• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

2.4. Definisi Operasional

1. Kemiskinan rumah tangga miskin menurut BPS (2005) adalah rumah tangga yang tergolong didalam 14 variabel kemiskinan, minimal 9 dari 14 variabel terpenuhi maka dikatakan sebagai rumah tangga miskin.

2. Luas lantai adalah besaran lantai pada rumah masyarakat, diukur dengan meter per segi (m²).

a. Kecil (≤ 8m² per orang) = skor 0 b. Besar (> 8m² per orang) = skor 1

3. Jenis lantai adalah tipe lantai yang digunakan untuk rumah, diukur dari yang berbahan keramik, bambu, kayu murahan, dan tanah.

a. Rendah (semen/ubin) = skor 0 b. Tinggi (keramik) = skor 1

4. Jenis dinding adalah tipe dinding yang digunakan untuk rumah, diukur dari yang berbahan tembok, bambu, kayu, dan rumbia.

a. Rendah (bahan kayu) = skor 0 b. Tinggi (bahan tembok) = skor 1

5. Fasilitas MCK adalah ketersediaan MCK di rumah/lingkungan sekitar, diukur dari yang memakai secara sendiri, bersama, umum, dan tidak ada MCK.

a. Rendah (tidak ada MCK, MCK bersama) = skor 0 b. Tinggi (memakai MCK sendiri) = skor 1

6. Sumber penerangan adalah cara/alat yang dipakai untuk menerangi rumah, diukur dari yang memakai listrik PLN, listrik non-PLN, petromak, dan obor/senter.

a. Rendah (obor/senter) = skor 0 b. Tinggi (listrik PLN) = skor 1

7. Sumber air minum adalah cara/alat yang dipakai untuk mendapatkan air minum, diukur dari yang menggunakan air dalam kemasan, ledeng, pompa/sumur, mata air/air hujan/air sungai, dan sungai.

a. Rendah (air sumur) = skor 0 b. Tinggi (air dalam kemasan) = skor 1

8. Bahan bakar untuk memasak adalah alat/cara yang digunakan dalam memasak, diukur dari yang memakai listrik, gas, minyak tanah, dan kayu bakar.

a. Rendah (kayu bakar) = skor 0 b. Tinggi (gas) = skor 1

9. Barang yang dimiliki adalah barang yang dapat dijadikan modal usaha atau dijadikan tabungan, yang diukur dari kepemilikan mobil, sepeda motor, komputer, emas, lemari es, televisi, HP, dan tape radio.

a. Tidak ada (≤ Rp500.000,-) = skor 0 b. Ada (> Rp500.000,-) = skor 1

10. Frekuensi konsumsi makanan yang bergizi ialah intesitas atau seberapa banyak seseorang mengkonsumsi makanan bergizi, yang diukur dari frekuensi mengkonsumsi daging, telur dan susu, ayam, ikan, sayur-sayuran, dan buah- buahan dalam satu minggu.

a. Rendah (satu kali makan dalam seminggu) = skor 0 b. Tinggi (lebih dari satu kali makan dalam seminggu) = skor 1

11. Frekuensi makan dalam satu hari yaitu tingkat dalam mengkonsumsi makanan pokok dalam satu hari, yang diukur dari 1 kali makan dalam satu hari, 2 kali makan dalam satu hari, 3 kali makan dalam 1 hari, dan 4 kali makan satu hari. a. Rendah (satu/dua kali makan dalam sehari) = skor 0

b. Tinggi (lebih dari dua kali makan dalam sehari) = skor 1

12. Frekuensi membeli pakaian adalah intensitas seseorang dalam membeli pakaian, yang diukur berapa kali dapat membeli satu stel pakaian dalam satu tahun.

a. Rendah (membeli satu stel dalam setahun) = skor 0 b. Tinggi (membeli lebih dari satu stel dalam setahun) = skor 1

13. Sumber mata pencaharian adalah pekerjaan yang dilakukan oleh kepala keluarga, yang diukur dari pengeluaran satu bulan.

a. Rendah (kurang dari Rp600.000,- per bulan) = skor 0 b. Tinggi (lebih dari Rp600.000,- per bulan) = skor 1

14. Pendidikan adalan jenjang pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh kepala keluarga, yang diukur dengan tingkat tidak bersekolah, Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah, SMP Umum/Kejuruan, Madrasah Tsanawiyah, SMA, Madrasah Aliyah, SMK, Program D.I/D.II, Program D.III, dan Program D.IV/S1.

a. Rendah (tidak bersekolah) = skor 0

b. Tinggi (S1) = skor 1

15. Biaya pengobatan adalah uang yang dikeluarkan untuk membayar pengobatannya, diukur dari tingkat kesulitan dalam membayar pengobatan dalam 6 bulan terakhir.

a. Tidak mampu = skor 0 b. Mampu = skor 1

16. Kemiskinan menurut BPS adalah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non-makanan, diukur dari pengeluaran rumah tangga satu bulan terakhir (konsumsi) dan 1 tahun terakhir (non-konsumsi).

Garis kemiskinan Tahun 2010 di Provinsi Jawa Barat adalah sebesar Rp.201.138,- per kapita per bulan. Besarnya nilai Garis Kemiskinan Makanan (GKM) pada Maret 2010 adalah sebesar Rp144.942,- dan untuk Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) sebesar Rp56.196,-.

Orang miskin: ≤ Rp201.138,- per kapita per bulan. Orang tidak miskin: >Rp201.138,- per kapita per bulan.

Penilaian tingkat kemiskinan adalah akumulasi skor pada pertanyaan kemiskinan yang ditentukan sebagai berikut.

1. Non miskin skor 1<X≤8 2. Miskin skor 8<X≤14

17. Kemiskinan absolut adalah garis kemiskinan yang ditetapkan berdasarkan standar nasinonal yakni berdasarkan 14 kiteria rumah tangga miskin, dan standar lokal yakni berdasarkan 8 kriteria rumah tangga miskin menurut masyarakat Desa Cadasngampar.

18. Kemiskinan relatif adalah perubahan posisi sosial yang tetap berada dibawah garis kemiskinan nasional, diukur dari tangga kemiskinan dari 1-10.

Rumah tangga miskin: di bawah persepsi garis kemiskinan responden. Rumah tangga tidak miskin: di atas persepsi garis kemiskinan responden.

19. Partisipasi masyarakat adalah bentuk keberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam keterlibatan mental dan emosional, dalam situasi kelompok yang mendorong mereka memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan kelompok, dilihat dari 8 tingkat partisipasi yang diukur dari skor penilaian berdasar tanggapan responden terhadap kontribusinya dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) Perkotaan.

20. Manipulasi merupakan partisipasi yang tidak perlu menuntut respon partisipan untuk terlibat banyak (pasif).

21. Terapi ialah dengar pendapat, tetapi pendapat dari partisipan sama sekali tidak dapat mempengaruhi kedudukan program yang sedang dilaksanakan.

22. Pemberitahuan sekedar pemberitahuan searah atau sosialisasi dari fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Mayarakat Mandiri (PNPM-M) Perkotaan kepada masyarakat miskin desa Cadasngampar.

23. Kosultatif ialah dimana kelompok masyarakat miskin diberikan pendampingan dan konsultasi oleh pihak-pihak terkait (pemerintah dan PNPM-M Perkotaan), sehingga pandangan-pandangan diberitahukan dan tetap dilibatkan dalam penentuan keputusan (dialog dua arah).

24. Penenangan dicirikan komunikasi sudah berjalan baik dan sudah ada negosiasi antara kedua belah pihak. Partisipan dapat memberi saran tetapi tidak memiliki kewenangan menentukan kewenangan (partisipasi semu).

25. Kemitraan ialah dimana kondisi partisipan dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) Perkotaan sebagai mitra sejajar sehingga dapat mewujudkan keputusan bersama melalui negosiasi (partisipasi fungsional).

26. Pendelegasian kekuasaan merupakan bentuk partisipasi masyarakat. Pihak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) Perkotaan sudah memberikan kewenangan kepada masyarakat miskin untuk mengurus sendiri keperluannya terkait dengan program dan masyarakat miskin telah melakukan perencanaan, implementasi dan monitoring terhadap program. 27. Kontrol masyarakat sudah terbentuk independensi dari monitoring dari

masyarakat terhadap pemerintah dan pihak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) Perkotaan.

Penilaian tingkat partisipasi adalah akumulasi skor pada pertanyaan partisipasi yang ditentukan sebagai berikut.

1. Manipulasi (manipulative) skor 1 < X ≤ 8 2. Terapi (therapy) skor 8 < X ≤ 16

3. Pemberitahuan (informing) skor 16 < X ≤ 24 4. Konsultasi (consultation) skor 24 < X ≤ 32 5. Penenangan (placation) skor 32 < X ≤ 40 6. Kerjasama (partnership) skor 40 < X ≤ 48 7. Pendelegasian wewenang (delegated power) skor 48 < X ≤ 56 8. Pengawasan oleh komunitas (citizen power) skor 56 < X ≤ 64

28. Pemberdayaan merupakan sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi kehidupannya.

29. Perbedaan pada tingkat pendapatan merupakan perubahan pendapatan sebelum dan sesudah berpartisipasi dalam PNPM-M Perkotaan, dilihat dari pengeluaran konsumsi/bulan, dan pengeluaran konsumsi/tahun.

1. Lebih rendah = skor 1 2. Tetap = skor 2

3. Lebih tinggi = skor 3

30. Perubahan pada tingkat kepemilikan aset adalah perubahan barang yang dapat dijadikan modal atau tabungan, yang diukur dari kepemilikan mobil, sepeda motor, komputer, emas, lemari es, televisi, HP, dan tape radio.

1. Lebih rendah = skor 1 2. Tetap = skor 2 3. Lebih tinggi = skor 3

31. Perubahan pada pola konsumsi merupakan perubahan mengkonsumsi barang/makanan ke arah yang lebih baik, diukur dari tingkat pengeluaran yang lebih tinggi terhadap konsumsi makanan dan non-makanan.

1. Lebih rendah = skor 1 2. Tetap = skor 2 3. Lebih tinggi = skor 3

32. Perubahan mata pencaharian dan modal usaha merupakan perubahan pekerjaan dan modal usaha ke arah yang lebih baik, diukur dari pekerjaan sebelum dan setelah adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM- M) Perkotaan.

1. Lebih rendah = skor 1 2. Tetap = skor 2 3. Lebih tinggi = skor 3

Penilaian tingkat keberdayaan adalah akumulasi skor pada pertanyaan pemberdayaan yang ditentukan sebagai berikut.

1. Tidak berdaya skor 1 < X ≤ 6 2. Berdaya skor 6 < X ≤ 12

33. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) Perkotaan adalah program pemberdayaan bagi masyarakat perkotaan, untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan.

Dokumen terkait