate social responsibility sebagai proses komunikasi sosial dan lingkingan dari organisasi ekonomi terhadap kelompok tertentu dimasyarakat, yang melibatkan tanggung jawab organisasi (terutama perusahaan), diluar tanggung jawab keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang

saham. Perusahaan mempunyai tanggung jawab lebih luas dibandingkan hanya untuk mencari keuntungan bagi pemegang saham. Dari berbagai definisi

corporatesocial responsibility, ada satu kesamaan bahwa corporate social responsibility yang tidak bisa lepas dari kepentingan shareholder dan stakeholder

perusahaan. Konsep inilah yang kemudian diterjemahkan oleh John Elkington sebagai tripel bottom line, yaitu: profit, people, dan planet. Maksudnya tujuan

corporate social responsibility harus mampu meningkatkan laba perusahaan, menyejahterakan karyawan dan masyarakat, sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan (Rahmawati, 2012:182).

Asian From On Corporate Social Responsibility, suatu organisasi yang berkedudukan di Singapura dan memberikan perhatian secara khusus terhadap implementasi SCR oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan aktivitas ekonomi di kawasan Asia dan setiap tahun mengevaluasi dan memberikan penghargaan kepada perusahaan-perusahaa yang mengimplementasikan dengan baik tanggung jawab sosial perusahaannya, mengemukakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah persetujuan atau komitmen dari perusahaan untuk melakukan praktek ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berkesinambungan dan memelihara kemanfaatan yang seimbang diantara kepentingan-kepentingan dari banyak pemegang kepentingan yang beraneka ragam (Siagian, 67:2010).

Berbagai definisi corporate social responsibility dari berbagai kalangan yang sudah dikemukakan berupaya memasukkan corporate social responsibility sebagai yang tidak terpisahkan dari kebijakan perusahaan. Pandangan seperti ini memang ideal, namun memiliki sifat negatif, atau sulit bagi siapapun, terutama

pihak luar dalam mengidentifikasikan kebijakan, program, dan aktivitas mana yang menjadi corporate social responsibility tersebut, dan yang mana pula yang murni kebijakan, program, dan aktivitas yang murni bisnis.

Bagaimanapun juga, corporate social responsibility harus memasuki ranah etika sekaligus hukum. Corporate social responsibility sebagai etika menjamin adanya kemauan perusahaan untuk melakukan ativitas khusus demi kesejahteraan pekerja dan masyarakat. Sedangkan sebagai hukum, maka tanggung jawab social perusahaan bersifat terbuka bagi pihak lain untuk diketahui. Oleh karena itu dimasukkannya tanggung jawab sosial perusahaan sebagai kewajiban hukum semestinya melahirkan tanggung jawab bagi perusahaan untuk memberikan laporan tentang pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Jika tidak maka tangung jawab social perusahaan hanya bersifat sukarela bukan kewajiban. (Siagian, 2010:71).

2.1.3.2Isu-Isu atau Konsep-Konsep yang Memberi Kontribusi pada

Corporate Social Responsibility 1. Good Corporate Governance

Dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat, manajemen perusahaan dalam mengejar keuntungan secara maksimal, seringkali masalah etika tidak mendapat perhatian secara wajar bahkan sering terjadi pelanggaran etik ketika suatu keputusan diambil. Pelanggaan asas-asas etika umum/kaidah-kaidah dasar moral yang tidak jarang ditemui antara lain:

2. Kewajiban tidak berbuat tindakan yang tidak merugikan masyarakat

(do no harm to the society and environment)

3. Menghormati otonomi manusia(respect for person)

4. Berlaku adil(justice, fairness)

Untuk mencapai keadaan diatas, jelaslah perusahaan memerlukan suatu sistem tata kelola yang baik agar perilaku para bisnis mempunyai arahan yang dapat dijadikan rujukan. Rujukan yang dimaksud telah dikemas dalam sebuah rumusan yang disebut Good Coporate Governance (GCG). Good Coporate Governance adalah sebagai sebuah sistem dan seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan seperti pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi, demi tercapainya tujuan perusahaan. Dalam dasarwasa petama abad XXI, GCG telah menjadi pembicaraan hangat khususnya dilingkungan institusi pemerintah dan tidak terkecuali institusi global seperti International Moneter Fund (IMF), Bank Dunia (Wold Bank), Asia Pacific Economic Coorporation (APEC), Organization of European Cooperation Development (OECD), (ADB) Asian Development Bank (Sinulingga, 269-270:2010).

GCG mempunyai lima prinsip yang dijadikan untuk pengelolaan perusahaan yang lebih baik oleh para pelaku usaha yaitu:

a. Prinsip keterbukaan (Transparency)

Prinsip ini menuntut keterbukaan atas informasi. b. Prinsip Akuntabilitas (accountability)

Prinsip ini menuntut perwujudan atas kejelasan berkenaan dengan fungsi, susunan, sistem, dan tanggungjawab tiap-tiap bagian yang ada dalam suatu perusahaan.

c. Prinsip Pertanggungjawaban (Responsibility)

Prinsip ini menegaskan bahwa perusahaan harus memiliki kepatuhan terhadap hukum atau peraturan perundang-undangan yang sah atau berlaku sah, seperti kepatuhan atas hukum yang perpajakan, hukum yang bekenaan dengan hubungan antara pelaku-pelaku industri dan para pekerjanya, hukum berkenaan dengan kesehatan dan keselamatan kerja, hukum yang berkenaan terhadap lingkungan, hukum yang berkenaan dengan pemeliharaan hubungan yang harmonis dan saling mendukung antara pelaku-pelaku usaha dalam masyarakat, dan lainya. d. PrinsipKemandirian (Independency)

Prinsip ini menegaskan perlunya pengelolaan perusahaan secara profesional tanpa adanya benturan-benturan kepentingan ataupun tekanan dan campuran tangan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan berbagai hukum yang sah.

e. Prinsip kesetaraan dan kewajaran (Fairness)

Prinsip ini menuntut, bahwa dalam semua aktivitas ekonomi perusahaan harus menghomati nilai-nilai keadilan, kepatuhan atau kewajaran, dalam memenuhi hak setiap pemangku kepentingan dengan segala kepentingan masing-masing (Hasmadillah 2005, dalam Siagian, 33-34:2010).

Dokumen terkait