ANALISIS QFD ( QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) DAN PEMBAHASAN HASIL
6.2. Pembahasan Usulan Konsep Pengembangan
Berdasarkan hasil penelitian dengan metode servqual nilai gap dari setiap variabel pelayanan (atribut) yang digunakan berjumlah 54 atribut masih bernilai negative, dimana tiga atribut dengan gap tertinggi adalah ketersediaan infokus/OHP (- 1,461), ketersediaan wireless/wifi (-1,440), ketersediaan AC/kipas angin ruang kuliah (-1,375). Nilai negatif pada gap dari 54 atributmenunjukkan bahwa tingkat kepuasan secara keseluruhan belum memenuhi ekspektasi mahasiswa. Perbaikan pelayanan oleh pihak manajemen secara langsung keseluruhan akan sulit untuk dilakukan, oleh karena itu perbaikan dilakukan secara bertahap mulai dari atribut prioritas. Matrix importance performance analysis digunakan untuk memperoleh atribut prioritas utama perbaikan. Hasil dari matrix tersebut diperoleh enam belas atribut prioritas utama dan akan menjadi costumer needs pada metode QFD.
Berdasarkan hasil penelitian dengan metode QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) yang terdapat pada data custumer needs, tiga atribut yang memiliki
prioritas kepentingan tertinggi berdasarkan nilai normalized raw weight adalah ketersediaan infokus/OHP, ketersediaan wireless/wifi, ketersediaan AC/kipas angin ruang kuliah. Ketersediaan infokus/OHP adalah atribut yang paling diprioritaskan mengingat bahwa terdapat 9 orang dosen Jurusan TMI yang menggunakan infokus dengan kelas sebanyak 13 kelas per semester. hal tersebut layak dipertimbangkan karena akan mempengaruhi sistem belajar mengajar setiap semesternya. Ketersediaan
wireless/wifi merupakan prioritas kedua kebutuhan mahasiswa. Wireless/wifi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kampus mengingat hal tersebut semakin dibutuhkan untuk penambahan literatur/referensi mata kuliah atau pengiriman tugas via email dan lain-lain. Ketersediaan AC/kipas angin ruang kuliah adalah atribut ke tiga prioritas. Kenyamanan dalam belajar akan mempengaruhi minat belajar mahasiswa, oleh karena itu ketersediaan AC/kipas angin ruang kuliah menjadi prioritas sesuai dengan nilai kepentingan yang dimiliki atribut tersebut.
Tiga aspek prioritas perhatian respon teknis yang diperoleh dari urutan pengolahan data besarnya kontribusi masing-masing respon teknis adalah penyediaan layanan internet cepat, peningkatan disiplin kerja, dan pemeliharaan, perawatan, dan perbaikan, serta penggantian sarana ruang kuliah (infokus/OHP, AC/Kipas angin/Exhaust fan). Layanan internet yang cepat dapat mengeffesiensikan waktu untuk keperluan mengunduh dan mengunggah file/data melalaui internet. Penyediaan layanan internet cepat ini menempati prioritas teratas yang harus menjadi perhatian pihak manajemen. Dengan memberi perhatian pada respon teknis ini, maka diharapkan dapat berimplikasi pada setidaknya 5 atribut pelayanan dari 16 atribut prioritas yaitu ketersediaan wireless/wifi, kelengkapan buku di perpustakaan, sarana akses pencarian
buku di perpustakaan, kelengkapan dan ketepatan waktu penyampaian informasi (pengumuman), dan kemudahan menemui dosen pada saat perwalian dan bimbingan Karya Akhir.
Peningkatan disiplin kerja adalah hal yang penting sekali dalam peningkatan kualitas pelayanan. Dengan adanya kedisplinan maka pelanggan (mahasiswa) tidak akan lama menunggu dalam menerima layanan dan waktu pelayanan akan semakin effisien. Perbaikan pada respon teknis ini dharapkan akan memberi implikasi kepada setidaknya 5 atribut dari 16 atribut prioritas yaitu kelengkapan dan ketepatan waktu penyampaian informasi (pengumuman), kehadiran dan kesiap-sediaan pegawai pada jam kerja, pengaturan jadwal perkuliahan, kemudahan menemui dosen pada saat perwalian dan bimbingan Karya Akhir, kesiapan pegawai dalam penyediaan perlengkapan proses belajar dan mengajar.
Pemeliharaan, perawatan, dan perbaikan, serta penggantian sarana ruang kuliah (infokus/OHP, AC/Kipas angin/Exhaust fan) adalah prioritas ketiga untuk diberikan perhatian. Pemeliharan dan perwatan secara berkala untuk sarana ruang kuliah adalah hal yang penting dalam menjaga keawetan dari sarana tersebut sehingga biaya untuk perbaikan da penggantian sarana dapat diminimalisir. Tetapi ketika komponen sarana ruang kuliah sudah aus, maka harus dilakukan perbaikan atau bahkan penggantian dengan segera, sehingga mahasiswa selaku pelanggan dapat tetap merasa nyaman dengan fasilitas tersebut. Dengan memberikan perhatian pada respon teknis ini maka setidaknya diharapkan memberi implikasi langsung terhadap 3 atribut yaitu ketersediaan infokus/OHP, ketersediaan AC/kipas angin ruang kuliah, ketersediaan AC/kipas angin di laboratorium.
Kondisi pelayanan saat ini untuk respon teknis penyediaan layanan internet cepat masih belum sesuai dengan diharapkan. Untuk saat ini layanan internet yang diberikan oleh pihak PTKI Medan untuk bandwidth adalah up to 2 Mbps. Layanan internet pihak PTKI Medan menggunakan jasa internet service provider Pesat Net. Jumlah bandwidth up to 2 Mbps dari service provider Pesat Net dibagi atas 4 user. Layanan internet tersebut akan menjadi lambat apabila kondisi layanan internet digunakan oleh 4 user sekaligus secara bersamaan.
PTKI Medan dengan kondisi up to 2 Mbps dibagi 2 unit yaitu 1 Mbps untuk LAN (dosen dan pegawai) dan 1 Mbps wifi (mahasiswa, pegawai dan dosen). Rincian jumlah pengguna layanan internet wifi PTKI Medan adalah sebagai berikut. Mahasiswa Teknologi Kimia Industri (TKI) = 744 mahasiswa, mahasiswa Teknologi Mekanik Industri (TMI) = 556 mahasiswa, mahasiswa Teknik Penyuluh Lapangan (TPL) = 90 mahasiswa, dan dosen & pegawai = 108 orang. Total pengguna internet
wifi adalah 1498 orang.
Jumlah bandwidth maksimum yang dapat digunakan mahasiswa Jurusan TMI adalah: 556
1498x 1 Mbps = 0,371 Mbps
Jumlah bandwidth per mahasiswa Jurusan TMI adalah: 0,371
556 � 1000 = 0,667 Kbps
Dengan membandingkan hasil jumlah bandwidth perhitungan dengan standar
bandwitdh dari BAN PT, maka layanan internet berada pada kategori baik. Standar
bandwitdh dari BAN PT adalah >0,75 Kbps/mhs (sangat baik), 0,5-0,75 Kbps/mhs (baik), 0,25- 0,49 Kbps/mhs (cukup), dan <0,25 (kurang).
Tetapi hal tersebut dapat tercapai apabila dari ke 4 user hanya user PTKI Medan yang menggunakan layanan internet dari service provider Pesat Net. Kondisi tersebut sangat sulit dicapai mengingat bahwa pada pukul 09.00 s/d 16.00 adalah jam kerja sehingga ke 4 user tergolong aktif menggunakan layanan internet. Apabila ke 4
user penuh akses layanan internet maka masing-masing user hanya mendapat 500 Kbps. Hal tersebut mengakibatkan jumlah bandwidth yang digunakan PTKI Medan semakin sedikit. Untuk layanan internet LAN dan wifi juga terbagi dua yaitu masing- masing 250 Kbps, sehingga untuk layanan wifi hanya mampu memberi layanan
bandwidth sebesar 0, 167 Kbps (katagori kurang). Oleh karena itu, diperlukan penambahan bandwidth khusus wifi menjadi 2 Mbps untuk mencapai kualitas
banwitdh sangat baik menjadi 1,33 Kbps/mhs (>0,75 Kbps/mhs) dengan 1 user yaitu PTKI Medan atau paling tidak untuk mencapai kategori baik diperlukan bandwidth 1 Mbps dengan 1 user yaitu PTKI Medan.
Kondisi peningkatan disiplin kerja merupakan proses peningkatan kesadaran masing-masing SDM. Dengan program pemerintah yang dilakukan saat ini untuk mencapai reformasi birokrasi maka diberi peningkatan tunjangan kinerja (balas jasa) bagi pegawai dan dosen di PTKI Medan. Hal tersebut akan memberi dampak yang cukup signifikan bagi disiplin kerja. Diharapkan dengan program ini kesadaran pegawai dan dosen untuk disiplin kerja terus meningkat, tentunya tidak terlepas dari pengawasan internal PTKI Medan.
Malayu S.P. Hasibuan (1994: 214) menyebutkan banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya:
1. Tujuan dan kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti pekerjaan yang dibebankan kepada seseorang karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja bersungguh-sungguh dan berdisiplin baik untuk mengerjakannya. 2. Teladan pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberikan contoh yang bak, berdisiplin baik, jujur, adil serta sesuai kata dan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, maka kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Tetapi jika teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin), maka para bawahan juga akan kurang disiplin.
3. Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan, karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik tergadap pekerjaan, maka kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Apabila keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, maka manajer yang cakap dalam
kepemimpinannya selalu bersikap adil tergadap semua bawahannya. Hal ini dilakukan karena dia menyadari bahwa dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.
5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan, karena dengan waskat ini berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti harus selalu berada di tempat pekerjaannya, supaya dia dapat mengawasi dan memberikan petunjuk jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaannya. Waskat efektif untuk merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan, karena karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari atasannya.
6. Sanksi/hukuman
Sanksi/hukuman memberikan peranan penting dalam memlihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi/hukuman yang semakin berat karyawan akan semakin takut untuk melanggar peraturan-peraturan perusahaan dan sikap serta perilaku karuawan yang indispliner akan berkurang. Berat ringannya sanksi/hukuman yang akan diterapkan akan ikut mempengaruhi baik atau buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus diterapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal dan diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi hukuman itu jangan terlalu ringan atau terlalu berat, supaya hukuman itu dapat mendidik karyawan untuk mengubah perilakunya. Sanksi/hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap
tingkatan indisipliner, bersifat mendidik dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan karyawan itu.
7. Ketegasan
Ketehasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk menghukum sikap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sangsi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman yang indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahan. Dengan demikian pemimpin tersebut akan dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.
8. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara semua karyawan akan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan itu baik bersifat vertikal maupun horisontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship dan cross relationship hendaknya harmonis. Jika tercipta
human relationship yang baik dan harmonis, diharapkan akan terwujud lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Sehingga kondisi seperti ini diharapkan dapat memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan tersebut.
Pemeliharaan, perawatan, dan perbaikan, serta penggantian sarana ruang kuliah (infokus/OHP, AC/Kipas angin/Exhaust fan) saat ini masih belum terjadwal, terutama untuk pemeliharaan dan perawatan. Pihak manajemen lebih sering terfokus pada pergantian dan perbaikan sarana ruang kuliah. Hal tersebut dapat menghambat proses belajar apabila terjadi kerusakan mengingat minimnya jumlah infokus pada Jurusan
TMI dan membuat proses belajar tidak nyaman apabila AC/Kipas angin/Exhaust fan tidak berfungsi. Pemeliharaan dan perawatan akan lebih menghemat biaya dan dapat membuat fasilitas lebih awet, sehingga layak untuk dipertimbangkan sebelum melakukan perbaikan dan penggantian.
Pemeliharaan dan perawatan hendaknya menggunakan checklist, sehingga lebih dapat dipantau proses perawatan dan pemeliharaannya. Untuk perawatan dan pemeliharaan infokus (LCD dan Layar) dilakukan setiap 6 bulan sekali, sedangkan untuk AC/Kipas angin 3 bulan sekali. Hal tersebut disesuaikan dengan perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan Universitas Brawijaya yang tertuang pada manual prosedur perawatan dan pemeliharaan infrastruktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Brawijaya, Malang 2012.