• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Pengendalian mutu dan keamanan pangan dengan menerapkan

sistem manajemen mutu yang disepakati secara internasional dan sistem

manajemen keamanan pangan yang diterapkan industri perikanan adalah

ISO 9001:2000 dan program HACCP (Hazard Analysis Critical Control

Point). Program/sistem tersebut telah ditetapkan secara wajib (mandatory)

untuk diterapkan pada industri perikanan di beberapa negara industri maju

seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia dan Kanada. Industri

perikanan di Indonesia program HACCP diatur melalui Surat Keputusan

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.01/MEN/2002 tentang

Sistem Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan.

Penerapan HACCP diawali dengan suatu perencanaan,

pelaksanaan perencanaan dan pengendalian (pengawasan) terhadap

pelaksanaan perencanaan. Program tersebut meliputi: (1) Food Safety

(keamanan pangan), (2) penentuan Critical Control Point (CCP), (3)

Standart Operating Procedures (SSOP) (4) Good Manufacturing Practice

penerapan program MMT/ HACCP di suatu unit produksi komoditi

perikanan dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4. Alur operasional penerapan MMT/ HACCP

3.5.2. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel pada penelitian ini terkait dengan penerapan

HACCP pada industri pengolahan hasil perikanan meliputi:

1). Analisis Bahaya serta Penentuan Tindakan Pencegahannya Analisis bahaya (hazard) adalah salah satu hal yang sangat

penting dalam penyusunan suatu rencana HACCP. Untuk menetapkan

rencana dalam rangka mencegah bahaya keamanan pangan, maka

bahaya yang signifikan atau beresiko tinggi dan tindakan pencegahan

harus diidentifikasi. Hanya bahaya yang signifikan atau yang memiliki

resiko tinggi yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan Critical Control

Point (CCP). Analisis bahaya amat penting untuk dilakukan terhadap

bahan baku, komposisi (ingredients), setiap tahapan proses produksi,

penyimpanan produk, dan distribusi hingga tahap penggunaan oleh

konsumen. KASUS MUTU HASIL INDUSTRI PERIKANAN PROGRAM MMT/ HACCP PENERAPAN MMT/ HACCP PENGAWASAN PENERAPAN MMT / HACCP

2). Penentuan/Identifikasi Titik Kendali Kritis (Critical Control Point)

Masing–masing titik penerapan tindakan pencegahan yang

telah ditetapkan diuji / diidentifikasi dengan menggunakan CCP decision

tree atau diagram pohon penentuan CCP yang direkomendasikan oleh

Codex Alimentarius Commission dan telah diadopsi oleh Badan

Standarisasi Nasional (BSN) dalam SNI 01-4852-1998. Untuk

menentukan CCP. Decesion tree ini berisi urutan pertanyaan sebagai

berikut :

P1 : apakah ada tindakan pencegahan pada tahap ini atau berikutnya

terhadap hazard yang telah diidentifikasi ?

Ya : ke P2

Tidak : apakah pengendalian pada tahap ini sangat penting

untuk keamanan. Tidak: Stop bukan CCP.

P2 : apakah tahap ini dapat menghilangkan atau mengurangi

kemungkinan terjadinya hazard sampai tingkat yang diterima?

Ya : CCP

Tidak : P3

P3 : apakah kontaminasi dari hazard yang telah diidentifikasi melewati

tingkat yang diperkenankan atau dapat meningkat sehingga

Ya : Stop bukan CCP

Tidak : CCP

P4 : apakah proses selanjutnya akan dapat menghilangkan bahaya

atau mampu mengurangi bahaya sampai batas yang

diperbolehkan?

Ya : Stop bukan CCP

Tidak : CCP

3). Menetapkan Batas kritis (CCP) pada Titik Kendali Kritis

Batas-batas kritis adalah batas-batas toleransi yang ditetapkan

yang tidak boleh dilampaui (untuk menjamin CCP berada dalam

kendali). Batas-batas tersebut dapat bersifat kuantitatif maupun

kualitatif. Pada tahapan ini, tim HACCP menetapkan batas kritis pada

titik kendali kritisnya. Setiap tahap yang menjadi titik kendali kritis

(CCP) harus ditentukan batas kritisnya. Batas kritis atau Critical Limit

ini akan memisahkan antara produk “yang diterima” dan “yang ditolak”,

berupa kisaran toleransi pada setiap CCP. Batas kritis ini ditetapkan

untuk menjamin bahwa CCP dapat dikendalikan dengan baik.

4). Menetapkan Prosedur Pemantauan (monitoring) Setiap CCP Tindakan terencana untuk mengamati dan menguji efektifitas

pengendalian suatu CCP. Pemantauan dapat memberikan peringatan

dini jika terjadi penyimpangan, mencegah/mengurangi kerugian, serta

Prosedur pemantauan ini dapat dilakukan oleh personil yang terampil

dengan cara pengamatan (observasi) secara visual yang direkam

dalam suatu daftar periksa (checklist) atau pun dengan cara pengujian

yang merupakan pengukuran (kimia, fisik) yang direkam ke dalam

suatu data sheet. Dalam prosedur pemantauan ini harus mencakup :

apa yang akan dipantau (what), dimana akan dilakukan pemantauan

(where), siapa yang bertanggung jawab akan melakukan monitoring

(who), bagaimana cara memantaunya (how) dan kapan akan dilakukan

pemantauan/monitoringnya (when).

5). Menetapan Prosedur Tindakan Koreksi (Corective Action)

Pada tahapan ini, tim HACCP di Perusahaan selanjutnya

menetapkan prosedur tindakan koreksi.Tindakan koreksi adalah setiap

tindakan yang harus dilakukan jika hasil pemantauan dilakukan jika

hasil pemantauan atau monitoring pada suatu titik kendali kritis (CCP)

menunjukkan proses tidak terkendali (loss of control) atau terjadi

penyimpangan. Tujuan untuk menetapkan tindakan koreksi adalah

untuk menjamin eliminasi potensi bahaya, memiliki rencana yang pasti

untuk mencegah penyimpangan yang terjadi pada setiap CCP, dan

tindakan koreksi diperlukan untuk mengendalikan proses produksi.

Tahap identifikasi produk dan disposisinya adalah :

Tahap I : Tentukan apakah produk mengandung hazard keamanan

- Berdasarkan pengujian secara fisik, kimia dan mikrobiologi

Tahap II : Jika berdasarkan evaluasi pada tahap I tidak ditemukan

hazard, maka produk boleh dikeluarkan (release)

Tahap III : Jika hazard ditemukan berdasarkan evaluasi pada tahap I,

tentukan apakah produk dapat :

- Diproses kembali

- Dialihkan untuk penggunaan yang aman

Tahap IV : Jika produk mengandung hazard tidak dapat ditangani

sebagaimana tahap III, maka produk harus dihanguskan.

6). Menetapan Prosedur Verifikasi

Verifikasi adalah metode, prosedur dan pengujian yang digunakan

untuk menentukan bahwa pelaksanaan sistem HACCP telah sesuai

dengan rencana HACCP yang ditetapkan. Dengan verfikasi maka

diharapkan bahwa kesesuaian program HACCP dapat diperiksa dan

efektivitas pelaksanaan HACCP dapat dijamin. Verifikasi bermanfaat

untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tiap karyawan

perusahaan akan sistem HACCP, menyediakan dokumentasi

pelaksanaan HACCP, menyisihkan dokumen yang sudah tidak relevan

dan menetapkan langkah pengembangan sistem HACCP.

Penetapan prosedur verifikasi, meliputi :

c. Pemeriksaan catatan HACCP

d. Pemeriksaan penyimpangan CCP dan prosedur perbaikannya.

e. Pengamatan secara visual selama produksi pengendali CCP f. Pengambilan contoh/sampel dan analisa secara acak

g. Membuat kesesuaian rencana HACCP

7). Menetapan Prosedur Dokumentasi dan Pencatatan

Pada tahap ini, tim HACCP selanjutnya menetapkan prosedur

dokumentasi dan pencatatan (rekaman) dalam sistem HACCP yang

dirancang. Dokumentasi mencakup semua catatan mengenai CCP, batas

kritis, rekaman hasil pemantauan batas kritis, tindakan koreksi yang

dilakukan terhadap penyimpangan, catatan tentang verifikasi dan

sebagainya. Contoh pencatatan dan rekaman : kegiatan pemantauan titik

kendali kritis, penyimpangan dan tindakan perbaikan yang terkait, dan

perubahan pada sistem HACCP. Oleh karena itu, dokumen ini dapat

ditunjukkan kepada inspektur pengawas makanan jika dilakukan audit

eksternal dan dapat juga digunakan oleh operator.

Penetapan Prosedur Dokumentasi dan Pencatatan, meliputi :

a. Judul dan tanggal pencatatan

b. Keterangan makanan

c. Bahan dan peralatan yang digunakan

d. Proses pengolahan yang dilakukan

e. CCP yang ditemukan

g. Penyimpangan dari batas kritis yang terjadi

h. Tindakan koreksi/perbaikan

i. Identitas tenaga operator peralatan khusus

8). Pergudangan /penyimpanan (warehouse), meliputi kegiatan: a. Penyimpanan sementara bahan baku (rawmaterial)

b. Penyimpanan sementara bahan pembantu/tambahan (WIP)

c.Penyimpanan hasil olahan (produk akhir) sebelum didistribusi/

Dokumen terkait