• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kepuasan Pelanggan (Mahasiswa) Dengan Menggunakan Metode Servqual Dan QFD (Quality Function Deployment) Pada Jurusan Teknologi Mekanik Industri PTKI Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kepuasan Pelanggan (Mahasiswa) Dengan Menggunakan Metode Servqual Dan QFD (Quality Function Deployment) Pada Jurusan Teknologi Mekanik Industri PTKI Medan"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN (MAHASISWA) DENGAN

MENGGUNAKAN METODE

SERVQUAL

DAN QFD (

QUALITY

FUNCTION DEPLOYMENT

) PADA JURUSAN TEKNOLOGI

MEKANIK INDUSTRI PTKI MEDAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh:

DEJOI IRFIAN SITUNGKIR NIM: 090423048

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan tugas sarjana ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Tugas Sarjana ini berjudul “Analisis Kepuasan Pelanggan (Mahasiswa) dengan Menggunakan Metode SERVQUAL dan QFD (Quality Function Deployment) Pada Jurusan Tekmologi Mekanik Industri PTKI Medan” dimaksudkan sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Sarjana S1 Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini merupakan sarana bagi penulis untuk melakukan studi terhadap salah satu permasalahan nyata dalam perusahaan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis berharap agar tugas sarjana ini bermanfaat bagi semua pihak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Medan, Juli 2013

Penulis,

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan laporan ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa material, spiritual, informasi maupun sumbangan pemikiran. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan material, spiritual maupun bimbingan, terutama kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, M.T. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, M.T. selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, M.T. dan Bapak Ir. Mangara M Tambunan, M.Sc. selaku Koordinator Tugas Sarjana di Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Humala L. Napitupulu, DEA selaku Dosen Pembimbing I, dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini, yang telah menyediakan waktunya untuk dapat memberikan bimbingan akademis kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini.

5. Bapak Buchari, ST, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing II, dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini, yang telah menyediakan waktunya untuk dapat memberikan bimbingan akademis kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini.

(7)

tidak dapat disebut satu persatu senantiasa memberi bantuan baik berupa informasi dan data selama penelitian maupun masukan-masukan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

7. Seluruh staff dan pegawai Departemen Teknik Industri atas bantuan dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana ini. 8. Kedua orang tua penulis D. Situngkir, SH dan S.M. br. Manik, abang penulis

Setiady Laksono Situngkir, S.H, M.H. dan kakak ipar Novalina Manurung, S.H. M.Hum. serta keluarga penulis yang telah memberi dukungan penulis baik doa dan moral dalam menyelesaikan penulisan Tugas Sarjana ini.

9. Seluruh teman-teman Ekstensi Stambuk 2009 di Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.

Medan, Juli 2013

Dejoi Irifian Situngkir

(8)

BAB Halaman LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xviii

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.3.1. Tujuan Umum ... I-4 1.3.2. Tujuan Khusus ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian ... I-5 1.5. Asumsi dan Batasan Masalah ... I-6 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-6

(9)

BAB Halaman II GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

(PTKI) MEDAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.1.1. Dasar Pendidikan ... II-2 2.1.2. Latar Belakang Pendidikan Teknologi Kimia Industri ... II-2 2.1.3. Ruang Lingkup Pendidikan Teknologi Kimia Industri ... II-3 2.1.4. Tujuan Pendidikan Teknologi Kimia Industri ... II-4 2.2.Jati Diri, Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan Jurusan Teknologi Mekanik

Industri... II-7 2.2.1.Visi... II-8 2.2.2.Misi... II-8 2.2.3.Tujuan... II-9 2.2.4.Tinjauan Pengembangan Program Study Teknologi Mekanik

Industri... II-9 2.3.Lokasi Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI)

Medan... ... II-9 2.4.Organisasi dan Manajemen... . II-10 2.4.1.Struktur Organisasi PTKI Medan ... II-10 2.4.2.Struktur Organisasi Teknologi Mekanik Industri (TMI)

(10)

BAB Halaman 2.5.Staf Akademik... II-12 2.6.Fasilitas Belajar Jurusan Teknologi Mekanik Industri (TMI)... . II-13

III KERANGKA TEORITIS

3.1. Pendidikan Tinggi Dan Perguruan Tinggi ... III-1 3.1.1. Pengertian Pendidikan Tinggi dan Perguruan Tinggi ... III-1 3.1.2. Jenis Pendidikan Tinggi ... III-1 3.1.3. Bentuk Perguruan Tinggi ... III-2 3.1.4. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi ... III-3 3.2. Faktor-Faktor Akademik Yang Mempengaruhi Kepuasan

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman V PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS SERVQUAL ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner Pendahuluan ... V-1 5.1.1.1. Karakteristik Responden ... V-5 5.1.2. Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner Tertutup ... V-8 5.1.2.1. Karakteristik Responden ... V-9 5.2. Pengolahan Data... V-13 5.2.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... V-13 5.2.1.1.Pengujian Validitas Data Persepsi Konsumen ... V-13 5.2.1.2.Pengujian Validitas Data Ekspektasi/Harapan

Konsumen ... V-21 5.2.1.3. Pengujian Reliabilitas Data Persepsi Konsumen ... V-23 5.2.1.4. Pengujian Reliabilitas Data Harapan Konsumen ... V-26 5.2.2. Gap (Kesenjangan) Antara Persepsi dan Ekspektasi ... V-29

5.2.2.1. Pengolahan Data Tingkat Kualitas/Kepuasan

Pelayanan Jurusan TMI PTKI Medan ... V-29 5.2.2.2. Pengolahan Data Tingkat Kepentingan Pelayanan

Jurusan TMI PTKI Medan ... V-35 5.2.2.3. Gap (Kesenjangan) antara Tingkat Pelayanan dan

(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman VI ANALISIS QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) DAN

PEMBAHASAN HASIL ... VI-1 6.1. Analisis Pengembangan Matriks QFD (Quality Function

Deployment) ... VI-1 6.1.1. Customer Needs ... VI-1 6.1.2. Planning Matrix ... VI-2 6.1.3. Technical Response ... VI-8 6.1.4. Relationship ... VI-11 6.1.5. Technical Correlations ... VI-12 6.1.6. Technical Matrix ... VI-12 6.2.Analisis SERVQUAL dan Quality Function Deployment (QFD) ... VI-17

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-3

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1. Korespondensi antara dimensi SERQVUAL dan Original 10 dimensi

untuk evaluasi kualitas pelayanan ... II-3 5.1. Variabel Pelayanan Kuesioner Pendahuluan ... V-2 5.2. Tingkat Kepentingan Responden Terhadap Variabel Pelayanan

Berdasarkan Data Rekapitulasi Dari Kuesioner Pendahuluan ... V-3 5.3. Bobot Nilai Tingkat Kepentingan Responden Terhadap Variabel

Pelayanan Berdasarkan Data Rekapitulasi Dari Kuesioner

Pendahuluan ... V-3 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tahun Angkatan/Stambuk ... V-5 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Studi ... V-6 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... V-6 5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Target Tamat ... V-7 5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Responden

(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel Halaman 5.14. Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Responden

Terhadap Unit Kegiatan Mahasiswa ... V-12 5.15. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... V-12 5.16. Tabulasi Frekuensi Jawaban Terhadap Persepsi Responden ... V-14 5.17. Perhitungan Skala Baru ... V-15 5.18. Hasil Perhitungan Validitas Persepsi Konsumen ... V-19 5.19. Hasil Perhitungan Validitas Ekspektasi Konsumen ... V-21 5.20. Perhitungan Varians Tiap Butir Persepsi Konsumen ……… V-24

5.21. Perhitungan Varians Tiap Butir Harapan/Ekspektasi Konsumen ... V-27 5.22. Nilai Skala Likert Menjadi Skala Interval ... V-30 5.23. Total Nilai Pelayanan Jurusan TMI PTKI Medan ... V-31 5.24. Penilaian Tingkat Kepuasan Kualitas Pelayanan Jurusan

(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1. Denah Lokasi Kampus PTKI-Medan ... II-10 2.2. Struktur Organisasi PTKI Medan ... II-11 2.3. Struktur Organisasi Jurusan Teknologi Mekanik Industri ... II-10 3.1. Assesment / Evaluasi Pelanggan terhadap Kualitas Jasa ... III-17 3.2. Model Konseptual Kualitas Jasa Servqual ... III-18 3.3. House of Quality ... III-27 3.4. Importance Performance Matrix... III-39 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-3 4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-9 4.3. Blok DiagramPengolahan Data ... IV-10 5.1. Bentuk Diagram Histogram Jumlah Total Nilai Bobot Tingkat

Kepentingan Mahasiswa Terhadap Variabel Pelayanan ... V-4 5.2. Kesenjangan (Gap) antara Tingkat Pelayanan dan Tingkat Kepentingan

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran L-1 Surat Permohonan Tugas Sarjana

L-2 Surat Riset Tugas Sarjana ke Pabrik L-3 Surat Izin Riset Tugas Sarjana dari Pabrik L-4 Surat Keputusan Tugas Sarjana

L-5 Perpanjangan Surat Keputusan Tugas Sarjana L-6 Lembar Asistensi Tugas Sarjana

L-7 Kuesioner Pendahuluan L-8 Kuesioner Lanjutan L-9 Tabel r

L-10 Tabel Distribusi Normal

L-11 Rekapitulasi Kuesioner Mengenai Persepsi Mahasiswa Terhadap Pelayanan Jurusan TMI

(20)

ABSTRAK

Pendidikan tinggi merupakan salah satu industri jasa yang mengharuskan penyedia layanan memberikan pelayanan berkualitas tinggi agar pelanggan (mahasiswa) merasa puas/amat puas. Indikator mahasiswa merasa puas adalah apabila penilaian persepsi (p) dan ekspektasi (e) sama (p=e) atau amat puas apabila persepsi melebihi ekspetasi (p>e). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi dan harapan mahasiswa terhadap pelayanan yang akan diberikan, dan memperoleh masukan berupa usulan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan bagi PTKI Medan khususnya Jurusan Teknologi Mekanik Industri (TMI). Metode yang digunakan adalah SERVQUAL dan QFD (Quality Function Deployment). Hasil penelitian metode SERVQUAL gap terbesar pada atribut “persediaan infokus/OHP” (-1,461) sedangkan terkecil pada atribut “dosen menjelaskan sistem perkuliahan di awal perkuliahan” (-0,134). Seluruh atribut bernilai negatif menandakan bahwa atribut tersebut belum memberi kepuasan pada pelanggan (mahasiswa). Dengan

matrix importance performance analysis diperoleh 16 atribut kebutuhan prioritas utama dan selanjutnya usulan pengembangan perbaikannya dengan menggunakan metode QFD. Berdasarkan analisis QFD, nilai normalized contribution tiga tertinggi terdapat pada respon teknis “penyediaan layanan internet cepat” dimana saat ini memiliki standar bandwith BAN PT kategori kurang yaitu 0,167 Kbps/mahasiswa (<0,25 Kbps/mahasiswa) dan seharusnya standar bandwith yang sangat baik adalah >0,75 Kbps/mahasiswa. Sehingga PTKI Medan perlu memiliki 1 server dan 1 user

dengan jumlah bandwidth 2 Mbps, agar tercapai standar bandwith yang sangat baik yaitu 1,33 Kbps/mahasiswa (>0,75). Kedua respon teknis “peningkatan disiplin kerja” akan tercapai dengan meningkatkan kesaradan SDM yaitu dengan memperhatikan hubungan kemanusiaan baik vertikal maupun horizontal. Selanjutnya “pemeliharaan, perawatan, dan perbaikan, serta penggantian sarana ruang kuliah (infokus/OHP, AC/kipas angin/exhaust fan)” perlu menggunakan checklist, untuk pemeliharaan dan perawatan infokus (LCD dan Layar) dilakukan setiap 6 bulan sekali dan AC/Kipas angin 3 bulan sekali.

Kata kunci: Kualitas Pelayanan, SERVQUAL, QFD (Quality Function Deployment), Matrix Importance Performance Analysis

(21)

ABSTRAK

Pendidikan tinggi merupakan salah satu industri jasa yang mengharuskan penyedia layanan memberikan pelayanan berkualitas tinggi agar pelanggan (mahasiswa) merasa puas/amat puas. Indikator mahasiswa merasa puas adalah apabila penilaian persepsi (p) dan ekspektasi (e) sama (p=e) atau amat puas apabila persepsi melebihi ekspetasi (p>e). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi dan harapan mahasiswa terhadap pelayanan yang akan diberikan, dan memperoleh masukan berupa usulan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan bagi PTKI Medan khususnya Jurusan Teknologi Mekanik Industri (TMI). Metode yang digunakan adalah SERVQUAL dan QFD (Quality Function Deployment). Hasil penelitian metode SERVQUAL gap terbesar pada atribut “persediaan infokus/OHP” (-1,461) sedangkan terkecil pada atribut “dosen menjelaskan sistem perkuliahan di awal perkuliahan” (-0,134). Seluruh atribut bernilai negatif menandakan bahwa atribut tersebut belum memberi kepuasan pada pelanggan (mahasiswa). Dengan

matrix importance performance analysis diperoleh 16 atribut kebutuhan prioritas utama dan selanjutnya usulan pengembangan perbaikannya dengan menggunakan metode QFD. Berdasarkan analisis QFD, nilai normalized contribution tiga tertinggi terdapat pada respon teknis “penyediaan layanan internet cepat” dimana saat ini memiliki standar bandwith BAN PT kategori kurang yaitu 0,167 Kbps/mahasiswa (<0,25 Kbps/mahasiswa) dan seharusnya standar bandwith yang sangat baik adalah >0,75 Kbps/mahasiswa. Sehingga PTKI Medan perlu memiliki 1 server dan 1 user

dengan jumlah bandwidth 2 Mbps, agar tercapai standar bandwith yang sangat baik yaitu 1,33 Kbps/mahasiswa (>0,75). Kedua respon teknis “peningkatan disiplin kerja” akan tercapai dengan meningkatkan kesaradan SDM yaitu dengan memperhatikan hubungan kemanusiaan baik vertikal maupun horizontal. Selanjutnya “pemeliharaan, perawatan, dan perbaikan, serta penggantian sarana ruang kuliah (infokus/OHP, AC/kipas angin/exhaust fan)” perlu menggunakan checklist, untuk pemeliharaan dan perawatan infokus (LCD dan Layar) dilakukan setiap 6 bulan sekali dan AC/Kipas angin 3 bulan sekali.

Kata kunci: Kualitas Pelayanan, SERVQUAL, QFD (Quality Function Deployment), Matrix Importance Performance Analysis

(22)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi saat ini, kualitas adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian untuk mencapai keunggulan kompetitif, karena kualitas merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan produk dan jasa yang akan dipilih konsumen. Tujuan dari organisasi bisnis adalah untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat memuaskan konsumen. Kepuasan konsumen akan tercapai apabila kualitas produk dan jasa yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya.

Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika berada dibawah harapan, maka pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, maka pelanggan puas. Jika melebihi harapan, maka pelanggan amat puas. Oleh karena itu, banyak perusahaan berfokus pada kepuasan tinggi konsumennya karena konsumen yang hanya puas akan mudah untuk berubah pikiran bila mendapat tawaran yang lebih baik, sedangkan mereka yang amat puas lebih sukar mengubah pilihannya. (Kotler,1997:36).

(23)

interaksi antara konsumen dan terdapat kontak personil dengan penyelenggara jasa tersebut.

Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan untuk program Teknologi Diploma 3 (D3) yang berstatus negeri di bawah Kementerian Perindustrian RI selalu berupaya meningkatkan kepuasan mahasiswa dengan memberikan pelayanan terbaik, mahasiswa yang merasa puas atau bahkan amat puas akan menjadi pemasar yang baik bagi PTKI Medan, karena mereka akan mereferensikan kampusnya kepada calon pelanggan (mahasiswa) lainnya. Tetapi masih terdapat kendala ketikdakpuasan mahasiswa yang harus segera ditanggapi serius oleh pihak manajemen PTKI-Medan. Masih ada keluhan mahasiswa mengenai pelayanan yang diberikan PTKI-Medan khususnya pada jurusan Teknologi Mekanik Industri (TMI).

Atas dasar pertimbangan di atas maka penulis berupaya untuk meneliti kualitas pelayanan pendidikan dari sudut pandang mahasiswa sebagai pengguna langsung jasa PTKI Medan. Informasi tentang harapan dan kepuasan mahasiswa (ekspektasi dan persepsi) atas kualitas layanan pendidikan yang diberikan oleh Jurusan Teknologi Mekanik Industri PTKI Medan perlu diteliti untuk menentukan tahapan perbaikan kualitas berdasarkan tingkat prioritasnya.

Metode yang digunakan untuk memperbaiki kualitas adalah metode

SERVQUAL dan metode Quality Function Deployment. Metode SERVQUAL

(24)

Metode SERVQUAL dan Quality Function Deployment juga pernah digunakan dalam penilaian kualitas jasa pelayanan di rumah sakit (Viva S Damanik, 2010). Dalam penelitian tersebut terlihat bahwa keseluruhan variabel pelayanan masih bernilai negatif, dimana gap terbesar terdapat pada variabel jadwal pelayanan yang tepat waktu setiap harinya dan menjadi prioritas perbaikan kualitas pelayanan. Selain itu metode ini juga pernah digunakan dalam penilaian kualitas jasa di kantor pos (Wandy Azhari Sagala, 2012). Dalam penelitian ini juga terlihat bahwa keseluruhan variabel pelayanan masih bernilai negatif, dimana gap terbesar terdapat pada variabel keramahan dan sikap para karyawan disaat memberikan pelayanan kepada mahasiswa.

1.2. Rumusan Masalah

(25)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui kebutuhan dan harapan pelanggan (mahasiswa) terhadap pelayanan pendidikan dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan oleh Jurusan Teknologi Mekanik Industri PTKI Medan dengan menggunakan metode SERVQUAL dan Quality Function Deployment (QFD).

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian adalah untuk memperoleh masukan mengenai: 1. Atribut apa yang mempengaruhi kualitas pelayanan mahasiswa sesuai dengan

kelima dimensi kualitas.

2. Penilaian mahasiswa terhadap kualitas pelayanan yang diberikan Jurusan Teknologi Mekanik Industri.

3. Atribut prioritas utama untuk perbaikan kualitas sistem pelayanan di Jurusan Teknologi Mekanik Industri (TMI) PTKI Medan.

4. Usulan apa yang dilakukan pihak manajemen Jurusan Teknologi Mekanik Industri untuk perbaikan dan peningkatan kualitas layanan pendidikan Jurusan Teknologi Mekanik Industri PTKI Medan dengan metode Quality Function Deployment (QFD).

1.4. Manfaat Penelitian

(26)

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi Jurusan Teknologi Mekanik Industri (TMI) PTKI Medan dalam rangka pengembangan kualitas jasa pelayanan pendidikan.

2. Menjadi sarana bagi penulis dalam mengeksplorasi ilmu yang diterima dari perkuliahan sehingga dapat diterapkan dan dikembangkan di PTKI Medan. 3. Sebagai bahan masukan dalam penelitian-penelitian sejenis bagi pihak lain.

1.5. Asumsi dan Batasan Masalah

Adapun asumsi yang digunakan adalah:

1. Responden memahami dengan baik kondisi kampus dan dalam keadaan sehat, serta tidak ada intervensi dalam pengisian kuesioner.

2. Jurusan Teknologi Mekanik Industri (TMI) PTKI Medan memiliki keinginan untuk memperbaiki kualitas pelayanan pendidikan.

3. Kualitas pelayanan tidak mengalami perubahan selama penelitian.

4. Responden murni menilai berdasarkan yang mereka rasakan di jurusan Teknologi Mekanik Industri (TMI) tanpa membandingkan kinerja yang pernah didapat dari pelayanan pendidikan lain sebelumnya seperti waktu SMA atau SMK.

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(27)

2. Pelayanan pendidikan yang diteliti mencakup sarana-prasarana, dan pelayanan pendidikan (kesiapsediaan pegawai, proses surat-menyurat, penyediaan spidol untuk belajar, penyediaan kartu ujian, dan lain-lain). 3. Pelayanan pendidikan yang diteliti tidak mencakup biaya perkuliahan, materi

perkuliahan, kurikulum, kompetensi/keahlian dosen, keakuratan dalam penilaian dan fasilitas ruang ibadah.

4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah SERVQUAL dan QFD. 5. Penyebaran kuesioner dilakukan pada mahasiswa aktif dan sudah pernah

merasakan kuliah minimal satu semester di Jurusan Teknologi Mekanik Industri (TMI) PTKI Medan.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian Tugas Sarjana ini, maka Tugas Sarjana ini dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, memuat tentang latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi yang digunakan dalam penelitian, serta sistematika penulisan tugas sarjana.

(28)

Bab III Landasan Teori, menyajikan dasar-dasar teori yang mencakup tentang faktor-faktor akademik yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa, penilaian kualitas pelayanan, service quality, konsep dasar quality function deployment, pembuatan kuesioner, validitas dan reliabilitas data, dan importance and performance matrix.

Bab IV Metodologi Penelitian, mengemukakan tentang tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi dan waktu penelitian, rancangan penelitian, objek penelitian, variabel penelitian, kerangka konseptual penelitian, sumber data, instrumen penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis pemecahan masalah sampai kesimpulan dan saran.

Bab V Pengumpulan Data dan Analisis SERVQUAL, berisi tentang pengumpulan data-data hasil penyebaran kuesioner, kemudian diuji vailidasi dan reliabilitas data, dan dihitung tingkat kesenjangannya (gap) antara tingkat kepentingan dengan tingkat kepuasan mahasiswa dengan metode SERVQUAL serta dianalisis hasilnya.

Bab VI Analisis Quality Function Deployment (QFD) dan Pembahasan Hasil, berisi tentang analisis hasil dari perhitungan SERVQUAL yang dilanjutkan dengan metode quality function deployment (QFD) dan dianalisis matriks house of quality, sehingga diketahuii langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan pihak manajemen.

(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA

INDUSTRI (PTKI) MEDAN

2.1. Sejarah Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan

Pada awal berdirinya, PTKI merupakan Pusat Pendidikan dan Pengembangan Industri Kimia disingkat Pus-PPIK. Didirikan pada tahun 1982 dengan bantuan

Grant Aids dari pemerintah Jepang yang dikelola oleh suatu badan kerjasama luar negeri pemerintah Jepang yang bernama JICA (Japan International Chemical Agency) .

Pus-PPIK yang berlokasi di Jl. Medan Tengara VII Medan diresmikan penggunaannya oleh bapak Menteri Perindustrian pada bulan Pebruari 1983 yang mempunyai areal seluas 8 Ha terdiri dari separuh kampus Pus-PPIK dan separuhnya lagi untuk perumahan pegawai, asrama mahasiswa, kantin dan fasilitas olahraga lainnya .

Pada awal berdirinya Pus-PPIK menyelenggarakan pendidikan program Diploma III dengan jurusan Teknologi Kimia dan Teknik Pemeliharaan Mesin dengan jumlah mahasiswa masing–masing jurusan 50 (lima puluh) orang.

(30)

dan tanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal yang sehari–harinya dibina oleh Pusdiklat–Indag. Pendidikan Teknologi Kimia Industri dipimpin oleh seorang kepala.

2.1.1. Dasar Pendidikan

a. Pancasila dan Undang–Undang Dasar 1945

b. Ketetapan MPR No.II / MPR / 1986 tentang Garis–Garis Besar Haluan Negara

c. Undang–Undang Pendidikan No. 22 Tahun 1981 tentang Perguruan Tinggi

d. Undang–Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

e. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1988 f. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999 .

2.1.2. Latar Belakang Pendidikan Teknologi Kimia Industri

a. Pembangunan Industri Nasional secara mendasar memerlukan tenaga terdidik dan terampil dengan keahlian tertentu/khusus dalam bidang kimia industri baik pada tingkat Perguruan Tinggi maupun tingkat profesional. b. Perkembangan industri Indonesia yang kaya dengan sumber bahan

(31)

mempunyai pengetahuan dan keterampilan baik untuk menangani/ mengoperasikan pabrik tersebut secara profesional.

c. Sumber daya manusia di Indonesia sangat besar, lulusan SMU dan SMK setiap tahunnya bertambah banyak dan menuntut penyediaan kesempatan belajar di Perguruan Tinggi/Akademi.

d. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga Ahli Madya yang sangat diperlukan oleh industri/pebrik tersebut perlu diselenggarakan Pendidikan Program Diploma III di bidang Industri Kimia dengan nama Pendidikan Teknologi Kimia Industri.

2.1.3. Ruang Lingkup Pendidikan Teknologi Kimia Industri

Sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi Pendidikan Teknologi Kimia Industri mempunyai tiga fungsi, yaitu penyelenggarakan pendidikan yang bersifat regular, penelitian, pengabdian pada masyarakat yang bentuk penanganannya sebagai berikut :

a. Pendidikan yang bersifat regular

Pendidikan yang bersifat regular adalah merupakan pendidikan program Diploma Tiga (III) yang jangka waktu enam semester untuk menghasilkan lulusan tenaga ahli tingkat madya yang sangat dibutuhkan dalam suatu industri/pabrik. Pendidikan Program Diploma ini mempunyai dua jurusan yaitu:

(32)

b. Pendidikan yang bersifat nonreguler

Yang dimaksud dengan pendidikan nonregular ini adalah kursus–kursus latihan–latihan jangka pendek sekitar satu sampai enam bulan tergantung kepada tingkat pengetahuan/keahlian yang ingin dicapai, dengan menggunakan sarana latihan yang tersedia di Pendidikan Teknologi Kimia Industri, seperti: Pabrik Mini, Work Shop, Laboratorium dan Elektronika. Pabrik atau Instalasi lain dan dapat diadakan setiap saat dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan pengetahuan/keahlian yang dikehendak.

c. Pelayanan jasa teknis kepada masyarakat industri

Pendidikan Teknologi Kimia Industri disamping menyelenggarakan pendidikan dan latihan, melaksanakan pelayanan jasa–jasa teknis bagi industri, seperti: seminar–seminar pelayanan informasi teknik, penelitian dan pembandingan, pengujian dan pemeriksaan bahan serta hasil industri, konsultasi dengan kunjungan ke pabrik, kerjasama penelitian dan pembangunan.

2.1.4. Tujuan Pendidikan Teknologi Kimia Industri a. Tujuan umum/tujuan institusional

(33)

2) Berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.

3) Mendidik mahasiswa agar terbuka, tanggap terhadap perubahan demi kemajuan ilmu dan teknologi maupun masalah yang dihadapi masyarakat, khususnya masyarakat industri.

4) Menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan/ keterampilan dalam bidang industri pada umumnya dan industri pada khususnya.

5) Menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan untuk menerapan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pengoperasian dan pemeliharaan pabrik secara professional.

6) Menghasilkan lulusan yang memiliki potensi memperkuat bidang industri dan mampu menciptakan lapangan kerja.

b. Tujuan khusus pendidikan masing–masing jurusan

1) Tujuan pendidikan Jurusan Teknologi Kimia Industri, mendidik tenaga kerja yang:

a) Mampu mengenal fungsi dan kegunaan dari peralatan pabrik pada umumnya dan pabrik kimia pada khususnya.

(34)

c) Mampu membaca dan mempelajari diagram alir proses dan diagram alir pipa serta instrument yang terdapat di dalam suatu pabrik.

d) Mampu mengoperasikan pabrik sesuai dengan prosedur kerja yang aman bagi peralatan pabrik dan pekerja itu sendiri, baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan darurat.

e) Mampu terampil dalam pengendalian suatu produksi. f) Mempunyai pengetahuan dalam pengolahan suatu produksi. g) Mampu menjadi supervisor dalam suatu pabrik.

2) Tujuan pendidikan Teknologi Mekanik Industri

a) Mampu mengenal fungsi dan kegunaan dari peralatan pabrik, serta bagian–bagian dari peralatannya secara mendalam.

b) Mampu dan terampil mengoperasikan peralatan untuk mengetahui sifat–sifat dan kondisi bahan yang terdapat dalam peralatan pabrik.

c) Mampu membaca diagram alir proses, diagram pipa dan instrument dari suatu pabrik mampu membaca dan membuat gambar teknik.

d) Mampu dan terampil dalam mengoperasikan peralatan yang terdapat dalam suatu pabrik secara baik dan aman untuk keperluan perbaikan pabrik.

(35)

2.7. Jati Diri, Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan Jurusan Teknologi Mekanik Industri

Pendidikan Teknologi Kimia Industri merupakan Perguruan tinggi setingkat Diploma III dibawah naungan Departemen perindustrian sesuai dengan SK Menteri perindustrian No. 467/M/SK/12/1986 Tanggal 13 Desember 1986 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan R.I No. 58/MPP/Kep/10/2003 tentang Statuta Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan. Mengasuh dua jurusan yaitu:

l. Jurusan Teknologi Kimia Industri (TKI) 2. Jurusan Teknologi Mekanik Industri (TMI)

Pendidikan Teknologi Kimia Industri di bawah Sekretaris Jenderal Departemen Perindustrian sehari-harinya dibina oleh PUSDIKLAT, yang mengacu kepada Visi Pusdiklat "Pada Tahun 2020 menjadi Institusi Pelopor Diklat Industri dan Perdagangan berbasis kompetensi dan Pencipta perubahan disarnping program pengembangan industri".

Dari visi Pusdiklat tersebut PTKI Medan merumuskan visinya. Terwujudnya Pendidikan Teknologi Kimia Industri sebagai perguruan Tinggi yang tangguh dan mandiri, dapat menghasilkan Industrial yang mampu berkompetensi terhadap dunia usaha dan Industri, Misinya "Melaksanakan Tridharma perguruan tinggi secara terstruktur dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi dan kebutuhan Industri melalui pendidikan, pelatihan dan pengabdian Masyarakat”.

(36)

2.2.1. Visi

Menjadi salah satu jurusan yang mampu menghasilkan lulusan Diploma III yang berkualitas tinggi, terampil, mitra dunia industri dalam bidang teknologi pemeliharaan pabrik.

2.2.2. Misi

l. Menyelenggarakan kerjasama dengan dunia industri untuk mengembangkan industri guna mendapatkan informasi tentang perkembangan teknorogi pemeliaharaan pabrik.

2. Menyelenggarakan pelatihan industri berupa seminar dan kursus yang berwawasan dalam bidang teknologi pemeliharaan pabrik.

3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dengan kurikulum berbasis kompetensi yang berkonsentrasi pada bidang teknologi pemeliharaan pabrik.

4. Melengkapi sarana dan prasarana laboratorium dan pelatihan bagi staf pengajar.

2.2.3. Tujuan

(37)

2. Menghasilkan Ahli Madya Diploma III yang mampu memanfaatkan dan mengaplikasikan teknologi informasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.2.4. Tinjauan Pengembangan Program Studi Teknologi Mekanik Industri l. Meningkatkan jumlah lulusan Diploma III Teknologi Mekanik Industri. 2. Mempersiapkan lulusan sehingga mampu bersaing di Masyarakat Industri. 3. Mengarahkan lulusannya kepada bidang yang lebih spesifik agar mampu

mempelopori perkembangan Iptek skala Nasional dan Intenasional khususnya di Sumatera.

4. Agar mampu memberi sumbangan pada pelaksanaan otonomi daerah. 5. Memperpendek masa studi dengan kelulusan yang lebih baik dengan

memperhatikan norma-norma akademi yang berkualitas.

2.3. Lokasi Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan

(38)

Gambar 2.1. Denah Lokasi Kampus PTKI Medan

Sumber

2.4. Organisasi dan Manajemen 2.4.1. Struktur Organisasi PTKI Medan

(39)
(40)

2.4.2. Struktur Organisasi Teknologi Mekanik Industri (TMI) PTKI Medan Struktur Organisasi Teknologi Mekanik Industri berbentuk organisasi garis.

Organisasi garis merupakan organisasi tertua dan paling sederhana, karena setiap

bagian-bagian yang ada langsung berada di bawah seorang pemimpin serta pemberian

wewenang dan tanggung jawab bergerak vertikal ke bawah dengan pendelegasian yang

tegas, melalui jenjang hierarki yang ada. Struktur Organisasi Teknologi Mekanik

Industri dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Struktur Organisasi Jurusan Teknologi Mekanik Industri

2.5. Staf Akademik

PTKI Medan khususnya Jurusan TMI (Teknologi Mekanik Industri) memiliki staf pengajar berjumlah 27 orang sebagai dosen tetap dan semua telah berstatus pegawai negeri, sedangkan staf pengajar yang tidak tetap berjumlah 10 orang.

a. Staf Pengajar Tetap

Jurusan Teknologi Mekanik Industri (TMI) memiliki staf pengajar tetap dengan jenjang pendidikan mulai dari D3 sebanyak 1 orang, jenjang S1 sebanyak 18

KETUA JURUSAN

SEKRETARIS JURUSAN

KELOMPOK DOSEN LABORATORIUMKEPALA

(41)

orang, dan jenjang S2 sebanyak 8 orang dari total staf pengajar tetap sebanyak 27 orang. Jumlah staf pengajar S2 terus ditingkatkan terlihat dari adanya beasiswa yang diberikan oleh pemerintah khususnya Kementerian Perindustrian guna meningkatkan kualitas SDM staf-staf Pengajar (Dosen) PTKI Medan. Adapun jumlah staf pengajar yang mengikuti program beasiswa dari Kementerian Perindustrian untuk jenjang S2 di jurusan TMI sebanyak 7 orang.

b. Staf Pengajar Tidak Tetap

Staf pengajar tidak tetap yang terdapat di Teknologi Mekanik Industri adalah sebanyak 13 orang, dengan jenjang pendidikan S1 sebanyak 5 orang, dan S2 sebanyak 8 orang.

Adapun mata kuliah yang dibawakan adalah agama (3 orang), teknik K3 (1 orang), penulisan karya Ilmiah (1 orang) , matematika teknik I & II (2 orang), PPKN (1 orang), satuan operasi I & II (1 orang), fisika teknik I & II (1 orang), konversi energi (1 orang), pneumatik teknik pendingin (1 orang), psikologi industri (1 orang).

c. Staf Jurusan Teknologi Mekanik Industri

Jurusan Teknologi Mekanik Industri terdiri dari 3 orang staf pegawai dengan latar belakang pendidikan 2 orang sarjana S1 dan 1 orang D3.

2.6. Fasilitas Belajar Jurusan Teknologi Mekanik Industri (TMI)

Untuk kelancaran kegiatan belajar dan mengajar, maka Jurusan Teknologi Mekanik Industri memberi fasilitas antara lain:

(42)

2. Terdapat juga peralatan pendukung seperti OHP dan infokus serta layar infokus.

3. Laboratorium Jurusan Teknologi Mekanik Industri yang memadai. Adapun laboratorium yang dimiliki TMI yaitu:

a. Laboratorium Komputer b. Laboratorium Fisika c. Laboratorium Bahasa d. Laboratorium Kimia Dasar e. Laboratorium Material Test

f. Laboratorium Sistem Operasi g. LaboratoriumTeknik Tenaga Listrik h. Laboratorium Menggambar

i. Laboratorium Elektromicroscope j. Laboratorium Konversi Energi k. Mini Plant

l. Workshop

(43)

BAB III

KERANGKA TEORITIS

3.1. Pendidikan Tinggi Dan Perguruan Tinggi1

3.1.1. Pengertian Pendidikan Tinggi dan Perguruan Tinggi

1. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magisterspesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. 2. Perguruan tinggi adalah penyelenggara pendidikan tinggi untuk jenis

pendidikan vokasi, akademik, dan/ atau profesi.

3.1.2. Jenis Pendidikan Tinggi

1. Jenis pendidikan tinggi meliputi: a. Pendidikan vokasi

b. Pendidikan akademik c. Pendidikan profesi

2. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai dengan program sarjana terapan dapat dikembangkan oleh Pemerintah sampai program magister terapan atau program doktor terapan2

1

Standart isi pendidikan tinggi BSPN 2010 hal. 5-6

.

2

(44)

3. Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

4. Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

3.1.3. Bentuk Perguruan Tinggi 1. Perguruan tinggi dapat berbentuk :

a. Akademi b. Politeknik c. Sekolah Tinggi d. Institut

e. Universitas

2. Akademi menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu.

3. Politeknik menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.

(45)

5. Institut menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

6. Universitas menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

3.1.4. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi diselenggarakan oleh perguruan tinggi melalui program Pendidikan vokasi terdiri dari :

a. Program Diploma Satu b. Program Diploma Dua c. Program Diploma Tiga d. Program Diploma Empat.

3.2. Faktor-Faktor Akademik Yang Mempengaruhi Kepuasan Mahasiswa3 Berdasarkan buku pedoman penyusunan portofolio akreditasi institusi perguruan tinggi, terdapat 15 atribut yang termasuk dalam standar akreditasi perguruan tinggi. Namun, yang menjadi pedoman sebagai faktor-faktor akademik yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa hanya diambil 6 atribut yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa. Faktor faktor tersebut adalah:

3

(46)

3.2.1. Sumber Daya Manusia

Hal-hal yang berhubungan dengan sumber daya manusia : 1. Sistem rekruitment dan seleksi untuk pengangkatan dosen 2. Kecukupan dosen (rasio dosen tetap : mahasiswa)

3. Kualifikasi dosen (pendidikan) dan jabatan akdemik dosen tetap 4. Program pembinaan, pengembangan dan jaminan kesejahteraan 5. Tenaga Kependidikan (Tenaga Pendukung/Penunjang Akademik) 6. Kecukupan dan kualifikasi petugas perpustakaan

7. Program pembinaan, pengembangan dan jaminan kesejahteraan

8. Kode etik atau pedoman disiplin kerja dosen dan tenaga kependidikan yang lengkap dan jelas serta implementasinya

3.2.2. Kurikulum

Program yang mendorong/memfasilitasi Program Studi untuk perbaikan isi kurikulum secara berkesinambungan, meliputi :

1. Pendekatan pembelajaran 2. Design pembelajaran 3. Relevansi Isi

4. Media Pembelajaran

(47)

3.2.3. Sarana dan Prasarana

1. Prasarana (lahan, kantor, ruang dosen, ruang diskusi/seminar, laboratorium, studio)

2. Sarana (peralatan dan perabotan kantor, peralatan laboratorium, studio, bengkel, lahan percobaan, serta fasilitas komputer)

3. Perpustakaan dan Bahan Pustaka

3.2.4. Sistem Pembelajaran

Rancangan pembelajaran mahasiswa, meliputi : 1. Pedoman pengembangan rancangan pembelajaran

2. Pelaksanaan pedoman pengembangan rancangan pembelajaran

3. Pedoman bimbingan akademik, bimbingan penelitian dan penulisan tugas akhir/skripsi/tesis/disertasi dan karya ilmiah lainnya

3.2.5. Suasana Akademik

1. Kebijakan akademik dalam perkuliahan: penerapan prinsip SAL, evaluasi yang adil dan transparan, feedback dan koreksi, eksplorasi berbagai sumber belajar, berpikir tingkat tinggi, belajar kolaboratis dan mandiri.

2. Kebijakan akademik di luar perkuliahan internal, nasional dan internasional, seminar, lokakarya, symposium, diskusi, perlombaan, pameran, demonstrasi karya ilmiah, penelitian dan pengabdian masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana untuk perwujudan suasana akademik.

(48)

a. Monitoring/pelaporan

b. Evaluasi laporan pelaksanaan c. Tindak lanjut

d. Kebijakan pengembangan perilaku kecendekiawan (kesujanaan)

3.2.6. Sistem Pengelolaan

1. Struktur organisasi dengan kelengkapan komponen organisasi : a. Pimpinan Institusi

b. Senat Perguruan Tinggi atau Senat akademik

c. Pelaksana akademik (fakultas, jurusan/departemen/bagian, dan lembaga-lembaga)

d. Pelaksana administrasi (biro dan bagian) e. Penunjang

f. Dewan Penyantun g. Dewan Audit

2. Kepemimpinan terutama bagaimana pemimpin mengambil keputusan yang melibatkan unsur-unsur lain, kemampuan meningkatkan mutu dan produktifitas institusi, kemampuan meningkatkan anggaran perguruan tinggi, akuntabilitas, dan transparansi.

(49)

modernisasi, peningkatan pelayanan dan peningkatan daya saing (lokal, nasional dan internasional)

4. Pelaksanaan pengelolaan : administrasi umum (perlengkapan, kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, ketatalaksanaan dan hukum, dan pengelolaan administrasi akademik).

5. Kerjasama dan kemitraan institusi dengan instansi atau pihak-pihak di luar perguruan tinggi dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, dengan menjelaskan keseluruhan program dan implementasi, termasuk tujuan pemanfaatan dan manfaat, serta rencana peningkatannya dikaitkan dengan visi, misi, tujuan dan sasaran institusi.

6. Sistem monitoring dan evaluasi.

7. Ketersediaan direktori atau panduan-panduan tertulis yang menjelaskan keseluruhan kegiatan institusi, yang mencakup isi, pemanfaatan dan manfaat direktori dalam rangka pelaksanaan misi dan pencapaian sasaran serta tujuan program studi, termasuk peraturan akademik, peraturan non akademik, daftar dan profil dosen, fasilitas utama serta profil kelulusan.

3.3. Kepuasan Pelanggan dalam Bidang Jasa Pendidikan

(50)

Kepuasan pelanggan sendiri tidak mudah didefinisikan, ada berbagai macam pengertian yang diberi oleh para pakar. Pada jasa pendidikan, pelanggan yang dimaksud yaitu mahasiswa.

Menurut wilkie (1990) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa. Kotler (1997) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan yang diharapkan.

Dari definisi di atas daat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dengan kinerja atau hasil yang dirasakan. Ada beberapa unsur yang penting di dalam kualitas yang ditetapkan pelanggan, antara lain :

1. Pelanggan haruslah merupakan prioritas utama dalam suatu organisasi, karena kelangsungan hidup suatu organisasi tergantung pada pelanggan.

2. Pelanggan yang dapat diandalkan merupakan pelanggan yang paling penting. 3. Kepuasan pelanggan dijamin dengan menghasilkan produk yang berkualitas

tinggi.

3.4. Hubungan Antar Variable 4

Dalam penelitian ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy. Untuk

4

(51)

mengetahui hubungan antara variable independen dengan variable dependen, maka akan di jelaskan sebagai berikut :

3.4.1. Hubungan Tangible dengan Kepuasan Mahasiswa

Pengaruh tangible atau bukti fisik terhadap kepuasan mahasiswa adalah semakin tinggi bukti fisik yang di terima maka semakin tinggi pula kualitas layanan yang di terima oleh mahasiswa. Namun, bila persepsi mahasiswa terhadap bukti fisik rendah, maka kepuasan mahasiswa pun rendah.

3.4.2. Hubungan Reliability dengan Kepuasan Mahasiswa

Pengaruh reliability terhadap kepuasan mahasiswa adalah keandalan mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan mahasiswa. Semakin tinggi tingkat keandalan semakin tinggi pula kualitas layanan yang di terima oleh mahasiswa. Namun sebaliknya semakin rendah tingkat keandalan yang di terima mahasiswa, maka kepuasan mahasiswa pun rendah.

3.4.3. Hubungan Responsiveness dengan Kepuasan Mahasiswa

(52)

3.4.4. Hubungan Emphaty dengan Kepuasan Mahasiswa

Pengaruh emphaty atau empati pada kepuasan mahasiswa adalah semakin tinggi empati, maka semakin tinggi pula kualitas layanan yang di terima mahasiswa. Namun sebaliknya, semakin rendah empati yang berikan kepada pelanggan, maka kepuasan mahasiswa pun akan rendah.

3.4.5. Hubungan Assurance dengan Kepuasan Mahasiswa

Pengaruh assurance atau jaminan pada kepuasan mahasiswa adalah semakin tinggi jaminan semakin tinggi pula kualitas layanan yang diterima mahasiswa. Namun sebaliknya, jika jaminan yang di berikan kepada mahasiswa rendah, maka akan timbul ketidakpuasan mahasiswa.

3.5. Kualitas

(53)

perbedaan diantara kinerja aktual dan standar. Peningkatan kualitas sebagai suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas, serta menentukan dan mengintepretasikan pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu system industri, untuk meningkatkan kualitas produk, guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. (Vincent Gaspersz, 1997: 227) 5.

3.6. Pengertian Pelayanan atau Jasa6

Pada dasarnya perbedaan secara tegas antara barang dan jasa tidaklah mudah dilakukan. Hal ini dikarenakan pembelian barang fisik seringkali dibarengi pula dengan unsur jasa atau pelayanan tertentu seperti pemberian garansi, pelatihan dan bimbingan operasional, dan perawatan. Sebaliknya pembelian suatu jasa tidak jarang juga melibatkan barang-barang yang melengkapi seperti buku tabungan dan kartu ATM untuk jasa tabungan di bank. Jasa adalah proses yang terdiri atas serangkain aktivitas intangible yang biasanya terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia jasa, sekalipun pihak-pihak yang terlibat mungkin tidak menyadarinya.

Kotler mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya yang pada dasarnya bersifat tidak berwujud (intangible) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Walaupun demikian, produk jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak.

Penawaran sebuah perusahaan kepada pasar sasarannya biasanya mencakup beberapa jenis jasa. Komponen jasa ini bisa merupakan bagian kecil ataupun bagian 5

Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa. Gramedia. Jakarta. 6

(54)

utama dari keseluruhan penawaran tersebut. Pada kenyataannya, suatu penawaran dapat bervariasi dari dua kutub ekstrim, yaitu murni berupa barang pada satu sisi dan jasa murni pada sisi lainnya.

3.7. Karakteristik jasa7

Jasa memiliki lima karakteristik unik yang membedakannya dari barang dan berdampak pada strategi mengelola dan memasarkannya. Kelima strategi tersebut yaitu :

1. Tidak berwujud (Intangibility)

Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, material atau benda, maka jasa justru merupakan perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance) atau usaha. Bila barang dapat dimiliki maka jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki (non-ownership). Walaupun sebagian besar jasa dapat berkaitan dan didukung dengan produk fisik. Esensi dari apa yang dibeli pelanggan adalah kinerja yang diberikan oleh pihak tertentu kepada pihak lainnya. Jasa bersifat intangible, artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Konsep intangible ini sendiri memiliki dua pengertian yaitu: 1) Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasakan, 2) Sesuatu yang tidak mudah didefenisikan, dirumuskan atau dipahami secara rohaniah.

(55)

maka ia hanya menggunakan, memanfaatkan atau menyewa jasa tersebut. Produk-produk intangible diyakini lebih sulit dievaluasi, karenanya bisa menimbulkan tingkat ketidakpastian dan persepsi resiko yang besar.

2. Bervariasi (Variability)

Jasa bersifat sangat variable karena merupakan non-standardized output,

artinya terdapat banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis. Tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut di produksi. Sebagai contoh dua orang yang datang ke salon yang sama dan meminta model rambut yang sama tidak akan mendapatkan hasil yang seratus persen identik. Hal semacam ini terjadi karena jasa melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya. Berbeda dengan mesin, orang biasanya tidak bisa diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilakunya. Terdapat tiga faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa yaitu: 1. Kerjasama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa; 2. Moral atau motivasi karyawan dalam melayani pelanggan dan; 3. Beban kerja perusahaan.

Penyedia jasa dapat mengupayakan pengurangan dampak variabilitas melalui empat strategi utama yaitu :

a. Berinvestasi dalam proses rekrukmen, seleksi, pemotivasian, pelatihan dan pengembangan karyawan sehingga mampu mematuhi prosedur standar dan menangani permintaan yang sifatnya unpredictable.

b. Melakukan standarisasi proses pelaksanaan jasa atau industrialisasi jasa. c. Melakukan service customization, yaitu meningkatkan interaksi antara

(56)

d. Memantau kepuasan pelanggan baik secara pasif (misal kotak saran) maupun survey kepuasan pelanggan.

3. Tidak terpisahkan (Inseparibility)

Barang biasanya diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual, baru dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. Seperti contoh dokter gigi tidak dapat memperoduksi jasanya tanpa kehadiran pasien. Selain hadir secara fisik dan mental, pasien bersangkutan secara actual juga berperan sebagai co-producer dalam proses operasi jasa, dengan jalan menjawab pertanyaan-pertanyaan dokter dan menjelaskan segala kebutuhan spesifiknya.

4. Mudah lenyap (Perishability)

Perishability berarti jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat disimpan untuk pemakaian ulang di waktu datang, dijual kembali, atau dikembalikan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau jam tertentu tanpa pasien di tempat praktik dokter umum akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan. Kondisi semacam ini tidak menjadi masalah jika permintaan konstan, namun permintaan pelanggan terhadap sebagian besar jasa bersifat fluktuatif. Misal jasa transportasi antar kota akan melonjak seputar masa lebaran.

(57)

5. Lack of ownership

Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bias mengkonsumsi, menyimpan atau menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas (misalnya kamar hotel, bioskop, jasa penerbangan, dan pendidikan).

Menurut Philip Kotler (2002:429), komponen jasa merupakan suatu bagian yang utama dari seluruh penawaran, hal tersebut dapat dibedakan menjadi lima kategori antara lain :

1. Pure Tangible Good, barang berwujud yang hanya menilputi barang yang dapat dilihat seperti sabun, pasta gigi, atau gula. Tidak terdapat jasa yang mendampingi produk tersebut.

2. Tangible Good With: Accompanying Service, barang berwujud dengan jasa tambahan yang terdiri dari barang nyata, disertai oleh satu atau lebih jasa untuk memperkuat daya tarik konsumen. Misalnya penjualan mobil atau computer yang sangat bergantung pada kualitas barang tersebut dan tersedianya pelayanan purna jual atau bergaransi.

3. Hiebried, terdiri dari barang dan jasa dengan property yang sama seperti restoran yang harus didukung oleh makanan dan pelayanannya.

(58)

disertai juga pelayanan tambahan seperti amakann dan minuman serta majalah.

5. Pure Service, jasa murni, yang menawarkan suatu jasa seperti jasa penjaga bayi, memasukkan pelayanan psioterapi dalam pemijatan (massage).

3.8. Proses Penilaian Kualitas Pelayanan8

Proses penilaian suatu jasa oleh pelanggannya dimulai sebelum ia berinteraksi dengan penyedia jasa itu sendiri. Sebelum berinteraksi, pelanggan melakukan penjajakan apakah penyedia jasa akan bisa memenuhi kebutuhannya. Dibenak pelanggan terbentuk jasa yang diharapkan (expected services).

Proses penilaian awal untuk membentuk expected services dipengaruhi oleh 4 faktor, dapat dilihat pada Gambar 3.1.

1. Personal needs (kebutuhan pribadi) 2. Past experience (pengalaman masa lalu)

3. External communication (komunikasi eksternal) 4. Word of mouth (komunikasi antar perorangan)

(59)

Komunikasi antar perorangan

Kebutuhan perorangan

Pengalaman masa lalu

Dimensi Kualitas :

• Tangibles

• Responsivenss

• Assurance

• Empaty

• Reliability

Jasa yang diharapkan

Jasa yang diterima

Kualitas jasa yang diterima Komunikasi

eksternal

Gambar 3.1. Assesment / Evaluasi Pelanggan terhadap Kualitas Jasa

3.9. Service Quality (SERVQUAL)9

Kolaborasi antara tiga pakar terkemuka kualitas layanan, A. Parasuraman, Leonard L. Berry dan Valerie A. Zeithaml dimulai pada tahun 1983. Reputasi dan kontribusi ketiga pakar ini dimulai dari paper konseptual mereka berjudul “A Conceptual Model of Service Quality and Implications for future Research” yang dipublikasikan di Journal of Marketing. Dalam artikel tersebut, Parasuraman,dkk., mengemukakan konsep 5 kesenjangan kualitas layanan (five service quality gaps) yang berpotensi menjadi sumber masalah kualitas layanan. Instrumen SERVQUAL

bermanfaat dalam melakukan analisa gap. Karena biasanya layanan/jasa bersifat intangible, kesenjangan komunikasi dan pemahaman antara karyawan dan pelanggan berdampak serius terhadap persepsi atas kualitas layanan. Gap-gap yang biasanya terjadi dan berpengaruh terhadap kualitas layanan seperti terlihat pada Gambar 3.2.

9

(60)

1. Gap 1: persepsi manajemen, yaitu adanya perbedaan penilaian pelayanan menurut pengguna jasa dan persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa. Kesenjangan ini terjadi karena kurangnya orientasi riset pemasaran, pemanfaatan yang tidak memadai atas penemuan penelitian, kurangnya interaksi antara pihak manajemen dan pelanggan, komunikasi dari bawah ke atas kurang memadai serta terlalu banyaknya tingkat manajemen. Dengan kata lain, manajemen tidak selalu dapat merasakan apa yang diinginkan para pelanggan secara cepat.

Komunikasi Kebutuhan pribadi Pengalaman masa lalu

Jasa yang diharapkan

Jasa yang dipersepsikan

Penyampaian Jasa

Spesifikasi Kualitas

Persepsi Manajemen atas Harapan Pelanggan

Komunitas Eksternal kepada Pelanggan Konsumen

Pemasar

Gap 5

Gap 4

Gap 3

[image:60.595.164.471.328.578.2]

Gap 2 Gap 1

Gambar 3.2. Model Konseptual Kualitas Jasa SERVQUAL

(61)

ketidaklayakan, tidak memadainya standarisasi tugas dan tidak adanya penyusunan tujuan.

3. Gap 3: penyampaian jasa, yaitu kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyerahan jasa (delivery service). Karyawan perusahaan mungkin kurang dilatih atau bekerja melampaui batas dan tidak memenuhi standar atau mereka dihadapkan pada standar-standar bertentangan.

4. Gap 4: komunikasi pemasaran, yaitu kesenjangan yang terjadi antara jasa yang diberikan melalui iklan, humas, dengan penyampaian layanan yang sesungguhnya. Harapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh wakil dan iklan perusahaan.

5. Gap 5: penyampaian jasa, yaitu perbedaan persepsi antara yang dirasakan dengan jasa yang diharapkan oleh pelanggan. Adanya perbedaan antara jasa yang dirasakan dan yang diharapkan pelanggan.

(62)

Perceptions of Service Quality. Dalam artikel tersebut mereka mengemukakan pendekatan dengan mendefinisikan dan mengukur, baik kinerja (perceived performance=P) layanan yang diterima pelanggan dan layanan yang diharapkan oleh pelanggan (customer expectation = E).

Kunci untuk memaksimalkan kualitas adalah dengan memaksimalkan selisih antara dua hasil pengukuran itu (P-E), atau dengan kata lain memaksimalkan kelebihan layanan yang diterima oleh pelanggan dibandingkan dengan layanan yang diharapkan oleh pelanggan tersebut.

Valerie A Zeithaml, dkk. menggunakan lima dimensi pokok untuk mengukur kualitas jasa, yakni tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Berikut ini penjelasan dimensi kualitas jasa tersebut:

1. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan dan sarana komunikasi.

2. Keandalan (relilability), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan. 4. Jaminan (assurance), meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan

(63)

ditawarkan, dan kemampuan dalam menentukan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.

Dimensi jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi:

a. Kompetensi (competency), artinya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan untuk melakukan pelayanan.

b. Kesopanan (courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian, dan sikap para karyawan.

c. Kredibilitas (credibility), meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi, dan sebagainya.

d. Security, sebagai rasa bebas dari bahaya resiko dan keragu-raguan.

5. Empati (empathy), yaitu perhatian secara individual secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan, seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya.

Dimensi empati ini merupakan gabungan dari dimensi:

a. Akses (access), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan perusahaan.

(64)

c. Pemahaman pada pelanggan (understanding the customer), meliputi usaha perusahaan utnuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.

[image:64.595.112.520.321.540.2]

Berikut tabel 3.1. yang menggambarkan hubungan korespondensi antara dimensi SERQVUAL dan Original 10 dimensi untuk evaluasi kualitas pelayanan di bawah ini:

Tabel 3.1. Korespondensi antara dimensi SERQVUAL dan Original 10 dimensi untuk evaluasi kualitas pelayanan

Original Ten Dimensions for

Evaluating Service Quality

Tangibles Reliability Responsivness Assurance Empaty

Tangibles

Reliability

Responsivness

Competence

Courtesy

Credibility

Security

Access

Communication

Understanding

the Customer

Sumber: Valarie A. Zeithaml, A. Parasuraman, Leonard L. Berry (1990), Delivering quality service: balancing customer perception and expectations, New York, Penerbit The Free Press, p. 25

3.10. Quality Function Deployment10

Quality Function Deployment (QFD) merupakan suatu alat/metode yang digunakan untuk memusatkan perhatian pada hal-hal yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen dalam penyusunan standar layanan. Sedangkan definisi atau

(65)

pengertian Quality Function Deployment (QFD) berdasarkan pendapat para ahli atau pakar sebagai berikut :

1. Cohen (1995) memberikan definisi atau pengertian Quality Function Deployment (QFD) sebagai sebuah metode yang dipakai untuk mengembangkan dan merencanakan produk agar tim pengembang dapat menspesifikasi secara rinci kebutuhan dan keinginan customer.

2. Ermer (1995) memberikan definisi atau pengertian Quality Function Deployment (QFD) sebagai sebuah metode perbaikan kualitas yang didasarkan pada pencarian input secara langsung dari konsumen untuk selanjutnya dipikirkan bagaimana cara memenuhi input tersebut.

3. Akao (1990) memberikan defenisi bahwa QFD merupakan metode sistematis untuk mendapatkan sebuah produk berkualitas yang membutuhkan proses rekayasa dengan sangat memperhatikan keinginan konsumen.11

Quality Function Deployment (QFD) digunakan untuk menangkap suara dan keinginan customer, kemudian mengkonversikannya ke dalam strategi yang tepat serta produk dan proses yang dibutuhkan. Harapan-harapan dari customer diterjemahkan kedalam kebutuhan-kebutuhan yang spesifik menjadi arah perencanaan strategi dan tindakan teknik. Tindakan-tindakan teknik yang dilakukan dalam Quality Function Deployment (QFD) meliputi empat proses utama, yaitu product planning, design planning, process planning dan production planning. Proses-proses tersebut merupakan suatu susunan proses yang terstruktur dan sistematis, yang memudahkan teknisi untuk mewujudkan keinginan customer dengan 11

(66)

tepat. Setiap proses saling berurutan dan berkesinambungan satu dengan yang lain, sehingga tidak dapat dilakukan secara terpisah.

3.10.1. Konsep Dasar QFD12

Dalam konteks pemuasan kebutuhan pelanggan dikenal konsep Quality Function Deployment (QFD). Konsep QFD dikembangkan untuk menjamin bahwa produk yang memasuki tahap produksi benar-benar akan dapat memuaskan kebutuhan pelanggan dengan jalan membentuk tingkat kualitas yang diperlukan dan dengan kesesuaian yang maksimum, pada setiap tahap pengembangan produk.

Quality Function Deployment (QFD) dikembangkan pertama kali pada tahun 1972 oleh Mitsubishi’s Shipyard di Kobe, Jepang. Inti dari QFD adalah suatu matriks besar yang akan menghubungkan apa keingina pelanggan (WHAT) dan bagaimana suatu produk akan didesaian dan diproduksi agar memenuhi kebutuhan pelanggan (HOW).

Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin, yang mana kebutuhan dan keinginan mereka dijadikan sebagai titik awal (starting point) dari proses QFD. Oleh karena itu maka QFD disebut sebagai voice of customer. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak selalu puas dengan suatu produk-meskipun produk tersebut telah dihasilkan dengan sempurna.

(67)

Secara garis besar implementasi QFD terdiri dari tiga fase utama yang sebelumnya didahului oleh fase perencanaan dan persiapan. ketiga fase yaitu :

1. Tahap pengumpulan suara pelanggan, Voice of Customer

2. Tahap penyusunan Rumah Kualitas, House of Quality

3. Tahap analisis dan interprestsi

3.10.2. Tahapan QFD13

Ada beberapa tahapan dalam membuat QFD, antara lain:

1. Fase I adalah mengumpulkan suara pelanggan (voice of customer), yaitu penentuan kebutuhan atribut yang diperoleh melalui kuesioner.

2. Fase II adalah menyusun rumah kualitas (house of quality), yang terdiri atas penentuan derajat kepentingan, evaluasi kinerja atribut terhadap pesaing, nilaitarget, rasio perbaikan, sales point, bobot, normalisasi bobot, parameter teknik,hubungan antara parameter teknik dengan kebutuhan konsumen, hubungan antar parameter teknik, nilai matriks interaksi dengan parameter teknik, prioritas dari setiap parameter teknik.

3. Fase III adalah analisa dari tahap-tahap di atas.

3.10.3. Manfaat QFD14

Adapun manfaat dari QFD adalah sebagai berikut:

1. Rancangan produk baru dapat dipusatkan pada kebutuhan pelanggan karena kebutuhan tersebut sudah lebih dulu dipahami.

13

Ginting, Rosnani. Perancangan Produk. Graha Ilmu. Yogyakarta. Hlm. 143-146 14

(68)

2. Kegiatan menganalisa dapat lebih diutamakan dan dipusatkan pada kebutuhan pelanggan.

3. Dapat menganalisis kinerja produk perusahaan terhadap pesaing utama untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

4. Dapat memfokuskan pada upaya rancangan sehingga akan mengurangi waktu untuk perubahan rancangan secara keseluruhan sehingga akan mengurangi waktu pemasaran produk baru.

5. Dapat mendorong terselenggaranya tim kerja antar departemen.

6. Dapat menyediakan cara untuk membuat dokumentasi proses dan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan.

3.10.4. Struktur QFD15

Penerapan metodologi QFD dalam proses perancangan produk diawali dengan pembentukan matriks perencanaan produk atau disebut dengan house of quality. Bagan HOQ secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.3.

A

Customer Needs and Benefits

D Relationships - What do the customer requirement mean to the manufaktur

- Where are the interactions between relationships

F Technical Matrix - Technical Response Priorities - Competitive Technical Benchmarks - Technical Targets

B Planning Matrix - Importance to Customer - Current Satisfaction Performance - Competitive Satisfaction Performance - Goal

- Improvement Ratio - Sales Point - Raw Weight - Normalized Raw Weight C

Technical Response (Technical Requirement)

E Technical Correlations

(69)

Bagian A :

Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan atau keinginan pelanggan (customer needs and benefits). Fase ini menggunakan proses diagram afinitas dan kemudian disusun secara hirarki dengan tingkat kebutuhan paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi. Kebanyakan tim pengembang mengumpulkan suara pelanggan dengan interview dan kemudian disusun secara hirarki

Bagian B :

Planning Matrix merupakan bagian kedua HOQ dan disebut sebagai tempat penentuan sasaran atau tujuan produk, didasarkan pada interpretasi tim terhadap riset pasar. Penetapan tujuan merupakan gabungan antara prioritas-prioritas kebutuhan pelanggan.

Bagian C :

Bagian ketiga HOQ adalah technical response, merupakan gambaran produk atau jasa yang akan dikembangkan. Biasanya gambaran tersebut diturunkan dari customer needs di bagian pertama HOQ.

Bagian D :

Bagian keempat HOQ adalah relationships, merupakan bagian terbesar dari matriks dan menjadi bagian terbesar dari pekerjaan. Pada fase ini menggunakan metode matriks prioritas.

Bagian E :

(70)

menentukan desain yang mengalami bottleneck dan menentukan kunci komunikasi di antara para desainer.

Bagian F :

Bagian ini berisi tiga jenis data yaitu :

1. Technical response priorities, urutan tingkat kepentingan (ranking) persyaratan teknis.

2. Competitive technical benchmark, informasi hasil perbandingan kinerja persyaratan teknis produk yang dihasilkan dari perusahaan terhadap kinerja produk pesaing.

3. Target technical, target kinerja persyaratan teknis untuk produk atau jasa baru yang akan dikembangkan.

Selama ini penggunaan metode QFD sering diketahui dan digunakan dalam industri manufaktur. Tidak banyak orang yang tahu bahwasanya metode in juga bisa digunakan dalam industri jasa. Belakangan ini topik tentang aplikasi metode QFD dalam perancangan peningkatan/perbaikan kualitas sistem pelayanan dalam rangka pemenuhan kepuasan pelanggan mulai berkembang.

(71)

pelanggan diterjemahkan menjadi karakteristik teknis, sedangkan pada industri jasa kebutuhan dan keinginan pelanggan diterjemahkan ke dalam karakteristik-karakteristik desain sistem jasa pelayanan yang diperlukan perusahaan untuk memenuhi persyaratan pelanggan tersebut.

3.11. Pembuatan Kuisioner16

Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Pada penelitian, penggunaan kuesioner merupakan hal yang sangat pokok dalam pengmpulan data. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevann dengan tujuan dengan cara mengisi pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terhadap responden yang dipilih. Syarat pengisian kuesioner adalah pertanyaan harus jelas dan mengarah ketujuan penelitian.

Ada empat komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu :

1. Adanya subjek, yaitu individu a

Gambar

Gambar 3.2. Model Konseptual Kualitas Jasa SERVQUAL
Tabel 3.1. Korespondensi antara dimensi SERQVUAL dan Original 10 dimensi untuk evaluasi kualitas pelayanan
Gambar 4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian
Gambar 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

&gt;= Lebih besar atau sama dengan &lt;= Lebih kecil atau sama dengan

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengkajian tentang keterlibatan unit bisnis pada pengelolaan investasi TI dengan menggunakan kerangka kerja VAL IT dan

penjelasan seperlunya tentang lembaga eksekutif. 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 3) Menugaskan siswa membentuk kelompok untuk berdiskusi. 4)

Faktor penyebab kesalahan yang dilakukan siswa adalah rata-rata siswa ketika ditanya kenapa bisa salah dalam mengerjakan soal tersebut adalah dikarenakan mereka

Bekas Menteri Pertahanan Kabinet Kerja; Bintang Republik Indonesia Adipradana; Tanpa SK Presiden, Disematkan Tahun 1961.. FATMAWATI SOEKARNO,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas promosi Toraja Destination Management Organization (DMO) dalam

Pada skala 20m ini, hasil segmentasi menggunakan metode yang diusulkan menunjukkan bahwa objek-objek dalam citra dapat disegmentasi lebih baik dari hasil segmentasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan etil asetat dari dari bahan baku kulit pisang raja melalui proses fermentasi dan dilanjutkan dengan reaksi