• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI HUBUNGAN TINGKAT KEMISKINAN TERHADAP TINGKAT

6.4. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dapat ditunjukkan oleh terjadinya pembagian ulang kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan kelompok masyarakat penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat, sesuai dengan gradasi derajat wewenang dan tanggungjawab yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan menurut Arsntein (1969).

Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkatan Partisipasi Arstein

Tingkat Partisipasi Total Persentase (%)

Konsultasi 38 42.2 Penenangan 31 34.4 Pemberitahuan 9 10.0 Kemitraan 7 7.8 Pendelegasian Kekuasaan 3 3.3 Manipulasi 1 1.1 Kontrol Masyarakat 1 1.1 Terapi 0 0.0 Total 90 100.0

a. Manipulasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat sebanyak 1,1 per sen dari keseluruhan responden yang berada pada tingkat manipulasi atau dikatakan tidak ada partisipasi. Hal ini menyatakan bahwa hanya ada 1 responden yang berada pada aspek ekonomi yang mencapai pada tingkat manipulasi, responden tersebut tidak pernah melakukan kegiatan produktif seperti yang harus dilakukannya karena telah mendapatkan dana yang telah dipinjamkan, tetapi namanya hanya ‘dipinjam’ oleh saudaranya yang tidak mempunyai KTP untuk bisa melakukan pinjaman. Berikut pernyataan responden yang partisipasinya hanya pada tingkat manipulasi:

“ Saya sih sebenarnya gak pernah minjem neng, itu sodara saya yang minjem pake KTP saya, karena dia ga punya KTP. Jadi, saya gak tau menau tentang bagaimana prosesnya” (AAG,47 thn)

Kenyataan ini memperlihatkan bahwa terdapat kecurangan dari ‘bawah’ tentang penyalahgunaan sistem simpan pinjam oleh PNPM-M Perkotaan, dimana seharusnya anggota KSM yang telah melakukan pinjaman harus membuat usaha kegiatan produktif agar dapat membantu perekonomian keluarga mereka.

b. Terapi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat responden yang berada pada taingkat partisipasi ini. Tingkat ini dikatakan sebagai tingkatan tidak adanya partisipasi, dimana pada level ini telah ada komunikasi namun masih bersifat terbatas. Insiatif datang dari penyelenggara program.

c. Pemberitahuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat sebanyak 10,0 per sen dari keseluruhan responden yang berada pada tingkat pemberitahuan atau dikatakan tokenisme/sekedar justifikasi agar mengiyakan. Hal ini menyatakan bahwa ada 9 responden yang berada pada tingkat pemberitahuan, dimana fasilitator PNPM-M Perkotaan tingkat desa arau bagian dari BKM hanya

memberikan sosialisasi terhadap kegiatan betonisasi jalan, usaha simpan pinjam, dan kegiatan menjahit, yang sebelumnya telah disampaikan oleh Faskel kepada BKM kepada masyarakat.

d. Konsultasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 42,2 per sen dari keseluruhan responden yang berada pada tingkat konsultasi atau dikatakan

tokenisme/sekedar justifikasi agar mengiyakan. Hal ini menyatakan bahwa ada 38 responden yang berada pada tingkat konsultasi, dimana responden diberikan pendampingan oleh pihak fasilitator terkait ketiga kegiatan yang dilakukan. Pada saat warga bermusyawarah terkait perumusan masalah yang dilaksanakan di Desa Cadasngampar, warga menyampaikan pandangannya terhadap wilayahnya. Disini warga sudah menyuarakan masalah-masalah apa saja yang ingin ditangani, tetapi masih bersifat partisipasi yang ritual. Karena belum tentu semua masalah yang mereka suarakan dapat terlaksana, harus ada peyaringan masalah yang menjadi prioritas bagi mereka yang dipimpin oleh Faskel PNPM-M Perkotaan. Seperti yang diungkapkan salah seorang anggota BKM.

“ Kita disini bersama-sama, baik masyarakat, anggota BKM dan Faskel untuk mencari permasalahan apa yang terjadi di Desa ini, kemudian kami catat satu per satu,lalu kami pilih lagi permasalahan apa yang menjadi prioritas untuk segera dilaksanakan” (RBS, 35 thn)

e. Penenangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 34,4 per sen dari keseluruhan responden yang berada pada tingkat penenangan atau dikatakan

tokenisme/sekedar justifikasi agar mengiyakan. Hal ini menyatakan bahwa ada 31 responden yang berada pada tingkat penenangan, dimana reponden dari ketiga aspek telah melakukan komunikasi yang baik dengan fasilitator PNPM-M Perkotaan. Masyarakat memberikan usulan kegiatan, tetapi tim Faskel yang menentukan kelayakan dari usulan kegiatan yang diajukan oleh warga. Disini Faskel menyuarakan bahwa akan ada kucuran dana dari APBN untuk membantu masyarakat miskin di Desa Cadasngampar, jadi masyarakat sudah pasti akan

melaksanakan kegiatan yang telah disuarakan oleh tim fasilitator PNPM-M Perkotaan.

f. Kemitraan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat sebanyak 7,8 per sen dari keseluruhan responden yang berada pada tingkat kemitraan atau dikatakan tingkat kekuasaan ada di masyarakat. Hal ini menyatakan bahwa hanya 7 responden yang berada pada tingkat kemitraan. Disini responden mewujudkan keputusan bersama. Sebelumnya, seluruh kegiatan yang telah disusun, disepakati oleh warga dengan cara bermusyawarah atau ‘duduk berdampingan’ dibantu oleh Faskel dan BKM yang mendampingi warga dalam merumuskan serta menentukan prioritas masalah yang ingin dilakukan di Desa Cadasngampar.

g. Pendelegasian Kekuasaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat sebanyak 3,3 per sen dari keseluruhan responden yang berada pada tingkat pendelegasian kekuasaan atau dikatakan tingkat kekuasaan ada di masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada 3 responden pada kegiatan lingkungan dan sosial yang berada pada tingkat pendelegasian kekuasaan ini. Disini responden melakukan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta menikmati hasil dari kegiatan yang mereka jalani. Serta responden tersebut sangat mengetahui kegiatan PNPM-M Perkotaan juga ada yang menjadi anggota BKM, maka yang dirasakan adalah mereka lah yang harus mewujudkan program yang telah ditetapkan untuk bersama, karena mereka merasa bertanggungjawab terhadap amanah yang diemban.

h. Kontrol Masyarakat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat 1,1 per sen dari keseluruhan responden atau hanya 1 reponden yang berada pada tingkat kontrol masyarakat atau dikatakan tingkat kekuasaan ada di masyarakat. Pada tingkat ini, masyarakat mengelola semua kegiatan tanpa campur tangan dari Faskel

PNPM-M Perkotaan. Tapi, kenyataannya hal ini sulit untuk terwujud tanpa adanya campur tangan tim Faskel PNPM-M Perkotaan. Berikut disajikan Tabel 15 yang memperlihatkan tingkat partisipasi masyarakat Desa Cadasngampar terhadap PNPM-M Perkotaan berdasarkan persentase terbesar.

Penyajian pada Tabel 15 menunjukkan bahwa tingkatan partisipasi tertinggi masyarakat Desa Cadasngampar mencapai 42,2 per sen dari keseluruhan responden, yaitu pada tingkat konsultasi. Sedangkan yang terendah berada pada tingkat manipulasi dan kontrol masyarakat yaitu sebesar 1,1 per sen, dan tidak satu pun responden pada tignkat terapi. Secara keseluruhan tingkat partisipasi penerima kegiatan PNPM-M Perkotaan di Desa Cadasngampar berada pada tahap tokenism dimana fasilitator PNPM-M Perkotaan dan penerima program saling bertukar pendapat, namun pendapat penerima program belum dijamin dapat direalisasikan, karena terdapat beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh fasilitator. Tersaji tangga partisipasi masyarakat yang dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Tangga Partisipasi Masyarakat

1,1% 0% 10% 42,2% 34,4% 7,8% 3,3% 1,1% 1. Manipulatif …………. 2. Terapi ……. 3. Pemberitahuan ……….... 4. Konsultatif ………... 5. Penenangan ... 6. Kemitraan ……….. 7. Pendelegasian ……… 8. Kontrol Masyarakat ... Degree of nonparticipation = 1,1% Degree of tokenism = 86,6% Degree of citizen power = 12,2%

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Desa Cadasngampar terbagi kedalam tiga aspek kegiatan, yaitu aspek lingkungan, sosial dan ekonomi khusus untuk warga miskin. Telah dijelaskan sebelumnya, kemiskinan yang diteliti adalah kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut dibedakan menjadi kemiskinan absolut menurut indikator nasional dan indikator lokal. Kemiskinan absolute menurut indicator nasional memakai 14 kriteria rumah tangga miskin BPS yang dihubungkan dengan partisipasi mereka dalam kegiatan PNPM-M Perkotaan menurut delapan tingkat partisipasi Arstein. Berikut hipotesis dalam kemiskinan absolut menurut indikator nasional terhadap partisipasi masyarakat:

H0= Tidak ada hubungan antara tingkat kemiskinan masyarakat menurut indikator nasional dan tingkat partisipasi dalam PNPM-M Perkotaan.

H1= Terdapatnya hubungan antara tingkat kemiskinan masyarakat menurut indikator nasional dan tingkat partispasi dalam PNPM-M Perkotaan.

Tingkat kemiskinan yang dimaksud adalah jika responden yang semakin miskin akan berusaha untuk berpartisipasi dalam kegiatan program pemberdayaan pemerintah seperti PNPM-M Perkotaan, karena masyarakat miskin yang membutuhkan pertolongan untuk membenahi kehidupan mereka.

Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0.084 > alpha (0.05) sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi, tingkat kemiskinan responden menurut indikator nasional tidak memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi dalam kegiatan PNPM-M Perkotaan. Nilai koefisien korelasi (Correlation Coefficient) hitung bernilai negatif. Artinya, hubungan antara kedua variabel berkebalikan. Tingkat kemiskinan masyarakat tidak ada hubungannya dengan tingkat partisipasi masyarakat. Nilai koefisien korelasi hitung sebesar (-0,183) < (0,5). Hal ini menujukkan lemahnya hubungan antara tingkat kemiskinan dengan tingkat partisipasi.

Kemudian tingkat kemiskinan absolut menurut indikator lokal juga akan dihubungkan dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap PNPM-M Perkotaan. Berikut hipotesis dalam kemiskinan absolut menurut indikator lokal terhadap partisipasi masyarakat:

H0= Tidak ada hubungan antara tingkat kemiskinan masyarakat menurut indikator lokal dan tingkat partisipasi dalam PNPM-M Perkotaan.

H1= Terdapatnya hubungan antara tingkat kemiskinan masyarakat menurut indikator lokal dan tingkat partispasi dalam PNPM-M Perkotaan.

Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0.416 > alpha (0,05) sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi , tingkat kemiskinan responden menurut indikator lokal tidak memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi dalam kegiatan PNPM-M Perkotaan. Nilai koefisien korelasi (Correlation Coefficient) hitung bernilai negatif. Artinya, hubungan antara kedua variabel berkebalikan. Tingkat kemiskinan masyarakat tidak ada hubungannya dengan tingkat partisipasi masyarakat. Nilai koefisien korelasi hitung sebesar (-0,087) < (0,5). Hal ini menujukkan lemahnya hubungan antara tingkat kemiskinan dengan tingkat partisipasi.

Tingkat kemiskinan relatif juga akan dihubungkan dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap PNPM-M Perkotaan. Berikut hipotesis dalam kemiskinan relatif terhadap partisipasi masyarakat:

H0= Tidak ada hubungan antara tingkat kemiskinan masyarakat secara relatif dan tingkat partisipasi dalam PNPM-M Perkotaan.

H1= Terdapatnya hubungan antara tingkat kemiskinan masyarakat secara relatif dan tingkat partispasi dalam PNPM-M Perkotaan.

Hasil uji korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0.07 > alpha (0,05) sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi , tingkat kemiskinan responden secara relatif tidak memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi dalam kegiatan PNPM-M Perkotaan. Nilai koefisien korelasi (Correlation Coefficient) hitung diperoleh sebesar 0.284 < (0,5). Hal ini menunjukkan lemahnya hubungan antara tingkat kemiskinan dengan tingkat partisipasi.

Lamanya keterlibatan dalam program diartikan jangka waktu responden berperan serta dalam PNPM-M Perkotaan. Menurut hasil perhitungan rata-rata pada masing-masing aspek yaitu lingkungan, ekonomi, dan sosial, didapatkan rendah

tingginya keikutsertaan responden dalam kegiatan seperti yang tersaji pada Tabel 16, Tabel 17, dan Tabel 18.

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Lama Keterlibatan Pada Aspek Kegiatan Lingkungan PNPM-M Perkotaan Desa Cadasngampar,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Tahun 2011

Lingkungan Total Persentase (%)

≤ 8 hari 17 56.7

>8 hari 13 43.3

Total 30 100.0

Menurut hasil perhitungan rata-rata, sebanyak 56,7 per sen dari 30 responden aspek lingkungan memiliki keterlibatan yang rendah atau hanya berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi program, maupun pengerjaan kegiatan betonisasi jalan kurang dari 8 hari. Batas pengerjaan betonisasi jalan pada setiap KSM/RT berbeda-beda, namun pengerjaan tertinggi sebanyak 20 hari.

Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Lama Keterlibatan Pada Aspek Kegiatan Ekonomi PNPM-M Perkotaan Desa Cadasngampar,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Tahun 2011

Ekonomi Total Persentase (%)

≤ 211 hari 19 63.3

>211 hari 11 36.7

Total 30 100.0

Menurut hasil perhitungan rata-rata, sebanyak 63,3 per sen dari 30 responden aspek ekonomi memiliki keterlibatan yang rendah atau hanya berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan usaha produktif kurang dari 211 hari. Batas peminjaman bergulir pada setiap KSM berbeda-beda, namun peminjaman dengan kterlibatan yang lama adalah selama 2 tahun. Besarnya pesentase terhadap rendahnya keterlibatan responden terhadap kegiatan simpan pinjam, disebabkan oleh sulitnya responden dalam proses pengembalian uang yang hanya mempunyai waktu dalam 4 sampai 8 bulan. Namun, PUK akan memberlakukan peminjaman dalam kurun waktu 10 bulan, yang dianggap dapat membantu peminjam mengembalikan uang tepat pada waktunya.

Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Lama Keterlibatan Pada Aspek Kegiatan Sosial PNPM-M Perkotaan Desa Cadasngampar, Kabupaten

Bogor, Provinsi Jawa Barat, Tahun 2011

Sosial Total Persentase (%)

> 19 hari 17 56.7

≤ 19 hari 13 43.3

Menurut hasil perhitungan rata-rata, sebanyak 56,7 per sen dari 30 responden aspek sosial memiliki keterlibatan yang tinggi dalam kegiatan menjahit. Kegiatan menjahit dilakukan selama 26 hari, dan hanya berjalan dalam 1 bulan. Karena pelatihan ini membutuhkan peralatan mesin jahit, sehingga hanya dapat disewakan dalam satu bulan dan setelah pelatihan selesai, diharapkan masyarakat dapat belajar mandiri untuk melatih kembali keterampilan dirinya dalam menjahit.

BAB VII

Dokumen terkait