• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV IMPLEMENTASI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

1. Definisi Hukum Pidana Dalam Islam

Sebelum masuk ke dalam pembahasan definisi hukum pidana Islam, penulis ingin mendefinisikan istilah secara kata-perkata untuk dapat mendalami makna sebenarnya tentang pembahasan terkait.

Kata "hukum" dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Arab yanki kata ُىذٌا (al- hukmu) yang merupakan wujud singular (tunggal), betapapun wujud plural(jama'nya) ialah َبىدلأا (al-ahkam). Secara etimologi

kata ini berarti ءبضمٌا (al-qadha) yang memilik pengertian memutuskan, memimpin, memerintah, menetapkan serta menjatuhkan hukuman.279 Al-Fairuz Abady mengungkapkan bahwa kata ُىذٌا (al- hukmu) dengan dhamah berarti ءبضمٌا qadha) yakni mengadili, bentuk jama'nya adalah َبىدلأا

(al-ahkam).280 Abdullah bin Shalih Fauzan padaSyarh Waraqat Fi Ushul

Al-Fiqh menyatakan : Al-Hukmu secara bahasa ialah mencegah, sedangkan secara

istilah ialah segala sesuatu yang menunjukan padanya kehendak syar'i yang berhubungan dengan amalan-amalan orang yang sudah dewasa (mukallaf) baik berupa tuntutan kewajiban, pilihan serta hukum wadh'i.281

Nasrun Haroen merincikanmakna dari kata "al-hukm", sebagai berikut;

1) M

enetapkan sesuatu atas sesuatu atau meniadakannya, seperti menetapkan terbitnya bulan dan meniadakan kegelapan dengan terbitnya matahari.

2) K

hitab Allah, seperti “aqimu ash-shalata” dalam hal ini yang dimaksud

dengan hukum adalah nash yang datang dari Syari'.

279

Ahmad Warson Munawwir,Kamus Munawwir, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), h. 286.

280Al-Fairuz Abady, Al-Qamus Al-Muhith, Libanon : Muasasah Ar-Risalah, 1998. h. 1095.

281

Abdullah bin Shalih Fauzan, Syarh Waraqat Fi Ushul Fiqh, Riyadh : Dar Al-Muslim, 1997. h. 28.

152

3) A

kibat dari Khitab Allah, seperti hukum ijab yang dipahami dari firman Allah “aqimu ash-shalata”. Pengertian ini digunakan para fuqaha (ahli fiqh).

4) K

eputusan hakim di sidang pengadilan.282

Dari berbagai pengertian tersebut terlihat adanya makna yang satu yaitu bahwa al-hukm adalah :

ِخ

اًعْضَو ْوأ اًرْ يِيَْتَ ْوأ اًبَلَط َْيِفَّلَكُ لما ِلاَعْ فَِبأ ِقَّلَعَ تُ لما ِالله ُباَط

Khitab Allah ta'ala yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan orang mukallaf yang berupa tuntutan, pilihan atau yang bersifat wadh'i”.283

Kata „hukum‟ berasal dari Bahasa Arab, sehingga pengertiannya tidak sama dengan pengertiannya dalam Bahasa Indonesia. Kata „hukum‟ dalam Bahasa arab semakna dengan kata syariah serta fiqh. Makna kata hukum dalam Bahasa Indonesia sudah berubah dan meluas sehingga tidak cocok/sesuai terhadap bahasa asalnya lagi.

Pidana menurut Moeljatno ialahtindakan yang dilarang oleh satu norma hukum larangan mana diikuti ancaman (sanksi) berupa sesuatu hal yang telah ditentukan, terhadap siapa yang melanggar larangan itu. Perbuatan pidana merupakan perbuatan/tindakan yang oleh satu aturan hukum dilarang dan diancam pidana.284

Prinsip hukum pidana sudah diketahui beriringan dengan dikenalnya hukum oleh manusia, namun pada saat itu belum dibuat bagian-bagian disiplin ilmu hukum bahkan saat itu hukum belu tertulis. Hukum pada saat itu dimaknai sebagai batasa atas tindakan yang tidak disukai/merugikan orang lain, sehingga pelaku yang masih juga melakukan tindakan tersebut diberikan

282Nasrun Haroen, Ushul Fiqh I,(Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), h. 207

283Abdul Wahhab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Kairo : Dar Al-Hadits, 2003), h. 87.

153

sanksi, perihal demikianlah yang melahirkan hukum pidana pada masyarakat tersebut.285

WPJ Pompe sebagaimana yang dikutip Frans Maramis mengatakan, hukum pidana adalah segala aturan hukum yang menetapkan prilaku-prilaku apa yang semestinya dipidana/sanksi serta sanksi yang bagaimana yang mestinya dilakukan.286

Moeljatno mengartikan hukum pidana sebagai bagian daripada segala hal menyangkut hukum yang diakui/berlaku pada satu negara, yang membuat asas-asas demi:287

1. Menetapkan tindakan-tindakanyang mana saja dilarang untuk diperbuat diikut sertakan dengan saksi dalam wujud pidana bagi pelanggarnya

2. Menetapkan saat serta pada perihal apa kepada mereka yang sudah melakukan tindakan pelanggaran tersebut sehingga layak dijatuhi pidana seperti yang telah diberi sanksi.

3. Menetapkan metode pelaksanaan penerapan sanksi pidana bilamana pelaku benar telah melanggar larangan yang telah dibua.

Hukum pidana Islam (fiqh jinayah) merupakan seluruh ketetapan hukum tetntang perbuatan kejahatan yang diperbuat oleh para orang mukallaf (orang yang dapat dibebani kewajiban) sebagai hasil pemahaman melalui dalil-dalil hukum baik dari Alquran serta hadis.288 Konsep Jinayah berasal dari kata Jana,

Yajni yang bermakna kejahatan, pidana atau kriminal. Jinayah merupakan

suatu tindakan yang dinyatakan haram ataupun terlarang sebab mampu menyebabkan kerugian ataupun kerusakan agama, jiwa, akal, keturunan serta harta/kekayaan.289

Hukum pidana Islam mencakup 3 (tiga) bidang utama, yakni tindak pidana qisas, hudud, dan ta‟zir. Disini akan diterangkan 2 (dua) bidang utama,

285

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta, RajaGrafindo, 2016), h. 1-2

286

Ibid, h. 6

287

Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana,Op. Cit, h. 7. Lihat Buku Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam, Fiqh Jinayah, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h.14.

288

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), h. 12

289

154

yakni perbuatan pidana hudud serta ta‟zir. Pembagian versi kedua ini disebabkan oleh asumsi bahwa hudud adalah semua jenis tindak pidana yang secara jelas diatur pada Al-Quran serta hadis, baik sifat perbuatan pidananya ataupun sanksi hukum, maka perbuatan pidana qisas tergolong pada cakupanhudud.

Semua jenis perbutan pidana yang taida tergolong cakupan hudud itu artinya tergolong pada ranah ta‟zir. Bila proses penggolongan hukum pidana turut golongan pertama yang mencakup qisas, hudud, serta ta‟zir; maka qisas dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yakniqisas dalam tindak pidana pembunuhan serta penganiayaan. Sementara itu, tindak pidana hudud mencakup tujuh macam, antara lain :

1. Perzinahan. 2. Menuduh zina. 3. Pencurian. 4. Perampokan. 5. Pemberontakan.

6. Perbuatan meminum khamar atau penyalahgunaan narkoba, dan 7. Perbuatan murtad.

Pada umumnya, hukuman ta‟zir ditetapkan sebagai undang-undang yang disusun oleh pemerintah dan DPR ataupun pihak lain seperti dewan kehormatan (untuk di sebuah lembaga yang lingkupnya lebih kecil).290

Senada dengan ini, Teguh Prasetyo mengatakan bahwa bahwa pada hukum pidana Islam hukum kepidanaan/jarimah (perbuatan tindak pidana) yang terdiri dari:291

1. Jarimah Hudud

Adalah perbuatan pidana yang mempunyai bentuk dan batas hukumannya di dalam Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sanksinya berupa sanksi had (ketetapan yang terdapat dalam Alquran dan Sunnah).

290

Muhamad A.S. Gilalom, Penguatan Sanksi Pidana Islam dalam Sistem Pelaksanaan Pemidanaan Menurut KUHP, Lex CrimenVol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017, h. 3

155

Hukumannya berupa rajam, jilid atau dera, potong tangan, penjara/kurungan seumur hidup, eksekusi bunuh, pengasingan/deportasi dan salib.

2. Jarimah Ta‟zir

Adalah perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman hukumannya ditentukan oleh penguasa (hakim) sebagai pelajaran kepada pekakunya. Dalam pengertian istilah hukum Islam merupakan hukuman yang bersifat mendidik yang tidak mengharuskan pelakunya dikenai had. Hukumannya berupa hukuman penjara, skorsing atau pemecatan, ganti rugi, pukulan, teguran dengan kata-kata dan jenis hukuman lain yang dipandang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

Selain itu, dalam hukum pidana Islam juga dikenal delikqishas (memotong atau membalas). Selain itu juga ada delik diat (denda dalam bentuk benda atau harta) berdasarkan ketentuan yang harus dibayar oleh pelaku pidana kepada pihak korban sebagai sangsi atas pelanggaran yang dilakukannya. Perbedaannya, qishash diberlakukan bagi perbuatan pidana yang disengaja, sedangkan diat diberlakukan bagi perbuatan pidana yang tidak disengaja.

Demikian halnya jika pembagian hukum pidana mengikuti versi kedua yang hanya terdiri dari hudud dan ta‟zir, hudud melingkup 9 (sembilan) jenis perbuatan pidana, yakni :

1) Pembunuhan (jarimah pembunuhan). 2) Penganiayaan (jarimah penganiayaan). 3) Perzinahan.

4) Penuduhan zina (qadzaf). 5) Pencurian (as-sariqah).

6) Perampokan/Pengacau Kemanan (al-hirabah). 7) Pemberontakan (al-baghy).

8) Minum khamar (shurb al-kham) atau zat berbahaya, dan 9) Perbuatan murtad (ar-riddah).

156

Dengan demikian, hukum pidana dalam fiqih Islam disebut fiqih jinayah atau hukum pidana Islam, sedangkan hukum pidana Islam itu merupakan bagian dari Hukum Islam yang sumber hukumnya berasal dari Al-Qur‟an dalam menegakkan keadilan,292 yaitu hukum tentang perbuatan pidana yang berhubungan dengan kejahatan manusia kepada manusia lainnya, dan juga terhadap harta/benda yang menjadi hak milik manusia lain.