• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Memahami Perubahan Sosial: Perspektif Teori Sistem

1. Definisi dan Konsep Dasar Perubahan

42

berlangsung secara terus menerus, baik direncanakan maupun tidak (alamiah), baik cepat maupun lambat, baik keras atau tidak, bergantung pada situasi (fisik, buatan atau sosial) yang mempengaruhinya.6

Untuk memahami lebih dalam mengenai perubahan, maka perlu dibahas beberapa persoalan penting yang menjadi bagian dari perubahan itu sendiri. Diantara perubahan penting tersebut berhubungan dengan konsep dasar, aspek, ruang lingkup, dan dimensi perubahan. Deskripsi teoritis mengenai hal-hal tersebut akan sangat membantu dalam memahami dinamika yang terjadi pada tradisi pesantren sebagaimana yang dituju oleh penelitian ini.

1. Definisi dan Konsep Dasar Perubahan

Berbicara tentang perubahan, ia bisa dibayangkan sebagai sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu; ia berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu. Untuk dapat menyatakan perbedaannya, ciri-ciri awal unit analisis harus diketahui dengan cermat, meski terus berubah. Jadi konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan: (1) perbedaan; (2) pada waktu berbeda; dan (3) diantara keadaan sistem sosial yang sama.7

Kata perubahan (change) secara umum dapat diartikan sebagai peristiwa yang berhubungan dengan perubahan posisi unsur suatu sistem, hingga terjadi perubahan pada struktur sistem tersebut.8 Contoh definisi perubahan sosial yang bagus menurut Sztompka adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem

6 Salim, Perubahan Sosial, 10.

7 Sztompka, Sosiologi Perubahan,

8

43

sosial sebagai satu kesatuan.9 Definisi lain yang dapat diajukan di sini adalah pendapat yang mengatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan masyarakat dalam arti luas, yang berupa perubahan/perkembangan dalam arti positif maupun negatif. Dengan kata lain, perubahan sosial bisa berwujud sebagai kemajuan (progress) dan kemunduran (regress).10 Dengan demikian maka ada dua proses sosial yang dapat dikaitkan dengan proses perubahan sosial, yaitu pertumbuhan atau perkembangan ilmu pengetahuan, dan pertumbuhan dan perkembangan kemampuan manusia untuk mengendalikan lingkungan alam.11

Dengan kata lain, sebenarnya hampir tak ada masyarakat yang statis, karena kehidupan itu sendiri adalah sejumlah proses gerak maju yang diikuti oleh warga masyarakat. Perubahan sosial merupakan proses kehidupan itu sendiri yang dapat dimanifestasikan sebagai kehendak menempuh perjalanan kehidupan. Dua sisi yang terkandung dalam perubahan sosial, yaitu kemunduran dan perkembangan, haruslah dilihat bukan dua sisi yang berlawanan dengan dua sisi kemunduran yang harus dihindarkan. Timbul tenggelamnya sistem sosial budaya suatu masyarakat adalah karena perubahan fungsi berbagai sistem sosial atau unsur budaya untuk memberi peluang kepada sistem atau unsur lain yang dianggap penting dan baru dalam menjawab proses kehidupan. Sedangkan makna „mundur‟ dan „maju‟ itu mengandung makna relatif, paling tidak mengandung peranan dan fungsi tertentu yang timbul tenggelam bagi masyarakat yang

9

Sztompka, Sosiologi Perubahan, 3.

10 Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial (Bandung: Binacipta, 1985), 158.

11 Soerjono Soekamto, Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial (Jakarta: Ghaila Indonesia, 983), 16

44

mengalaminya.12 Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, kosensus atau pertikaian, harmoni atau perselisihan, kerjasama atau konflik, damai atau perang, kemakmuran atau krisis, dan sebagainya, berasal dari sifat saling mempengaruhi dari keseluruhan ciri-ciri sistem sosial yang kompleks itu.13

Keyakinan bahwa masyarakat bersifat dinamis dalam konteks pemikiran Islam seringkali dikait-kaitkan dengan sumber normatif agama Islam itu sendiri. Setidaknya ada beberapa ayat al-Qur‟an yang sering dijadikan dasar bagi pembahasan tentang perubahan masyarakat. Diantara ayat-ayat tersebut adalah firman Allah di dalam Surat Ra‟d ayat 11 dan firman Allah dalam Surat al-Anfal ayat 53 yang berbunyi:

نهسفناب اه اوريغي يتح مىقب اه ريغي لا الله ىا

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S.: 13:11)14

مىق يلع اهوعنا ةوعن اريغه كي نل الله ىاب كلذ

عيوس الله ىاو نهسفناب اه اوريغي يتح

نيلع

Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S.: 8:53)15

12 Judistira K. Garna, Teori-teori Perubahan Sosial (Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjajaran), 7.

13 Sztompka, Sosiologi Perubahan, 4.

14 Kementerian Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya (Madinah: Majma‟ al-Malik Faḥḍ li Taba‟at al-Mushaf al-Syarīf, 1998), 270.

15

45

Ayat di atas menjadi spirit yang mendorong terjadinya perubahan dalam kehidupan sosial kaum muslim. Semangat perubahan yang terinspirasi semangat keagamaan seringkali menampakkan dinamika sosial yang sangat beragam pada komunitas muslim di berbagai belahan dunia. Semua itu kemudian diyakini sebagai sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindarkan sebagai sebuah kodrat yang telah digariskan oleh Tuhan (sunnatullah).

Perubahan masyarakat juga bisa diartikan sebagai fakta, yang dibuktikan oleh adanya gejala-gejala depersonalisasi, frustasi, apatis, konflik, dan kesenjangan antar generasi.16 Namun demikian, apabila suatu fakta ialah kenyataan yang inheren dalam institusi kehidupan manusia, maka sebenarnya pernyataan fakta dalam perubahan harus dilihat oleh adanya hakekat dari kehidupan itu sendiri yang mengandung gerak tertentu. Antara stabilitas dengan gerak atau dinamika sosial dan kondisi sosial itu tercapai titik-titik gerak sosial yang berulang dan tak ada akhirnya. Artinya, stabilitas menyatakan tatanan sosial (social order) mapan yang harus ditegakkan dan terhindar dari perubahan. Gerak sosial mengungkapkan tindakan-tindakan kolektif untuk merubah organisasi sosial atau tatanan yang ada, dan kondisi sosial tak hanya menunjukkan suatu kenyataan sosial yang ada saja tetapi juga keadaan sosial yang dicapai oleh perubahan.17

Dalam perspektif teori sistem, definisi-definisi perubahan sosial memperlihatkan bahwa sebagian pakar meletakkan tekanan pada jenis yang berbeda. Namun sebagian besar memandang penting perubahan struktural dalam

16 Susanto, Pengantar Sosiologi, 157.

17Garna,

46

hubungan, organisasi, dan ikatan antara unsur-unsur masyarakat. Dengan demikian maka dapat dilihat beberapa batasan mengenai perubahan sosial sebagaimana terlihat dibawah ini :

a. Perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu.

b. Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam pengorganisasian masyarakat.

c. Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antara individu, kelompok, organisasi, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu.

d. Perubahan sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga, dan struktur sosial pada waktu tertentu.18

Alasan dibalik lebih seringnya penekanan ditujukan pada perubahan struktural ketimbang tipe lain adalah karena perubahan struktural itu lebih mengarah kepada perubahan sistem sebagai keseluruhan ketimbang perubahan di dalam sistem sosial saja. Struktur sosial merupakan sejenis kerangka pembentukan masyarakat dan operasinya. Jika strukturnya berubah, maka semua unsur lain cenderung berubah pula.19

Ada beberapa prinsip umum yang ada di dalam teori sistem yang berlaku pada ranah sosial budaya. Beberapa prinsip umum sebagaimana dimaksud antara lain:

a. Ketegangan adalah realitas sistem sosial yang normal, selalu ada, dan tak terelakkan.

18 Sztompka, Sosiologi Perubahan, 5.

19

47

b. Terdapat fokus pada sifat dan sumber-sumber keragaman dalam sistem sosial. Penitikberatan pada ketegangan dan keragaman membuat perspektif sistem jadi dinamis.

c. Diperhatikannya proses seleksi pada level individual dan interpersonal ketika berbagai alternatif yang terbuka bagi sistem disortir dan diubah.

d. Level interpersonal dipandang sebagai basis bagi berkembangnya struktur yang lebih besar. Proses transaksional pertukaran, negosiasi, dan tawar menawar adalah proses yang melahirkan struktur sosial yang relatif stabil. Akhirnya, kendati dalam pendekatan sistem tersebut terkandung dinamika, terdapat pengakuan terhadap terjadinya proses pemapanan dan transmisi. Dengan kata lain, dari transaksi yang terus berangsur, lahir akomodasi dan penyesuaian yang relatif stabil.20