• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebutuhan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Rawat Inap Menggunakan Metode Servqual Dan Quality Function Deployment (Qfd) Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kebutuhan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Rawat Inap Menggunakan Metode Servqual Dan Quality Function Deployment (Qfd) Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA RAWAT INAP MENGGUNAKAN METODE SERVQUALDANQUALITY FUNCTION DEPLOYMENT(QFD) DI

RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI MEDAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh :

Viva S Damanik

060403044

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan Tugas Sarjana ini.

Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi

untuk menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara. Penulis melakukan penelitian di Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan dengan judul penelitian Analisis Kebutuhan Pelanggan

terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Rawat Inap Menggunakan Metode Servqualdan

Quality Function Deployment(QFD) Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan .

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini,

karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

menyempurnakan laporan ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar laporan Tugas Sarjana ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2011

Penulis,

(3)

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada

Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta

telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan Tugas

Sarjana ini.

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun

administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas

Sarjana ini dan dukungan serta perhatian yang diberikan kepada penulis.

2. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Dosen Pembimbing I atas waktu,

bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan penulis dalam

penyelesaian Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Aulia Ishak, ST., MT selaku Dosen Pembimbing II atas waktu,

bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan penulis dalam

penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Ketua Bidang

Manajemen Rekayasa dan Produksi atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan

(4)

5. Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM. selaku Koordinator Tugas Akhir

Departemen Teknik Industri USU.

6. Ibu Halimatusakdiah sebagai Kepala Personalia Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan sekaligus sebagai pembimbing lapangan yang telah

mengizinkan serta membantu penulis melakukan penelitian dan membantu

penulis dalam pengumpulan data.

7. Staff pegawai Teknik Industri, Bang Ridho, Bang Mijo, Kak Dina, Bang

Nurmansyah, Bang Kumis, Kak Rahma dan Ibu Ani, terimakasih atas

bantuannya dalam masalah administrasi untuk melaksanakan Tugas Sarjana

ini.

8. Orang tua penulis (J. Damanik dan R.D. br. Purba Tanjung) dan

saudara-saudara penulis (abang, kakak dan adik tercinta) yang telah mendukung

penulis dalam doa, dana dan semangat.

9. Ezar Adelpho Tigor Marpaung, sebagai abang dan teman terdekat penulis

yang senantiasa menemani, memberikan semangat, masukan, kesabaran dan

penghiburan di setiap waktu kepada penulis dari mulai awal penelitian sampai

penyelesaian Tugas Sarjana ini.

10. Rekan-rekan sesama asisten di Laboratorium Tataletak Pabrik dan

Pemindahan Bahan (Andi Veriko, Hela, Damayanti, Mastora, Erwin

Haryantan, Astrina, Andrico Ferdian, Marwan, Suwandi), dan semua asisten

baru adikku Mega, Maywanto, Roy Arista, Isnan, Andri, Dian, Meity, dan

Anni Intan atas bantuan dan masukan serta motivasi yang diberikan kepada

(5)

11. Teman-teman KMK St. Albertus Magnus (abang, kakak dan adik di keluarga

St. Yoseph Eng.) yang selalu setia mendoakan penulis dan memberikan

semangat yang luar biasa dari awal hingga selesainya pengerjaan Tugas

Sarjana ini.

12. Eko, Marwan, Yansen, Andi CW, Maylando, Indra, Yansen Siswanto, Romi,

Maryani, Wenny, Julius, Kristina, Silvia, Ronald, Tomo, Riski, Stefani,

Mastora, Santa, Ririn, Maya, Oka, Masheryanto, Ruth, Sartono, Jefri, Dendi,

Akhmad, Sinta, Fieley, Alfi dan keseluruhan rekan-rekan stambuk 2006 yang

(6)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

ABSTRAK... iii

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1

1.2. Rumusan Masalah ... I-4

1.3. Tujuan Penelitian... I-4

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi... I-5

1.5. Manfaat Penelitian... I-6

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir... I-6

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. Fasilitas atau Pelayanan Kesehatan ... II-3

2.2.1. Pelayanan Medis... II-3

2.2.2. Pelayanan Penunjang ... II-4

2.2.3. Fasilitas ... II-4

2.3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Malahayati Medan ... II-5

2.4. Visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan ... II-7

III LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Rumah Sakit ... III-1

3.1.1. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ... III-1

3.1.2. Klasifikasi Rumah Sakit ... III-3

3.1.3. Konsep Mutu dalam Pelayanan Kesehatan di

Rumah Sakit... III-4

3.1.4. Kerangka Konsep Mempertahankan Mutu

dan Meningkatkan Mutu... III-9

3.2. Pengertian Pelayanan atau Jasa ... III-9

3.3. Service Quality(Servqual) ... III-11

3.3.1. Definisi Kualitas Jasa ... III-12

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.3.3. Proses Penilaian Kualitas Pelayanan ... III-17

3.3.4. Menghilangkan kesenjangan (GAP)... III-18

3.4. ModelQuality Function Deployment(QFD) ... III-20

3.4.1. Konsep Dasar QFD... III-20

3.4.2. Struktur QFD ... III-21

3.4.3. Manfaat QFD ... III-24

3.4.4. Penerapan Metode QFD dalam Industri Jasa... III-24

3.5. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... III-25

3.6. Reliabilitas Alat Ukur... III-28

3.7. Validitas Alat Ukur... III-31

3.8. Skala Penilaian ... III-32

3.9. Teknik Sampling ... III-34

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Peneltian... IV-1

4.2. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-1

4.3. Rancangan Penelitian ... IV-3

4.4. Objek Penelitian ... IV-3

4.5. Identifikasi Variabel Penelitian ... IV-4

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.5.2. Variabel Dependen ... IV-4

4.6. Instrumen Penelitian... IV-5

4.7. Teknik Sampling ... IV-5

4.8. Sumber Data ... IV-7

4.9. Metode Pengumpulan Data ... IV-7

4.10. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-8

4.11. Pengolahan Data ... IV-10

4.11.1. Penyebaran Kuesioner ... IV-10

4.11.2. Uji Validitas dan Reliabilitas... IV-11

4.11.3. Gap Persepsi dan Ekspektasi ... IV-12

4.11.4. Pembangunan Matriks QFD ... IV-13

4.12. Pemecahan Masalah ... IV-17

4.13. Kesimpulan dan Saran ... IV-17

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data... V-1

5.1.1. Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner

Pendahuluan... V-1

5.1.2. Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner Tertutup... V-3

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.1. Mengubah Skala Ordinal Menjadi Interval ... V-4

5.2.1.1. Mengubah Data Persepsi Pelanggan ... V-5

5.2.1.2. Mengubah Data Harapan Pelanggan ... V-8

5.2.2. Uji Validitas dan Reliabilitas... V-11

5.2.2.1. Uji Validitas ... V-11

5.2.2.2. Uji Reliabilitas ... V-15

5.2.3. Gap (Kesenjangan) Persepsi dan Ekspektasi ... V-18

5.2.3.1. Pengolahan Data Tingkat Kualitas

Pelayanan Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan... V-18

5.2.3.2. Pengolahan Data Tingkat Kepentingan

Pelayanan Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan... V-18

5.2.3.3. Gap (Kesenjangan) antara Tingkat

Pelayanan dan Tingkat Kepentingan

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan ... V-26

5.2.4. Pengembangan Matriks QFD ... V-29

5.2.4.1. Klarifikasi Tujuan Pengembangan

Karakteristik Pelayanan ... V-29

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.4.3. Penetapan Syarat Perancangan

Pengembangan Karakteristik Pelayanan ... V-31

5.2.4.4. Penetapan Karakteristik

(Pengaplikasian Metode QFD dalam

Perancangan Pengembangan Pelayanan

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan)... V-32

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

6.1. Analisis Hasil Pengolahan Data Kuesioner ... VI-1

6.2. Analisis Servqual... VI-1

6.3. Analisis MatriksHouse of Quality ... VI-2

6.3.1. Analisis Matriks Perencanaan... VI-2

6.3.1.1. Analisis Matriks Variabel Kebutuhan terhadap

Tingkat Kepentingan... VI-2

6.3.1.2. Analisis Matriks Variabel Kebutuhan terhadap

Rasio Perbaikan ... VI-4

6.3.1.3. Analisis Matriks Variabel Kebutuhan terhadap

Sales Point... VI-5

6.3.1.4. Analisis Matriks Variabel Kebutuhan terhadap

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.3.2. Analisis Tingkat Kepentingan Relatif Karakteristik

Pelayanan... VI-9

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam Malahayati Medan ... II-18

3.1. Kerangka Konsep Mempertahankan dan Meningkatkan Mutu

Pelayanan Kesehatan ... III-9

3.2. Model Konseptual Kualitas Jasa Servqual ... III-14

3.3. Assesment/ Evaluasi Pelanggan terhadap Kualitas Jasa ... III-18

3.4. House of Quality... III-22

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian... IV-2

4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-10

4.3. Block DiagramPengolahan Data... IV-11

4.4. Block DiagramPembangunan Matriks QFD ... IV-14

5.1. Kesenjangan (Gap) antara Tingkat PElayanan RSI Malahayati

Medan dan Tingkat Kepentingan Pelanggan Rumah Sakit... V-28

5.2. Pohon Tujuan... V-30

5.3. Kegiatan Input-Output dalam Rumah Sakit ... V-31

(14)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1. Perbedaan Kualitas Barang dan Jasa ... III-12 3.2. Hubungan antara Metode dengan Instrumen Penelitian ... III-26 5.1. Nilai Z untuk Setiap Kategori Kumulatif ... V-6

5.2. Tabulasi Transformasi Skala Ordinal menjadi Skala Interval untuk

Item Pertanyaan 1 (Persepsi Pelanggan)... V-8

5.3. Nilai Z untuk Setiap Kategori Kumulatif ... V-9

5.4. Tabulasi Transformasi Skala Ordinal menjadi Skala Interval untuk

Item Pertanyaan 1 (Persepsi Pelanggan)... V-11

5.5. Hasil Perhitungan Validitas Persepsi Pelanggan ... V-12

5.6. Hasil Perhitungan Validitas Ekspektasi (Harapan) Pelanggan... V-14

5.7. Perhitungan Varians Tiap Butir Persepsi Pelanggan ... V-15

5.8. Perhitungan Varians Tiap Butir Ekspektasi (Harapan) Pelanggan... V-17

5.9. Total Nilai Pelayanan RSI Malahayati Medan ... V-20

5.10. Penilaian Tingkat Kualitas Pelayanan RSI Malahayati Medan ... V-21

5.11. Total Nilai Tingkat Kepentingan Variabel Kebutuhan RSI

Malahayati Medan ... V-24

5.12. Penilaian Tingkat Kepentingan Kualitas Pelayanan RSI

Malahayati Medan ... V-25

5.13. NilaiGapTingkat Pelayanan dan Tingkat Kepentingan ... V-27

(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.15. Nilai Setiap Variabel Kepentingan Pelayanan Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan ... V-35

5.16. Nilai Setiap Variabel Kebutuhan Pelanggan RSI Malahayati

Medan ... V-37

5.17. Target Tingkat Kualitas Pelayanan... V-38

5.18. Nilai Rasio Perbaikan untuk Setiap Variabel Kebutuhan... V-40

5.19. NilaiSales Pointuntuk Setiap Variabel Kebutuhan... V-42

5.20. Hasil Perhitungan Bobot Absolut untuk Setiap Variabel ... V-44

5.21. Hasil Perhitungan Bobot Relatif untuk Setiap Variabel

Kebutuhan... V-45

5.22. Karakteristik-karakteristik Pelayanan yang Dibutuhkan

Pihak RSI Malahayati untuk Memenuhi Kebutuhan Pelanggan

Rumah Sakit... V-47

5.23. Perhitungan TKA untuk Karakteristik Gedung Rumah Sakit ... V-50

6.1. Nilai Bobot relatif untuk Setiap Variabel Kebutuhan... VI-7

6.2. Daftar Peringkat Tingkat Kepentingan Relatif Karakteristik

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Masing-masing Bagian

pada Rumah Sakit Islam Malahayati Medan ... L-1

2. Kuesioner Penelitian Kepuasan Pelanggan Rumah Sakit (Terbuka)... L-2

3. Hasil Tabulasi Kuesioner Terbuka ... L-3 4. Kuesioner Penelitian Kepuasan Pelanggan Rumah Sakit (Tertutup) .. L-4

5. Hasil Tabulasi Kuesioner Tertutup Bagian 1... L-5

6. Hasil Tabulasi Kuesioner Tertutup Bagian 2 ... L-6

7. Transformasi Skala Ordinal menjadi Interval untuk Data Persepsi

Pelanggan... L-7

8. Transformasi Skala Ordinal menjadi Interval untuk Data Persepsi

Pelanggan... L-8

9. Tabel Nilai Kritis untuk Korelasi r Product Moment ... L-9

10. Tabel Deviasi Normal... L-10

11. Surat Permohonan Tugas Sarjana... L-11

12. Formulir Penetapan Tugas Sarjana... L-12

13. Surat Penjajakan ke Perusahaan ... L-13

14. Surat Balasan Perusahaan ... L-14

15. Surat Keputusan Tugas Sarjana ... L-15

16. Perubahan Surat Keputusan Tentang Perubahan Tugas Sarjana ... L-16

17. Lembar Asistensi Dosen Pembimbing 1 ... L-17

(17)

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan lembaga yang dapat menerapkan prinsip bisnis dengan tidak melanggar etika kedokteran dan melindungi orang miskin. Tanpa perkembangan yang bertumpu pada mutu, sebuah rumah sakit akan terus menerus menurun kinerjanya dan akhirnya terpuruk. RSI Malahayati merupakan sebuah rumah sakit swasta yang dibangun dan dikelola para putera-puteri Aceh di Medan. Dengan berpedoman pada misinya yang mengandung unsur perbaikan mutu, maka rumah sakit ini berupaya terus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakatnya untuk memenuhi ekspektasi para pelanggannya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan pasien rawat inap untuk memperbaiki dan menyusun prioritas perbaikan kualitas pelayanan yang seharusnya diberikan oleh Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dengan menerapkan metode Servqual untuk menentukan atribut kebutuhan pelanggan dan menghitung gap (kesenjangan) antara pelayanan yang diberikan dengan harapan pelanggan dan metode Quality Function Deployment (QFD) untuk menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang harus dihasilkan oleh perusahaan

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Dari hasil penyebaran kuesioner diketahui 19 variabel kebutuhan yang dibutuhkan oleh pasien rawat inap yang dikelompokkan berdasarkan 5 dimensi jasa servqual. Sebanyak 8 dari 19 variabel kebutuhan dinyatakan sangat penting oleh responden.

Hasil perhitungan gap persepsi dan harapan menunjukkan bahwa pelayanan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan belum sepenuhnya memuaskan pelanggannya karena terdapat 13 dari 19 variabel kebutuhan yang dinilai memiliki nilai negatif. Variabel penanganan keluhan pasien memiliki nilai gap terbesar yakni -1,123.

Dari pembentukan matriks House of Quality (HOQ) diketahui bahwa variabel Pemberian informasi yang jelas dan tidak berbelit-belit menjadi prioritas pertama dalam upaya perbaikan dengan nilai bobot relatif tertinggi yakni 8,421%. Sedangkan untuk pengembangan karakteristik pelayanan, karakteristik penanganan keluhan pelanggan dengan cepat dan tepat menjadi prioritas pertama dalam upaya perbaikan karena memiliki TKR terbesar yakni 10,266 %.

(18)

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan lembaga yang dapat menerapkan prinsip bisnis dengan tidak melanggar etika kedokteran dan melindungi orang miskin. Tanpa perkembangan yang bertumpu pada mutu, sebuah rumah sakit akan terus menerus menurun kinerjanya dan akhirnya terpuruk. RSI Malahayati merupakan sebuah rumah sakit swasta yang dibangun dan dikelola para putera-puteri Aceh di Medan. Dengan berpedoman pada misinya yang mengandung unsur perbaikan mutu, maka rumah sakit ini berupaya terus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakatnya untuk memenuhi ekspektasi para pelanggannya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan pasien rawat inap untuk memperbaiki dan menyusun prioritas perbaikan kualitas pelayanan yang seharusnya diberikan oleh Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dengan menerapkan metode Servqual untuk menentukan atribut kebutuhan pelanggan dan menghitung gap (kesenjangan) antara pelayanan yang diberikan dengan harapan pelanggan dan metode Quality Function Deployment (QFD) untuk menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang harus dihasilkan oleh perusahaan

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Dari hasil penyebaran kuesioner diketahui 19 variabel kebutuhan yang dibutuhkan oleh pasien rawat inap yang dikelompokkan berdasarkan 5 dimensi jasa servqual. Sebanyak 8 dari 19 variabel kebutuhan dinyatakan sangat penting oleh responden.

Hasil perhitungan gap persepsi dan harapan menunjukkan bahwa pelayanan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan belum sepenuhnya memuaskan pelanggannya karena terdapat 13 dari 19 variabel kebutuhan yang dinilai memiliki nilai negatif. Variabel penanganan keluhan pasien memiliki nilai gap terbesar yakni -1,123.

Dari pembentukan matriks House of Quality (HOQ) diketahui bahwa variabel Pemberian informasi yang jelas dan tidak berbelit-belit menjadi prioritas pertama dalam upaya perbaikan dengan nilai bobot relatif tertinggi yakni 8,421%. Sedangkan untuk pengembangan karakteristik pelayanan, karakteristik penanganan keluhan pelanggan dengan cepat dan tepat menjadi prioritas pertama dalam upaya perbaikan karena memiliki TKR terbesar yakni 10,266 %.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kualitas merupakan faktor yang sangat penting dan telah menjadi isu

sentral dalam dunia bisnis saat ini. Kualitas tidak hanya dilakukan oleh dunia

industri manufaktur namun juga industri jasa. Kualitas suatu jasa lebih sulit untuk

dievaluasi oleh konsumen dibandingkan dengan kualitas suatu produk fisik. Oleh

karena itu, kriteria yang dipakai konsumen untuk mengevaluasi jasa mungkin

lebih sulit untuk dipahami oleh pemasar. Salah satu kriteria utama yang harus

dipertimbangkan dalam mengevaluasi kualitas jasa adalah kriteria yang ditentukan

oleh pelanggan.

Sebagai salah satu bagian dari industri jasa, dunia kesehatan khususnya

rumah sakit juga berupaya meningkatkan kualitasnya agar pelanggannya dapat

dipuaskan dalam hal pelayanan kesehatan.

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis

profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen,

menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang

berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

Rumah sakit merupakan lembaga yang dapat menerapkan prinsip bisnis dengan

tidak melanggar etika kedokteran dan melindungi orang miskin. Tanpa

perkembangan yang bertumpu pada mutu, sebuah rumah sakit akan terus menerus

(20)

berkembang dan mampu menjalankan fungsi sosialnya dengan menerapkan bisnis

yang etis. Masalah manajemen rumah sakit akhir-akhir ini banyak disoroti. Tidak

saja atas keluhan-keluhan masyarakat yang merasa kecewa dengan pelayanan

rumah sakit, baik dari segi mutu, kemudahan dan tarif, tetapi juga perkembangan

zaman yang memang mendesak ke arah perbaikan-perbaikan.

Dalam perkembangan dewasa ini rumah sakit tidak mungkin dikelola

semata-mata untuk maksud sosial. Hampir seluruh rumah sakit swasta

menghadapi realita kehidupan semakin materialistis. Rumah sakit harus

membayar teknologi kedokteran, listrik, air, dapur, dan bahkan harus membayar

dokter dan paramedis dengan mengikuti harga pasar.

Bila jumlah rumah sakit yang terdapat di Kota Medan saat ini yang

berjumlah 71 (sumber : dinas kesehatan Kota Medan tahun 2009), dibandingkan

dengan dengan persentasi penduduk yang rawat inap yaitu sebesar 2,35 %

(sumber : Badan Pusat Statistik), maka dapat dikatakan terdapat persaingan

diantara rumah sakit-rumah sakit.

Rumah Sakit Islam Malahayati merupakan sebuah rumah sakit swasta

yang dibangun dan dikelola para putera-puteri Aceh di Medan, namun

penggunaannya tetap ditujukan untuk masyarakat umum, terutama para pasien

duafa. Pada awal pendirian Rumah Sakit, para pendiri mempunyai tujuan

kesembuhan dan pemulihan kesehatan pasien, kenyamanan dan keselamatan

pasien, sikap dan prilaku pelayanan medis maupun nonmedis secara Islami serta

kepuasan pasien. Dalam langkah dan geraknya , Rumah Sakit Islam Malahayati

(21)

sakit yang unggul dan bernuansa Islami serta berpedoman pada misi rumah sakit

yakni perbaikan mutu asuhan keperawatan yang berkesinambungan dengan

memberikan pendidikan dan bimbingan kepada seluruh jajaran keperawatan

sehingga memberlakukan pasien sesuai dengan harkat dan martabat manusia

secara Islami sehingga hak hak dan kebutuhan pasien dapat terpenuhi. Oleh

sebab itu, rumah sakit ini berupaya terus meningkatkan pelayanan kesehatan

masyarakatnya.

Untuk memenuhi ekspektasi para pelanggannya, maka perlu diadakan

perbaikan kualitas pelayanan rumah sakit yang selama ini telah dilaksanakan.

Sebagai metode yang digunakan untuk memperbaiki kualitas pelayanan jasa

rumah sakit, maka digunakan metode Servqual dan metode Quality Function

Deployment. Metode Servqual digunakan untuk menentukan atribut kebutuhan

pelanggan dan menghitung gap (kesenjangan) antara pelayanan yang diberikan

dengan harapan pelanggan. (Juniarsa, Yudha. Aplikasi Fuzzy-Servqual untuk

Identifikasi Preferensi Kepuasan Nasabah pada Asuransi Bringin Life SCO Jakarta. Universitas Gunadarma).

Metode Quality Function Deployment (QFD) akan menerjemahkan apa

yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang harus dihasilkan oleh perusahaan.

QFD memungkinkan perusahaan yang dalam hal ini adalah Rumah Sakit Islam

Malahayati untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan

yang inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan untuk memperbaiki proses hingga

(22)

Pelayanan Pustaka dengan Menggunakan Metode Servqual dan Metode Quality Function Deployment di Perpustakaan USU Medan. Universitas Sumatera Utara).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka terdapat dua

rumusan permasalahan yang ada dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana persyaratan pelanggan (apa yang diinginkan pelanggan) terhadap

kualitas pelayanan jasa Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

2. Bagaimana persyaratan teknik (sumberdaya yang dimiliki perusahaan) dalam

usaha meningkatkan kualitas pelayanan Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki dua tujuan yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui keinginan dan kebutuhan pelanggan jasa rumah sakit untuk

memperbaiki kualitas pelayanan yang seharusnya diberikan oleh Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan dengan menerapkan metode Servqual dan Quality

Function Deployment(QFD).

Tujuan khusus penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui karakteristik-karakteristik pelayanan jasa apa saja yang digunakan

pelanggan jasa rumah sakit dalam menilai kualitas Rumah Sakit Islam

(23)

2. Mengukur tingkat kepuasan pelanggan jasa rumah sakit terhadap pelayanan

yang diberikan oleh Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

3. Pihak Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dapat menyusun prioritas

rencana perbaikan sistem pelayanannya dalam rangka memenuhi keinginan

para pelanggannya.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Batasan terhadap masalah yang akan dianalisis antara lain, yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan hanya pada pasien rawat inap di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan. Perespon teknisnya adalah pihak manajemen

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

2. Kinerja Service Quality hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang termasuk

di dalam dimensi-dimensi Service Quality , tidak dipengaruhi oleh

faktor-faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah.

Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Kondisi pelayanan rumah sakit tidak berubah selama penelitian dilakukan.

2. Dalam memberikan jawaban pada kuesioner, responden tidak dipengaruhi

oleh pihak lain.

3. Pihak manajemen Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dianggap berperilaku

rasional dan bersedia memberikan informasi yang cukup dalam memberikan

solusi tindakan-tindakan yang perlu dilakukan dalam memenuhi keinginan

(24)

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian, antara lain:

1. Bagi Mahasiswa

Dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama di

bangku perkuliahan dengan cara membandingkan teori-teori ilmiah yang ada

dengan permasalahan yang ada di perusahaan khususnya mengenai konsep

jasa, kualitas, metode serta aplikasinya di lapangan.

2. Bagi Departemen Teknik Industri USU

Dapat meningkatkan hubungan kerjasama Departemen Teknik Industri dengan

perusahaan.

3. Bagi Perusahaan

Sebagai masukan bagi perusahaan mengenai atribut-atribut pelayanan yang

dianggap penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan di masa yang akan

datang juga sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

mengenai pelayanan dan kinerja terhadap pelayanan rumah sakit.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini dapat

diuraikan sebagai berikut :

Bab I berisi tentang Pendahuluan yang menguraikan latar belakang

permasalahan yang mendasari peneliti untuk menganalisis kebutuhan pelanggan

(25)

tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian dan asumsi yang digunakan dalam

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II berisi Gambaran Umum Perusahaan, yaitu mengenai sejarah dan

gambaran umum perusahaan, struktur organisasi dan manajemen serta visi dan

misi perusahaan (Rumah Sakit Islam Malahayati Medan).

Bab III memuat Landasan Teori yang berisikan teori-teori yang digunakan

dalam analisis pemecahan masalah antara lain Teori Rumah Sakit, Teori Mutu

Pelayanan Rumah Sakit, dan Teori Service Quality, Teori Quality Function

Deployment, Teori Metodologi Penelitian Survei . Sumber teori atau literatur yang

digunakan diambil dari referensi buku-buku dan jurnal penelitian yang

berhubungan dengan topik yang disertakan pada Daftar Pustaka.

Bab IV berisi Metodologi Penelitian yang menjelaskan tahapan-tahapan

penelitian, mulai dari persiapan penelitian, kerangka konseptual penelitian,

rancangan penelitian, teknik sampling yang digunakan, prosedur penelitian,

metode pengumpulan data, metode pengolahan data hingga penyusunan laporan

tugas akhir.

Bab V atau Pengumpulan dan Pengolahan Data berisi data-data primer

berupa hasil penyebaran kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari

penelitian serta pengolahan data yang menggunakan metodeServqualdanQuality

Function Deployment(QFD) dalam membantu dalam pemecahan masalah.

Bab VI atau Analisis Pemecahan Masalah berisi analisis dari hasil

(26)

yakni hasil perhitungan datagap(metodeServqual) dan matriksHouse of Quality

(HOQ).

Bab VII merupakan bagian akhir yang berisi Kesimpulan dan Saran yang

menjabarkan kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan

(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Pada tahun 1970-an terdapat sebuah bangunan milik Yayasan Kerukunan

Aceh bersama dengan Dewan Pimpinan Pusat Aceh Sepakat Sumatera Utara yang

terletak di Jalan Pangeran Dipenogoro no. 4 Medan. Selama ini, bangunan ini

hanya digunakan sebagai tempat pertemuan pertemuan yang sifatnya tidak rutin

sehingga timbul pemikiran untuk memanfaatkannya dengan mendirikan komplek

rumah sakit.

Dalam rapat menentukan nama rumah sakit, nama Malahayati terpilih

menjadi nama rumah sakit ini. Tulisan Malahayati diartikan sebagaiMal al hayati,

kekayaaan dari hidup yaitu kekayaan hidup kita paling berharga yaitu

kesehatan. Sedangkan Laksamana Malahayati diartikan sebagai Srikandi, yang

memimpin Armada Aceh dalam pertempuran melawan Portugis pada abad ke-16.

Malahayati juga sebagai Diplomat (Kepala Protokol) dalam perundingan

perundingan dengan utusan Belanda dan Inggris.

Setelah 6 bulan melakukan persiapan dan dirasa sudah cukup, maka tepat

pada tanggal 10 Mei 1973 dibentuklah Yayasan Rumah Sakit Malahayati dengan

Akte Notaris : Kusmulyanto dengan Akte : No. 42 tanggal 10 Mei 1973.

Pengelolaan oleh sebuah yayasan bukan sebuah PT., CV., atau Firma atau badan

usaha lain adalah sebuah pemikiran bahwa Rumah Sakit Malahayati Medan

nantinya tetap sebagai usaha nonprofit. Dengan pengertian jika nanti ada

keuntungan yang dihasilkan, maka keuntungan tersebut akan digunakan untuk

(28)

Pada tanggal 14 April 1974 dilakukan peletakan batu pertama

pembangunan kamar bedah sebagai tanda dimulainya pembangunan Rumah Sakit

Malahayati. Pada tanggal 14 Januari 1975, Gubernur Sumatera Utara H. Marah

Halim Harahap meresmikan rumah sakit ini yang diberi nama Rumah Sakit Islam

Malahayati dengan dipimpin oleh Dokter Djafar Siddik yang masih dilengkapi

dengan peralatan sederhana.

Hanya berselang beberapa bulan dari peletakan batu pertama, pada tanggal

13 Agustus 1974 Yayasan mulai membuka poliklinik yang diresmikan oleh

Kepala Dinas Kesehatan Kotamadya Medan.

Setahun kemudian Rumah Sakit Malahayati sudah dapat menunjukkan

eksistensinya di masyarakat dan dapat berdiri sendiri serta melengkapi peralatan

kedokteran sendiri dan meneruskan pembangunan fasilitas rumah sakit. Tanggal 9

Mei 1976 fasilitas kamar bedah dan laboratorium diresmikan pemakaiannya oleh

Walikota Medan H. Saleh Arifin, menyusul pula pembangunan paviliun yang juga

mendapat bantuan daari para donatur dan masyarakat. Diresmikan kemudian

pemakaiannya oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Suwardjono

Soerjaningrat pada tanggal 5 November 1980, sampai sekarang Rumah Sakit

Islam Malahayati masih menunjukkan eksistensinya kepada masyarakat dengan

(29)

2.2. Fasilitas atau Pelayanan Kesehatan

Fasilitas dan pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pihak Rumah

Sakit Islam Malahayati Medan adalah sebagai berikut :

2.2.1. Pelayanan Medis

Jenis pelayanan medis yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit Malahayati

Medan adalah sebagai berikut :

1. Medical Check Up

2. Dokter Umum

3. Dokter Gigi

4. Dokter Spesialis / Sub-Spesialis

a. Anak

b. Bedah

c. Kebidanan & Kandungan

d. Penyakit Dalam

e. Syaraf

f. THT

g. Mata

h. Paru

i. Kulit & Kelamin

j. Jantung

k. Bedah Tulang

l. Jiwa

(30)

n. Bedah Syaraf

2.2.2. Pelayanan Penunjang

Jenis pelayanan penunjang yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit

Malahayati Medan adalah sebagai berikut :

1. Laboratorium Patologi Klinik

2. X-Ray

3. USG

4. EKG

5. Fisioterapi

6. Konsultasi Gizi

7. Farmasi

8. Hemodialisa

2.2.3. Fasilitas

Fasilitas yang disediakan oleh pihak Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan yakni sebagai berikut :

1. UGD 24 Jam

2. Rawat Jalan

3. Rawat Inap

4. Kamar Bedah

5. Kamar Bersalin

(31)

2.3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Malahayati Medan

Setiap organisasi dalam upaya untuk mencapai tujuan secara efektif dan

efisien memerlukan struktur organisasi. Karena itu, struktur organisasi haruslah

sesuai dan mudah dimengerti oleh semua pihak yang terlibat dalamnya.

Struktur organisasi di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah

struktur organisasi yang berbentuk fungsional. Struktur organisasi yang berbentuk

fungsional ini dapat dikenali dengan karakteristik pembagian tugas dan tanggung

jawab kerja berdasarkan fungsi masing-masing bagian. Tipe fungsional juga

ditandai dengan adanya hubungan horizontal antara kepala bagian, dimana kepala

bagian yang satu tidak berhak memerintah kepala bagian yang lainnya tetapi

dalam melakukan pekerjaannya saling terhubung, artinya bahwa pekerjaan yang

satu akan mempengaruhi pekerjaan yang lain.

Dalam melaksanakan kegiatannya, Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

dipimpin oleh seorang direktur dan dibantu oleh satu orang wakil direktur. Dalam

pelaksanannya, wakil direktur dibantu oleh 4 (empat) orang kepala bagian yang

masing-masing membawahi bagian medis, bagian administrasi dan umum, bagian

keuangan dan akuntansi, dan marketing.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar struktur organisasi Rumah

Sakit Islam Malahayati Medan pada Gambar 2.1. Sedangkan uraian tugas dan

(32)
[image:32.842.158.749.81.452.2]
(33)

2.4. Visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Adapun visi dari Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah :

Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit yang unggul dan bernuansa Islami .

Adapun misi dari Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah :

Perbaikan mutu asuhan keperawatan yang berkesinambungan dengan

memberikan pendidikan dan bimbingan kepada seluruh jajaran keperawatan

sehingga memberlakukan pasien sesuai dengan harkat dan martabat manusia

secara Islami sehingga hak hak dan kebutuhan pasien dapat terpenuhi .

Sedangkan motto dari Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah :

(34)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Rumah Sakit1

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan

pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,

yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

3.1.1. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya

pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan

mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan

terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.

(35)

Untuk menyelenggarakan fungsinya, maka rumah sakit menyelenggarakan

kegiatan :

a. Pelayanan medis

b. Pelayanan dan asuhan keperawatan

c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis

d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan

e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan

f. Administrasi umum dan keuangan

Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah

sakit, fungsi rumah sakit adalah :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta pengaplikasian

teknologi dalam bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

(36)

3.1.2. Klasifikasi Rumah Sakit2

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.983/Menkes/SK/XI/1992,

rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan kepemilikan, jenis pelayanan, dan

kelas.

1. Berdasarkan kepemilikan

Rumah sakit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rumah sakit pemerintah

(pusat, provinsi, dan kabupaten), rumah sakit BUMN (ABRI), dan rumah

sakit yang modalnya dimiliki oleh swasta (BUMS) ataupun Rumah Sakit

milik luar negri (PMA).

2. Berdasarkan Jenis Pelayanan

Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rumah sakit umum, rumah sakit

jiwa, dan rumah sakit khusus (misalnya rumah sakit jantung, ibu dan anak,

rumah sakit mata, dan lain-lain).

3. Berdasarkan Kelas

Rumah sakit berdasarkan kelasnya dibedakan atas rumah sakit kelas A, B

(pendidikan dan non-pendidikan), kelas C, kelas D (Kepmenkes No. 51

Menkes/Sk/11/1979).

a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan

subspesialistikluas.

2Muningjaya, Gde. Manajemen Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Edisi

(37)

b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas

spesialistik dan subspesialistik terbatas.

c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

3.1.3. Konsep Mutu dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit3

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat

memuaskan setiap pemakai pemakai jasa pelayanan kesehatan yang dapat

memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat

kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaranya sesuai dengan standar

kode etik profesi yang telah ditetapkan.

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan

kode etik profesi, meskipun diakui tidak mudah namun masih dapat diupayakan,

karena untuk ini memang telah ada tolak ukurnya, yakni rumusan standar kode

etik profesi yang pada umumnya telah dimiliki oleh setiap negara. Standar dan

kode etik profesi, pada dasarnya merupakan kesepakatan antarwarga profesi

sendiri , dan karenanya wajib sifatnya untuk dipakai sebgai pedoman dalam

menyelenggarakan setiap kegiatan profesi, termasuk pelayanan kesehatan.

(38)

Dalam proses menjaga mutu pelayanan kesehatan, dimensi kepuasan

pasien sangat bervariasi yang mana dapat dibedakan atas dua macam :

1. Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan standar dan kode etik profesi

Disini, ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan terbatas hanya

pada kesesuaian dengan standar serta kode etik profesi saja. Suatu pelayanan

kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila

penerapan standar dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien.

Dengan pendapat ini, maka ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang

bermutu hanya mengacu pada penerapan standar serta kode etik profesi yang

baik saja. Ukuran-ukuran yang dimaksud pada dasarnya mencakuo penilaian

terhadap kepuasan pasien mengenai :

a. Hubungan dokter-pasien (Docter-patient relationship)

Terbinannya hubungan dokter-pasien yang baik, adalah salah satu dari

kewajiban etik. Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang

bermutu, hubungan dokter-pasien ini harus dapat dipertahankan. Setiap

dokter sangat diharapkan untuk dapat dan bersedia emberikan perhatian

yang cukup kepada pasiennya secara pribadi, menampung dan

mendengarkan setiap keluhan, serta menjawab dan memberikan

keterangan yang sejelas-jelasnya tentang segala hal yang ingin diketahui

oleh pasien.

b. Kenyamanan pelayanan (Amenities)

Mengupayakan terselenggarakan pelayanan yang nyaman, adalah salah

(39)

bermutu suasana pelayanan yang nyaman tersebut harus dipertahankan.

Kenyamanan yang dimaksudkan adalah tidak hanya menyangkut fasilitas

yang disediakan tetapi yang terpenting lagi yang menyangkut sikap serta

tindakan para pelaksana ketika menyelanggarakan pelayanan kesehatan.

c. Kebebasan melakukan pilihan (Choice)

Memberikan kebebasan kepada pasien untuk memilih serta menentukan

pelayanan kesehatan, adalah satu dari kewajiban etik. Suatu pelayanan

kesehatan disebut bermutu apabila kebebasan memilih ini dapat

diberikan, dan oleh karena itu harus dapat dilaksanakan oleh setiap

penyelenggara pelayanan pelayanan kesehatan.

d. Pengetahuan dan kompetensi teknis (Scientific knowledge and technical

skill)

Menyelanggarakan pelayanan kesehatan yang didukung oleh pengetahuan

dan kompetensi teknis merupakan bagian dari kewajiban etik, tetapi

merupakan prinsip pokok penerapan standar pelayanan profesi. Secara

umum disebutkan makin tinggi tingkat pengetahuan dan kompetensi

teknis tersebut maka makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan.

e. Efektivitas pelayanan (Effectiveness)

Sama halnya dengan pengetahuan dan kompetensi teknis, maka

efektivitas pelayanan juga merupakan bagian dari kewajiban etik serta

prinsip pokok penerapan standar pelayanan profesi. Secara umum

disebutkan, makin efektif pelayanan kesehatan tersebut, makin tinggi pula

(40)

f. Kemanan tindakan (Safety)

Kemanan tindakan adalah juga bagian dari kewajiban etik serta prinsip

pokok penerapan standar pelayanan profesi. Untuk dapat

terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, aspek kemanan

tindakan ini haruslah diperhatikan.

2. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan

kesehatan

a. Ketersediaan pelayanan kesehatan (Available)

Untuk dapat menimbulkan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan,

banyak syarat yang harus dipenuhi. Salah satu diantaranya yang dinilai

mempunyai peranan yang cukup penting adalah ketersediaan pelayanan

kesehatan tersebut.

b. Kewajaran pelayanan kesehatan (Approriate)

Sama halnya dengan ketersediaan, yang mengaitkan aspek kesehatan

dengan mutu pelayanan kesehatan disebut bermutu apabila pelayanan

tersebut bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan

yang dihadapi.

c. Kesinambungan pelayanan kesehatan (Continue)

Secara umum, pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut

bersifat berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut

(41)

d. Penerimaan pelayanan kesehatan (Acceptable)

Suatu pelayanan kesehatan dinilai sebagai bermutu apabila pelayanan

kesehatan tersebut dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.

e. Ketercapaian pelayanan kesehatan (Accesible)

Karena kepuasan ada hubungannya dengan mutu pelayanan, maka

disebutkan suatu pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut

dapat dicapai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan itu.

f. Keterjangkauan pelayanan kesehatan (Affordable)

Pelayanan kesehatan yang terlalu mahal tidak akan dapat dijangkau oleh

semua pemakai jasa pelayanan kesehatan, dan karenya tidak akan

memuaskan pasien. Oleh karena itu, pelayanan tersebut harus dapat

dijangkau oleh pemakai jasa kesehatan.

g. Efisiensi pelayanan kesehatan (Efficient)

Efisiensi pelayanan telah diketahui mempunyai hubungan yang erat

dengan kepuasan pemakai jasa pelayanan. Untuk dapat menimbulkan

kepuasan tersebut, perlu dilakukan efisiensi pelayanan kesehatan.

h. Mutu pelayanan kesehatan (Quality)

Mutu pelayanan kesehatan yang dimaksudkan disini adalah yang

menunjuk pada kesembuhan penyakit serta kemanan tindakan, yang

apabila berhasil dapat mewujudkan kepuasan pasien. Suatu pelayanan

kesehatan disebut sebagai bermutu apabila pelayanan tersebut dapat

(42)

3.1.4. Kerangka Konsep Mempertahankan Mutu dan Meningkatkan Mutu4

Hasil layanan kesehatan (output dan outcome) adalah fungsi dari struktur

dan proses layanan tersebut. Output dan outcome yang bermutu dalam hal ini

adalah layanan yang sesuai dengan standar dan memuaskan pasien serta efektif

dalam arti menyembuhhkan pasien.

Aspek struktur, organisasi, dan personel, obat/bahan, sarana dan peralatan

serta ketersediaan dari seluruh aspek itu pada saat diperlukan pasien (availability),

adalah hal-hal penting yang menentukan mutu pelayanan. Kerangka konsep

[image:42.595.131.495.359.562.2]

mempertahankan mutu dan meningkatkan mutu dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Mempertahankan dan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

3.2. Pengertian Pelayanan atau Jasa5

Jasa memiliki perbedaan yang cukup mendasar jika dibandingkan dengan

produk fisik manufaktur. Kualitas suatu jasa lebih sulit dievaluasi oleh konsumen

4 Pohan, Imbalo. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta.2004. hlm 131

5Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

(43)

dbandingkan dengan kualitas suatu produk fisik. Jasa didefinisikan sebagai

tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarakan kepada suatu pihak kepada pihak

yang lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan

kepemilikian apapun.

Kotler mendefinisikan pelayanan sebagai setiap tindakan atau perbuatan

yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya yang pada dasarnya

bersifat tidak berwujud (intangible) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.

Pelayanan atau jasa memiliki empat karakteristik umum yang

membedakannya dengan barang, yaitu :

1. Tidak berwujud (Intangibility)

Jasa adalah tidak nyata. Tidak seperti produk fisik, ia tidak dapat dirasakan,

dikecap, didengar atau dibaui sebelum ia dibeli. Orang yang mendapat lift

muka tidak dapat melihat hasilnya sebelum pembelian, dan pasien dalam

kantor psikiater tidak dapat meramalkan hasilnya.

Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli akan mencari tanda atau bukti

dari mutu jasa tersebut.

2. Tidak terpisahkan (Inseparibility)

Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Hal ini tidak

berlaku pada barang fisik yang diproduksi, ditempatkan pada persediaan,

(44)

3. Bervariasi (Variability)

Jasa-jasa sangat bervariasi, karena ia tergantung kepada siapa yang

menyediakan jasa dan kapan serta dimana ia disediakan. Para pembeli jasa

akan berhati-hati terhadap keragaman ini dan sering kali akan

membicarakannya dengan yang lain sebelum memilih seorang penyedia jasa.

4. Mudah lenyap (Perishability)

Jasa tidak dapat disimpan. Kursi kereta api yang kosong, kamar hotel yang

tidak dihuni atau jam tertentu tanpa pasien di tempat praktik seorang dokter,

akan berlalu/hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan untuk dapat

dipergunakan di lain waktu. Hal ini tidak menjadi masalah bila

permintaannya tetap karena mudah untuk menyiapkan pelayanan untuk

permintaan tersebut sebelumnya.

Perbedaan yang menonjol antara manfaktur dengan jasa adalah tingkat

interaksi dengan pelanggan. Semakin besar tingkat interaksi dengan

pelanggan, maka bisa dikatakan bahwa perusahaan tersebut bergerak dalam

sektor jasa.

3.3. Service Quality(Servqual)

Kualitas jasa / pelayanan lebih sukar didefinisikan, dijabarkan dan diukur

bila dibandingkan dengan kualitas barang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

(45)

barang-barang berwujud (tangibles goods), maka untuk jasa berbagai upaya telah dan

[image:45.595.124.541.194.325.2]

sedang dikembangkan untuk merumuskan ukuran-ukuran semacam itu.6

Tabel 3.1. Perbedaan Kualitas Barang dan Jasa

Barang berwujud (Goods) Pelayanan (Service)

Tangible Intangible

Standarized Heterogeneous

Production separate from consumption Simultaneous production and consumption

Nonperishable perishable

3.3.1 Definisi Kualitas Jasa

Pada penelitian ini, definisi kualitas jasa mengacu pada definisi yang

diberikan oleh Berry, Parasuraman dan Zeithaml7. Adapun definisinya adalah : Service Quality is a measure of how well the service level delivered matches customer expectations. Delivering service quality service means conforming to customer expectations on a consistent basis..

Atau dengan kata lain, jasa merupakan tingkat kesempurnaan yang

diharapkan dan pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi

keinginan pelanggan dan kualitas jasa dipengaruhi dua faktor yaitu jasa yang

diharapkan dan jasa yang dipersepsikan.

6 Zeithaml, V. Bitner, M. Gremler Dwayne. Services Marketing Integrating Customer Focus

Across The Firm. 5thEdition, Mc. Graw Hill. 2009.hlm 20

7A. Parasuraman, Valerie A. Zeithaml. Leonard Berry. (1985). A conceptual Model of Service

(46)

3.3.2. ModelService Quality(Servqual)

Pada saat membeli barang, konsumen dapat menggunakan tangibles cues

utuk menilai kualitas, misalnya warna, model, label, kemasan, dan lain-lain.

Sedangkan dalam pembelian jasa, tangibles cues yang tersedia relatif terbatas,

bahkan sering berupa fasilitas fisik, peralatan, dan personel yang dimiliki

penyedia jasa. Hal ini merupakan suatu faktor yang menyebabkan penilaian jasa

lebih rumit dan sulit dibandingkan dengan pengukuran kualitas barang.

Kualitas jasa yang dirasakan oleh pelanggan pada dasarnya merupakan

tingkat kepuasan pelanggan. Definisi kepuasan pelanggan antara lain

dikemukakan oleh Parasuraman, Zeithmal, dan Berry sebagai persepsi pelanggan

terhadap suatu pelayanan yang didapatkannya.

Parasuraman, Zeithmal, dan Berry membentuk suatu model kualitas jasa

yang menyoroti syarat-syarat utama agar penyedia jasa mampu memberikan

kualitas jasa yangdiharapkan. Model itu mengidentifikasikan lima gap yang

mengakibatkan kegagalan pemyampaian jasa. Kelima gap tersebut adalah, seperti

terlihat pada Gambar 3.2.

1. Gap 1 : persepsi manajemen, yaitu adanya perbedaan penilaian pelayanan

menurut pengguna jasa dan persepsi manajemen mengenai harapan pengguna

jasa. Kesenjangan ini terjadi karena kurangnya orientasi riset pemasaran,

pemanfaatan yang tidak memadai atas penemuan penelitian, kurangnya

interaksi antara pihak manajemen dan pelanggan, komunikasi dari bawah ke

(47)

lain, manajemen tidak selalu dapat merasakan apa yang diinginkan para

[image:47.595.152.475.192.454.2]

pelanggan secara cepat.

Gambar 3.2. Model Konseptual Kualitas Jasa Servqual

2. Gap 2 : spesifikasi kualitas, yaitu kesenjangan antara persepsi manajemen

mengenai harapan pengguna jasa dan spesifikasi-spesifikasi kualitas jasa

yang ditetapkan. Kesenjangan ini terjadi antara lain karena tidak memadainya

komitmen manajemen terhadap kualitas jasa, persepsi mengenai

ketidaklayakan, tidak memadainya standarisasi tugas dan tidak adanya

penyusunan tujuan.

3. Gap 3 : penyampaian jasa, yaitu kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa

(48)

kurang dilatih atau bekerja melampaui batas dan tidak memenuhi standar.

Atau mereka dihadapkan pada standar-standar bertentangan.

4. Gap 4 : komunikasi pemasaran, yaitu kesenjangan yang terjadi antara jasa

yang diberikan melalui iklan, humas, dengan pemyampaian layanan yang

sesungguhnya. Harapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataan-pernyataan

yang dibuat oleh wakil dan iklan perusahaan.

5. Gap 5 : penyampaian jasa, yaitu perbedaan persepsi antara yang dirasakan

dengan jasa yang diharapkan oleh pelanggan. Adanya perbedaan antara jasa

yang dirasakan dan yang diaharapkan pelanggan.

Menurut Berry, Parasuraman, dan Zeithalm, kualitas jasa memiliki lima

dimensi dasar. Jasa yang diharapkan (expected services) dan jasa yang dirasakan

(perseived service) memiliki dimensi yang sama. Dimensi ini dinilai sewaktu

pelanggan diminta untuk menyatakan expected dan perseived services yang

diterimanya. Dimensi kualitas jasa tersebut adalah8:

1. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan

dan sarana komunikasi

2. Keandalan (relilability), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan

yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam

membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap,

yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan

karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan.

8 Zeithaml, V. Bitner, A. Parasuraman. Berry. Delivering Quality 5th Edition, Free Press A

(49)

4. Jaminan (assurance), meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan

terhadap produk secara tepat, kualitas keramah-tamahan, perhatian dan

kesopanan dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan

informasi, kemampuan dalam memberikan di dalam memanfaatkan jasa yang

ditawarkan, dan kemampuan dalam menentukan kepercayaan pelanggan

terhadap perusahaan.

Dimensi jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi :

a. Kompetensi (competency), artinya keterampilan dan pengetahuan yang

dimiliki oleh karyawan untuk melakukan pelayanan

b. Kesopanan (courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian, dan sikap para

karyawan

c. Kredibilitas (credibility), meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi, dan sebagainya.

5. Empati (empathy), yaitu perhatian secara individual secara individual yang

diberikan perusahaan kepada pelanggan, seperti kemudahan untuk

menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi

dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan

kebutuhan pelanggannya.

Dimensi empati ini merupakan gabungan dari dimensi :

a. Akses (access), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang

(50)

b. Komunikasi (communication), merupakan kemampuan melakukan

komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau

memperoleh masukan dari pelanggan.

c. Pemahaman pada pelanggan (understanding the customer), meliputi usaha

perusahaan utnuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan

pelanggan.

3.3.3. Proses Penilaian Kualitas Pelayanan9

Proses penilaian suatu jasa oleh pelanggannya dimulai sebelum ia

berinteraksi dengan penyedia jasa itu sendiri. Sebelum berinteraksi, pelanggan

melakukan penjajakan apakah penyedia jasa akan bisa memenuhi kebutuhannya.

Dibenak pelanggan terbentuk jasa yang diharapkan (expected services) yang ia

rasakan pantas untuk diterimanya jika ia rasa pantas untuk diterimanya jika ia

melakukan pembelian.

Proses penilaian awal untuk membentuk expected services dipengaruhi

oleh 4 faktor, dapat dilihat pada Gambar 3.3.

1. Word of mouth(kabar dari mulut ke mulut)

2. Personal needs(kebutuhan pribadi)

3. Past experience(pengalaman masa lalu)

4. External communication(komunikasi eksternal)

Kabar dari mulut ke mulut mengenai pengalaman orang dan reputasi

penyedia layanan menjadi salah satu masukan untuk membandingkan (jika belum

9 Zeithaml, V. Bitner, A. Parasuraman. Berry. Delivering Quality 5th Edition, Free Press A

(51)

pernah mencoba sebelumnya). Sedangkan komunikasi eksternal yang dilakukan

penyedia jasa dan penyampaian janjinya akan membentuk expected services yang

pantas dituntut dan menjadi hak pelanggan. Keempat faktor ini akhirnya

membentuk jasa yang diharapkan secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar

[image:51.595.119.503.247.435.2]

3.3.

Gambar 3.3.Assesment/ Evaluasi Pelanggan terhadap Kualitas Jasa

3.3.4. Menghilangkan kesenjangan (GAP

Menurut A. Parasuraman, Valerie A Zeithmal, dan Leonard l. berry

diantara kesenjangan tersebut, maka kesenjangan kelimalah yang terpenting dan

kunci untuk menghilangkan kesenjangan tersebut adalah dengan cara

menghilangkan kesenjangan 1 hingga kesenjangan 4.

1. Menghilangkan kesenjangan 1 (gap 1)

Menghilangkan kesenjangan 1 berarti memberikan kesempatan kepada para

pelanggan untuk menyampaikan ketidakpuasan mereka kepada perusahaan,

(52)

(intermediaries), melakukan penelitian yang mendalam terhadap

pelanggan-pelanggan penting, membentuk suatu panel pelanggan-pelanggan, menanyakan para

pelanggan segera setelah transaksi dengan perusahaan, melakukan studi

komprehensif mengenai harapan pelangnna, menindaklanjuti temuan riset

pemasaran seefektif mungkin, mempertinggi interaksi antara perusahaan dan

pelanggan untuk mempertinggi interaksi antar sumber daya manusia di dalam

perusahaan serta mengurangi birokrasi perusahaan.

2. Menghilangkan kesenjangan 2 (Gap 2)

Menghilangkan kesenjangan 2 berarti memperbaiki kualitas kepemimpinan

perusahaan, mempertinggi komitmen sumber daya manusia terhadap mutu

pelayanan, mendorong sumber daya manusia untuk lebih inovatif dan resptif

terhadap ide-ode baru, standarisasi pekerjaan-pekerjaan tertentu terutama

yang rutin sifatnya serta penetapan tujuan yang ingin dicapai secara efektif

(atas dasar keinginan pelanggan).

3. Menghilangkan kesenjangan gap 3 (Gap 3)

Menghilangkan kesenjangan 3 berarti memperjelas pembagian pekerjaan,

meningkatkan kesesuaian antara sumber daya manusia, teknologi dan

pekerjaan, mengukur kinerja dan memberikan balas jasa sesuai kinerja,

memberikan kewenangan yang lebih besar kepada sumber daya manusia

yang lebih dekat dengan para pelanggan, membangun kerjasama antara

sumber daya manusia serta memperlakukan para pelanggan seperti bagian

(53)

4. Menghilangkan kesenjangan 4 (gap 4)

Menghilangkan kesenjangan 4 berarti memperlancar arus komunikasi antara

unit penjualan dan unit operasi, antar unit penjualan dan unit operasi, dan

antara unit personalia, pemasaran dan operasi, memberikan perhatian yang

konsisten pada perusahaan, memberikan perhatian yang lebih besar pada

aspek-aspek vital mutu pelayanan, menjaga agar pesan-pesan yang

disampaikan secara eksternal tidak membentuk harapan para pelanggan yang

melebihi kemampuan perusahaan serta mendorong para pelanggan untuk

menjadi pelanggan yang baik dan setia.

3.4. ModelQuality Function Deployment(QFD) 3.4.1. Konsep Dasar QFD10

Quality Function Deployment (QFD) dikembangkan pertama kali pada

tahun 1972 oleh Mitsubishi s Shipyard di Kobe, Jepang. Inti dari QFD adalah

suatu matriks besar yang akan menghubungkan apa keingina pelanggan (WHAT)

dan bagaimana suatu produk akan didesaian dan diproduksi agar memenuhi

kebutuhan pelanggan (HOW).

Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses

pengembangan produk sedini mungkin, yang mana kebutuhan dan keinginan

mereka dijadikan sebagai titik awal (starting point) dari proses QFD. Oleh karena

itu maka QFD disebut sebagai voice of customer. Filosofi yang mendasarinya

(54)

adalah bahwa pelanggan tidak selalu puas dengan suatu produk-meskipun produk

tersebut telah dihasilkan dengan sempurna.

Penerapan QFD dapat mengurangi waktu desain sebesar 40 % dan biaya

desain sebesar 60 % secara bersamaan dengan kualitas desain yang tetap

dipertahankan dan ditingkatkan. QFD berperan besar dalam meningkatkan kerja

sama tim interfungsional yang terdiri dari anggota-anggota departemen

pemasaran, pengembangan, pemanufakturan, dan penjualan untuk berfokus pada

pengembangan produk. Selain itu ada manfaat yang dapat diperoleh dari QFD

bagi perusahaan yang berusaha meningkatkan daya saingnya melalui perbaikan

kualitas dan produktivitasnya secara berkesinambungan. Manfaat-manfaat

tersebut antara lain adalah fokus kepada pelanggan, efisiensi waktu, orientasi pada

kerjasama tim, dan orientasi pada dokumentasi.

3.4.2. Struktur QFD11

Penerapan metodelogi QFD dalam proses perancangan produk diawalai

dengan pembentukan matriks perencanaan produk atau disebut dengan house of

quality. Bagan HOQ secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.4.

(55)
[image:55.595.162.465.109.364.2]

Gambar 3.4.House of Quality

Bagian A :

Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan atau keinginan pelanggan (customer needs

and benefits). Fase ini menggunakan proses diagram afinitas dan kemudian

disusun secara hirarki dengan tingkat kebutuhan paling rendah hingga tingkat

yang paling tinggi. Kebanyakan tim pengembang mengumpulkan suara pelanggan

dengan interview dan kemudian disusun secara hirarki

Bagian B :

Planning Matrix merupakan bagian kedua HOQ dan disebut sebagai tempat

penentuan sasaran atau tujuan produk, didasarkan pada interpretasi tim terhadap

riset pasar. Penetapan tujuan merupakan gabungan antara prioritas-prioritas

(56)

Bagian C :

Bagian ketiga HOQ adalahtechnical response, merupakan gambaran produk atau

jasa yang akan dikembangkan. Biasanya gambaran tersebut diturunkan dari

customer needs dibagian pertama HOQ.

Bagian D :

Bagian keempat HOQ adalah relationships, merupakan bagian terbesar dari

matriks dan menjadi bagian terbesar dari pekerjaan. Pada fase ini menggunakan

metode matriks prioritas.

Bagian E :

Bagian kelima HOQ adalah techical correlations, matriks yang bentuknya

menyerupai atap (roof). Matriks ini digunakan untuk membantu tim QFD dalam

menentukan desain yang mengalami bottleneck dan menentukan kunci

komunikasi diantara para desainer.

Bagian F :

Bagian ini berisi tiga jenis data yaitu :

1. Technical response priorities, urutan tingkat kepentingan (rangking)

persyaratan teknis

2. Competitive technical benchmark, informasi hasil perbandingan kinerja

persyaratan teknis produk yang dihasilkan dari perusahaan terhadap kinerja

produk pesaing

3. Target technical, target kinerja persyaratan teknis untuk produk atau jasa

(57)

3.4.3. Manfaat QFD12

Manfaat-manfaat utama yang diperoleh dari penerapan QFD adalah :

1. Rancangan produk baru dapat dipusatkan pada kebutuhan pelanggan karena

kebutuhan tersebut sudah lebih dulu dipahami.

2. Kegiatan menganalisa dapat lebih diutamakan dan dipusatkan pada

kebutuhan pelanggan

3. Dapat menganalisis kinerja produk perusahaan terhadap pesaing utama

untuk memenuhi kebutuhan pelanggan

4. Dapat memfokuskan pada upaya rancangan sehingga akan mengurangi

waktu untuk perubahan rancangan secara keseluruhan sehingga akan

mengurangi waktu pemasaran produk baru

5. Dapat mendorong terselenggaranya tim kerja antardepartemen

6. Dapat menyediakan cara untuk membuat dokumentasi proses dan dasar yang

kuat untuk pengambilan keputusan.

3.4.4. Penerapan Metode QFD dalam Industri Jasa

Selama ini penggunaan metode QFD sering diketahui dan digunakan

dalam industri manufaktur. Tidak banyak orang yang tahu bahwasanya metode in

juga bisa digunakan dalam industri jasa. Belakangan ini topik tentang aplikasi

metode QFD dalam perancangan peningkatan / perbaikan kualitas sistem

pelayanan dalam rangka pemenuhan kepuasan pelanggan mulai berkembang.

(58)

Penerapan konsep serta fokus dari QFD pada bidang industri manufaktur

dan pada industri jasa adalah sama, yakni sama-sama berfokus pada kepuasan

pelanggan, serta proses perancangan, peningkatan/perbaikan kualitas diawali dari

identifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Selain itu, struktur QFD yang digunakan dalam industri jasa pun tidak

berbeda dengan struktur QFD pada industri manufaktur, yakni sama-sma

berbentuk rumah mutu (house of quality). Yang menjadi perbedaan diantara

keduanya adalah jika pada industri manufaktur, kebutuhan dan keinginan

pelanggan diterjemahkan menjadi karakteristik teknis, sedangkan pada industri

jasa kebutuhan dan keinginan pelanggan diterjemahkan ke dalam

karakteristik-karakteristik desain sistem jasa pelayanan yang diperlukan perusahaan untuk

memenuhi persyaratan pelanggan tersebut.

3.5. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data13

Setiap melaksanakan penelitian, maka perlu diperlukan teknik untuk

mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) menunjuk pada

suatu kata yang abstrak dan tidak dapat diwujudkan dalam benda, tetapi hanya

dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket (qustionnaire), wawancara

(interview), pengamatan (observation), ujian atau tes (test), dokumentasi

13Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Penerbit Rineka Cipta. Edisi revisi V. 2002. Hlm

(59)

(documentation), dan lain sebagainya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau

gabungan tergantung dari masalah yang dihadapi.

Sedangkan yang dimaksud dengan instrumen pengumpulan data adalah

alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam k

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam Malahayati Medan
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Mempertahankan dan Meningkatkan MutuPelayanan Kesehatan
Tabel 3.1. Perbedaan Kualitas Barang dan Jasa
Gambar 3.2. Model Konseptual Kualitas Jasa Servqual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemetaan Kategori Kano Tiap Atribut No Atribut Keinginan Konsumen Kategori Kano Perbaikan 1 Peraturan Mudah Dipahami M Kekurangan : Memperbaiki SOP, membuat

Analisis kedua adalah analisis prioritas urutan kepentingan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sanggau yang diminta memberikan urutan dari atribut pelayanan

Analisis kedua adalah analisis prioritas urutan kepentingan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sanggau yang diminta memberikan urutan dari atribut pelayanan

Hubungan Karakteristik Petugas Kesehatan dengan Lama Waktu yang Dibutuhkan Pasien di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Semen Padang Tahun 2001.. Jakarta: Penerbit

Berdasarkan hasil metode house of quality (HOQ) , rekomendasi peningkatan mutu yang bisa dilakukan oleh Puskesmas rawat inap Ngadiluwih adalah dimensi technical care

Berdasarkan Gambar 4.4 House of Quality, dapat dilihat urutan prioritas dari respon teknis sebagai program perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pada restoran

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan / meghitung berapa besar tarif seharusnya yang diberikan rumah sakit kepada pasien rawat inap berdasarkan metode

Dari hasil penghitungan planning matrix, penyusunan respon teknis dan penghitungan technical matrix, maka diketahui bahwa 4 (empat) besar prioritas kebutuhan mahasiswa yang