• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KEADAAN UMUM

4.2. Keadaan Umum Perusahaan PT BFPI

4.2.3. Produk yang Dihasilkan

Secara umum produk (produk akhir) yang dihasilkan oleh PT.

BFPI dapat digolongkan beberapa katagori, yaitu produk ikan kaleng, dan

produk olahan pangan/ perikanan lainnya; yang tujuannya untuk

memberikan kepuasan pada konsumen/pelanggan disamping untuk

memperluas pemasaran produk yang telah dihasilkan oleh perusahaan.

Sampai saat ini PT. BFPI terus melakukan diversifikasi produknya,

disamping yang utama dari produk ikan kaleng (tuna, sardines). Produk-

produk yang dihasilkan ini dijual untuk pasar lokal, yang dikemas dalam

kemasan kaleng, plastik (kemasan primer) serta dalam bentuk fresh dan

frozen. Produk olahan tersebut meliputi :

a. Produk kaleng, berupa: Tuna (tuna in brine, tuna in oil, tuna in dressing

sauce/tuna sambal goreng.), Sardines (sardines in tomato sauce,

sardines in chilli sauce), Jagung (baby corn in brine atau baby corn

dalam larutan garam), Escargot (escargot in brine)

b. Produk beku, berupa : Bakso ikan (fish ball), Nugget ikan, Sosis ikan

dan Sosis sapi

c. Diversifikasi produk, berupa : Abon ikan tuna, Kerupuk ikan, Kecap,

Saus tomat/sambal, Terasi udang dan lain-lain.

d. Minyak ikan (fish oil) danTepungikan (fish meal)

4.3. Proses Produksi 4.3.1. Pra Produksi

a. Pengadaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam produksi ikan tuna kaleng PT.

Blambangan Foodpackers Indonesia adalah tuna segar dan tuna bentuk

beku (frozen) yaitu jenis Skipjack dan Yellowfin yang

diperoleh/didatangkan dari Lombok, Malang, Grajagan dan Bali. Ukuran

dan jenis ikan tuna yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Standar bahan baku pada PT. Blambangan Foodpackers

Indonesia

Jenis Ikan Tuna Ukuran Berat

Skipjack (pound) Yellowfin (pound)

S 3,0 4,0-7,5

M 3,0-4,0 7,5-20

L 4,0-7,5 >20

XL >7,5 -

Sumber: PT. Blambangan Foodpackers Indonesia (2009)

Sebelum bahan baku digunakan dilakukan pengecekan/pengujian

mutu terlebih dahulu yang tujuannya untuk mendapatkan bahan baku

(raw material) yang berkualitas untuk kegiatan produksi. Pengecekan

mutu secara organoleptik dilakukan dengan uji kukus. Kemudian juga

lakukan pengujian kimia yang terdiri dari uji kadar histamin, kadar garam

dan suhu pusat ikan ( freshfish 4 – 7 oC ; frozenfish -18 oC).

b. Penyimpanan Beku

Penyimpanan beku bahan baku dilakukan dengan cara

baja dengan kapasitas 500 kg kemudian ditempatkan di dalam cold

storage. Penyusunan dalam box tersebut dilakukan secara acak.

c. Pencairan (Thawing)

Kegiatan pencairan (Thawing) adalah proses pencairan kembali

ikan beku yang berasal dari cold storage, tahapan ini dilakukan dengan

cara merendam ikan dalam box thawing yang telah diberikan air dan

diberikan kucuran air secara terus menerus selama 2 jam. Tujuan

kegiatan ini adalah untuk mempermudah dalam proses precooking.

d. Penyiangan (Butchering)

Butchering adalah proses pembuangan isi perut ikan yang

merupakan sumber kontaminasi terbesar dari ikan. Pembuangan isi perut

ini bertujuan untuk mengurangi jumlah mikroba awal dari ikan.

4.3.2. Pelaksanaan Produksi (Manajemen Operasi dan Produksi) a. Pemasakan Pendahuluan (Precooking)

Precooking dilakukan selama kurang lebih 1,5 jam yang

disesuaikan dengan ukuran dan size ikan. Ikan tuna dibongkar dari

galvanes box, kemudian ditata pada rak-rak stainless stell. Apabila ikan

yang dimasak berukuran kecil (3 kg) maka waktu yang dibutuhkan kurang

lebih 1 jam, tetapi apabila berat ikan lebih besar maka waktu yang

dibutuhkan dalam pemasakan lebih lama. Setelah pemasakan, rak-rak

Pemasakan pendahuluan ini menggunakan alat kukus (precooker)

yang berbentuk persegi panjang yang dilengkapi dengan uap panas

(steam), dan suhu yang digunakan adalah 100 oC selama 90 menit.

b. Pendinginan (Cooling)

Pendinginan dilakukan dengan menggunakan spray (proses

spraying) atau penyemprotan dengan air pada suhu 23-250 C.

Pendinginan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya over cooking

(kegosongan) pada daging ikan. kegiatan cooling dilakukan selama

kurang lebih setengah jam sampai suhu dingin mencapai 400C atau

dibawahnya.

c. Head Off dan Skin Off (Deheading)

Head Off dan Skin Off merupakan proses penghilangan atau

pembuangan kepala dan kulit ikan tuna dengan cara menarik kepala

dengan tangan dan pengulitan ikan dengan menggunakan pisau. Kepala

ikan tersebut dimanfaatkan sebagai bahan baku penepungan ikan.

d. Pembersihan (Cleaning)

Pembersihan dilakukan dengan menggunakan pisau kecil yang

terbuat dari bahan stainless stell. Proses ini pada prinsipnya adalah

memisahkan daging ikan tuna ( daging putih dan merah), dimana daging

putih merupakan bahan baku utama dalam pembuatan tuna in oil, tuna in

brine, sedangkan daging merah (red meat) digunakan sebagai bahan

e. Pengisian Ikan dalam Kaleng (Filling in Can)

Pengisian ikan dalam kaleng dibedakan menjadi dua macam

tergantung pada ukuran berat isinya. Kaleng pertama berukuran 4 pound

atau berat bersih 2.000 gram, dan kaleng kedua dengan ukuran 0,5 pound

dengan berat bersih 185 gram. Untuk pengisian daging ikan (loin) ke

dalam kaleng 4 pound dilakukan secara manual, dimana ukuran

potongan loin diperhatikan yaitu susunan daging (serpihan daging putih)

dalam bentuk chunk, flake dan loin yaitu dengan ketentuan berat tuntas

(drained weight) 1385 gram.

Sedangkan untuk pengisian daging ke dalam kaleng, 0,5 pound

(can 185 gr) menggunakan mesin pengisian kaleng, berupa mesin

otomatis yang dilengkapi dengan lempengan baja yang berfungsi sebagai

pisau. Cara kerja mesin otomatis tersebut, daging utuh / serpihan daging

masuk dalam mesin dan pisau akan mendorong daging selanjutnya

daging masuk ke dalam kaleng sehingga kaleng menjadi padat.

f. Penambahan Media (Medium Filing)

Kaleng yang telah diisi daging ikan tuna ( dari komposisi loin putih,

flake dan chunk) kemudian ditambahkan media berupa minyak sayur,

yang bertujuan untuk menambah cita rasa dan kenampakan produk. Pada

produk tuna in oil (TIO) media yang ditambahkan/ digunakan berupa

minyak sayur (soya bean oil) yang dilakukan secara manual dan

kemudian dilakukan penambahan brine (larutan garam 2 %), sedangkan

ditambahkan berupa saus sambal /bumbu. Untuk media saus sambal

dipanaskan terlebih dahulu sampai suhu mencapai 80 oC untuk

mempercepat penyerapan oleh daging dan membentuk terbentuknya

kondisi vakum dalam kaleng.

g. Penutupan Kaleng (Seaming)

Kaleng yang telah berisi daging ikan tuna (loin putih, flake dan

chunk) dan ditambah minyak sayur dan garam (brine) yang kemudian

langsung dilakukan penutupan kaleng. Penutupan kaleng dilakukan

dengan menggunakan alat penutup yang disebut seamer yang dilengkapi

dengan penghampaan udara dan berfungsi untuk menghisap udara yang

berada didalam kaleng sehingga ketika kaleng ditutup diperoleh keadaan

vakum dan steril.

Proses selanjutnya dilakukan pembersihan kaleng, dengan

menggunakan alat mesin pencuci kaleng. Mesin pencuci kaleng yang ada

di PT. Blambangan Foodpackers Indonesia hanya diperuntukkan untuk

kaleng ukuran 0,5 pound, sedangkan kaleng ukuran 4 pound (2.000 gr)

dilakukan secara manual. Setelah penutupan kaleng selesai, maka kaleng

banyak dijumpai sisa-sisa ikan dan sisa minyak diseluruh permukaan

kaleng. Kotoran ini dihilangkan terlebih dahulu sebelum disterilisasi.

Setelah pembersihan kaleng selesai, kaleng tersebut disimpan pada

h. Sterilisasi (Retorting)

Proses strerilisasi dilakukan dengan menggunakan retort. Kaleng-

kaleng dari proses seaming dicuci terlebih dahulu dengan merendam

dalam keranjang besi yang dimasukan ke dalam air/water pit, hal ini

bertujuan untuk menghilangkan minyak yang ada pada kaleng. Setelah

dicuci kaleng-kaleng tersebut diangkut dengan menggunakan kereta

dorong / katrol dinamic (ditarik ke atas) menuju tempat sterilisasi.

Kemudian dimasukan dalam retort. Retort di PT. Blambangan

Foodpackers Indonesia terdapat dua tipe yaitu tipe vertical sebanyak 19

buah dan tipe horizontal sebanyak 6 buah yang dalam

pengoperasionalnya dibedakan atas tipe retort otomatic dan manual.

i. Post Retort (Wiping)

Setelah kegiatan retorting selesai, dilanjutkan dengan kegiatan post

retort. Kegiatan ini berupa pendinginan ikan tuna dalam kaleng dan

pembersihan kaleng-kaleng dari minyak maupun kotoran yang melekat

pada kaleng dengan menggunakan tepung tapioka / kanji.

j. Inkubasi (Incubating)

Setelah produk didinginkan di post area, kemudian dilakukan

proses inkubasi (dalam ruang inkubasi) selama 5-7 hari. Tujuan dari

kegiatan ini adalah untuk melihat baik dan tidaknya produk yang

dihasilkan. Setelah masa inkubasi maka dilakukan sampling produk

selama 8 kardus, apabila terdapat kerusakan kaleng berupa kaleng

produk tersebut terkontaminasi dengan bakteri yang dikarenakan dalam

penutupan kaleng (seaming) yang tidak sempurna.

k. Labeling

Proses ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada

konsumen mengenai komposisi bahan yang terdapat pada bahan yang

dikalengkan dan memberikan informasi mengenai spesifikasi suatu

produk yang meliputi ; jenis produk, merk dagang, berat bersih, komposisi

bahan yang dipakai, dan tentang tanggal kadaluarsanya.

4.3.3. Pasca Produksi

Pasca produksi merupakan kegiatan setelah pelabelan (labelling),

yang meliputi:

a. Bahan pengemas

i. Kaleng; sebagai bahan pengemas primer; yang digunakan ada dua

macam yaitu two piece cans dan tree piece cans.

ii. Karton (mastercarton) ; merupakan bahan pengemas sekunder yang

bertujuan untuk mempermudah pengangkutan dan distribusi

sehinggga produk tidak cepat rusak.

b. Pengemasan (Packing)

Pengemasan dilakukan secara manual, yaitu kaleng yang

berukuran 4 pound (2.000 gr) dalam satu karton/box terdiri dari 6 kaleng

dan kaleng yang berukuran 0,5 pound (185 gr) dalam karton terdiri /diisi

c. Penyimpanan (Stuffing)

Penyimpanan diatur menurut produk dan status periodik yang

diberikan oleh pihak laboratorium. Apabila produk memenuhi syarat yang

telah ditentukan (siap dikirim), maka diberikan status relese, dan dalam

status pengujian diberikan status hold (dimusnahkan), dan produk yang

tidak boleh dikirim diberi status reject (tidak diterima/ditolak).

4.4. Pengawasan/Pengendalian Mutu dan Pemasaran a. Pengawasan dan Pengendalian Mutu

Pengawasan / pengendalian mutu yang dilaksanakan di PT.

Blambangan Foodpackers Indonesia dilakukan terhadap bahan baku dan

produk akhir, serta pengendalian mutu selama proses produksi tuna

kaleng berlangsung. Kriteria mutu meliputi 3 hal yaitu:

- Safety; yaitu produk harus aman untuk dikonsumsi oleh konsumen,

produk tidak boleh bersifat racun.

- Produk harus higienis dapat diartikan produk harus bergizi, sehat

dan berpenampilan baik

- Produk harus bernilai ekonomis, konsumen tidak boleh dirugikan

secara ekonomis.

Syarat mutu organoleptik, mikrobiologi, kimia dan fisik ikan tuna

dalam kaleng menurut Dewan Standarisasi Nasional (1992) dapat dilihat

Tabel 5. Syarat mutu ikan tuna dalam kaleng

Jenis Uji Satuan Persyaratan Mutu

a) Organoleptik 7 b) Mikrobiologi 1) TPC anaerob 2) TPC aerob per gram per gram 0 0 c) Kimia 1) Stanium (Sn)*) 2) Plumbum (Pb) *) 3) Arsen (As) *) 4) Mercury (Hg) *) 5) Histamin ppm ppm ppm ppm mg/100g 250 5 1 0,5 20 d) Fisika 1) Fisik kaleng 2) Bobot tuntas - % Baik 70 Sumber : Dewan Standarisasi Nasional (1992)

*) Bila direkomendasikan

b. Pemasaran (Distribusi)

PT. Blambangan Foodpackers Indonesia melakukan kegiatan

pemasaran atau distribusi hasil produksinya buat pelanggan/konsumen.

Untuk produk tuna dalam kaleng meliputi : tuna in oil, tuna in brine dan

tuna sambal goreng (SGIT). Untuk produk tuna in brine dan tuna in oil

berukuran 4 pound (ukuran 603 x 408), yang telah diproduksi oleh

pabrik selanjutnya penjualan produk ini dilakukan melalui pihak

distributor. Pemasaran dilakukan di dalam negeri pada beberapa kota

besar di Indonesia. Pemasaran produk tuna kaleng yang beratnya 0,5

pound (ukuran 307 x 111), saat ini dipasarkan di dalam negeri yaitu

kota-kota yang berada di Pulau Jawa diantaranya Jakarta, Surabaya dan

lain-lain, kemudian di kota-kota pulau Kalimantan, Sumatera, Sulawesi

Dokumen terkait