• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA TEORITIS

3.12. Definisi Sample dan Teknik Sampling

Sample ialah sebagian dari populasi yang diambil secara seksama untuk diteliti ciri-cirinya dan hasilnya diharapkan mampu mewakili ciri-ciri populasi. Namun, sebagian dari populasi itu hanya bisa disebut sebagai sample jika memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Harus ada rencana sampling yang efisien (membuahkan hasil seperti yang diharapkan dan dengan ongkos-ongkos semurah-murahnya).

2. Sampling tersebut harus cukup sederhana untuk bisa dilaksanakan. 3. Mampu memberikan gambaran yang teliti mengenai populasi.

17

4. Sampel itu harus mewakili populasi.

Teknik-teknik pengambilan sample dapat dibedakan menjadi dua, yakni: 1. Sample acak(random sampling/ probabilitysampling)

2. Sample tidak acak(non random sampling/non probability sampling)

Teknik-teknik sampling ini harus disesuaikan dengan tujuan penggunaannya, situasi yang berbeda membutuhkan teknik sampling yang berbeda pula.

Random Sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara acak yang hanya dapat dilaksanakan apabila elemen populasi bersifat homogen, maksudnya semua elemen tersebut memiliki kesempatan terpilih yang sama dalam populasi. Terdapat beberapa teknik Random Sampling, antara lain:

1. Simple Random Sampling

Teknik pengambilan sampel dengan Simple Random Sampling sangatlah sederhana. Pertama, setiap anggota sampel diberi nomor, kemudian dilakukan pemilihan sampel secara acak, dapat dengan menggunakan tabel random, program Excel atau dengan alat lainnya.

2. Systematic Random Sampling

Teknik ini hampir sama seperti Simple Random Sampling, khususnya pada saat pengambilan sampel pertama yang dipilih secara acak. Namun, sampel selanjutnya dipilih secara sistematis sesuai dengan interval k, dimana:

Oleh karena itu, teknik ini disebut sebagai Systematic Random Sampling. 3. Stratified Random Sampling

Dalam teknik ini, sampel yang akan dipelajari mula-mula dibagi-bagi ke dalam lapisan-lapisan atau strata yang relatif homogen, sehingga keragaman

n N k =

dalam lapisan atau stratum lebih kecil daripada keragaman antar lapisan atau antar stratum.

4. Cluster Sampling

Secara garis besar dapat dikemukakan langkah-langkah untuk menggunakan teknik penarikan sampel berkelompok, antara lain :

a. Menetapkan kelompok-kelompok (cluster) yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

b. Apabila semua cluster yang tepat telah ditentukan, maka kerangka penarikan sampel dapat berupa daftar semua cluster dalam populasi harus disusun.

c. Lakukan pemilihan sampel cluster dengan menggunakan teknik penarikan sampel acak sederhana.

d. Setelah sample cluster telah dipilih, maka dilakukan sensus (pencacahan secara menyeluruh) terhadap seluruh elemen yang terdapat di dalam

cluster tersebut. Hal inilah yang membedakan Cluster Sampling dengan

Stratified Sampling.

Nonprobability Sampling berbeda dengan Probability Sampling dalam hal sampel dipilih bukan berdasarkan sistem acak. Pengambilan sampel secara tidak acak terdiri atas:

1. Quota Sampling

Teknik Quota sampling mengambilsampel dari sekelompok anggota populasi yang mempunyai karakteristik yang sama, misalnya akan dilakukan penelitian tentang jumlah penonton televisi pada jam tayang tertentu, maka dilakukan

pengelompokan terhadap kelompok umur, misalnya: kelompok umur 7 sampai dengan 15 tahun, kelompok umur 15 sampai dengan 20 tahun, dan seterusnya.

2. Purposive Sampling

Merupakan teknik pengambilan sampel dimana sampel dipilih secara sengaja sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dengan cara ini diperlukan tenaga ahli yang akan menentukan anggota populasi yang akan menjadi anggota sampel. Misalnya, akan diadakan penelitian tentang penerimaan masyarakat terhadap suatu jenis kosmetika. Para ahli biasanya mengambil segolongan orang yang selalu memakai kosmetika, jadi tidak seluruh penduduk kota akan diambil sebagai pilihan.

3. Accidental Sampling

Teknik penarikan sampel yang memilih sampel secara kebetulan. Misalnya, akan dilakukan penelitian terhadap dampak meningkatnya harga sembako, maka peneliti pergi ke pasar untuk meneliti, dan di situ mengambil pengunjung yang secara kebetulan ditemui sebagai sampel.

4. Snowball Sampling

Teknik pengambilan sampel yang memilih sampel secara berantai, dari ukuran kecil sampai dengan ukuran besar. Misalnya, dilakukan penelitian terhadap menyebarnya penyakit gonorrhea di kalangan PSK, maka peneliti memulainya dari satu PSK yang dijumpai. Dari PSK tersebut, peneliti kemudian mengembangkan jaringan penelitiannya hingga teman-teman PSK tersebut sampai jumlah sampel yang dibutuhkan mencukupi.

5. Convenience Sampling

Convenience sampling yaitu suatu metode sampling dimana para respondennya adalah orang-orang yang secara sukarela menawarkan diri (convenience available).

3.13. Validitas18

Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Beberapa literatur membedakan validitas instrumen atas dua tipe yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajat keakurasian rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang baik termasuk rancangan pengumpulan data akan dapat mengidentifikasi sumber data yang tepat dan alat/instrumen pengumpulan data yang juga tepat. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi hasil penelitian jika dilakukan generalisasi dan diterapkan pada populasi dari mana data penelitian diambil.

Salah satu cara yang umum yang digunakan untuk menguji validitas instrumen ialah melalui analisis korelasi (correlational analysis). Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Pearson, yaitu sebagai berikut :

�= � ∑ �� −(∑ �)(∑ �)

�[� ∑ �2−(∑ �2)]−[� ∑ �2−(∑ �2)] Dimana, r = koefisien korelasi antara X dan Y

18

X = skor variabel independen X Y = skor variabel independen Y

3.14. Reliabilitas19

Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tersebut. Ada dua ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui derajat reliabilitas atau kehandalan instrumen pengumpulan data, yaitu stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen.

Stabilitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan derajat kestabilan instrumen terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen tersebut. Artinya jika instrumen tersebut digunakan dalam pengukuran variabel yang sama dalam waktu yang berbeda dan memberikan hasil yang sama makan dikatakan stabilitas instrumen tersebut cukup baik. Konsistensi internal instrumen memberikan indikasi homogenitas item dalam pengukuran dalam arti seberapa jauh instrumen tersebut menjadikan item-item yang diukur secara bersama-sama menjadi sebuah set dan secara independen menjadi bagian yang berarti terhadap keseluruhan.

Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode. Untuk pengujian stabilitas instrumen terdapat dua macam uji yaitu test-retest reliability dan parallel- form reliability. Pengukuran konsistensi internal instrumen pengumpulan data dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu interitem consistency reliability dan split-half reliability. Salah satu alat test yang sering digunakan dalam pengujian konsistensi internal instrumen ialah Koefisien Alpha Cronbach. Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu.

Rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien tersebut ialah :

        −     − =

t b k k r 2 2 1 1 σ σ dimana,

k = jumlah butir pertanyaan σ2b = varians butir pertanyaan σ2t = varians total butir pertanyaan

Dokumen terkait