• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

H. Definisi Fokus

G. Fokus Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan memfokus pada dua aspek, yaitu:

1. Implementasi PNPM mandiri perdesaan di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa.

2. Peranan Pemerintah Desa dalam Implementasi PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kaupaten Gowa.

H. Definisi Fokus

Fokus Penelitian adalah pemusatan konsentrasi pada tujuan dari penelitian yang dilakukan. Fokus penelitian harus dinyatakan secara eksplisit

Program Pembangunan

23

untuk memudahkan peneliti sebelum melakukan observasi. Fokus penelitian merupakan garis besar dari pengamatan penelitian, sehingga observasi dan analisa hasil penelitian lebih terarah.

1. Peranan Pemerintah

Peranan pada hakekatnya adalah merupakan suatu fungsi status pada orang-orang tertentu atau dan lembaga dalam menjalankan suatu fungsinya seperti halnya pemberdayaan dan pembangunan, apabila telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam statusnya sebagai Lembaga pemberdayaan msyarakat, maka pada hakekatnya mereka telah menjalankan peranannya. Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa tidak berarti peranan tersebut hanya terbatas pada pelaksanaan saja, akan tetapi dapat dilihat pula dari aspek hasilnya, apabila betul-betul berkualitas atau bermanfaat secara maksimal atau tidak. Oleh karena itu peranan merupakan fungsi dari suatu status, mulai dari tahap awal sampai akhir suatu kegiatan, dalam hal ini hasil atau manfaat suatu peran yang dijalankan. Proses pembangunan yang dilaksanakan oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan di kecamatan bontolempangan kabupaten gowa.

2. Implementasi

Implementasi kebijakan ialah menempatkan kebijakan dalam pengaruh berbagai faktor dalam rangka pelaksanaan kebijakan itu sendiri.

Disini akan dapat dipahami, bagaimana kinerja dari suatu kebijakan, bagaimana isi yang berinteraksi dengan kelompok sasaran dan bagaimana

24

sejumlah faktor yang berasal dari lingkungan (politik, social, ekonomi dan lain-lain sebagainya) berpengaruh pada pelaksanaan kebijakan yang akan dijalankan. Kalau diibaratkan dengan sebuah rancangan bangunan yang dibuat oleh seorang Insinyur bangunan tentang rancangan sebuah rumah pada kertas kalkirnya maka impelemntasi yang dilakukan oleh para tukang adalah rancangan yang telah dibuat tadi dan sangat tidak mungkin atau mustahil akan melenceng atau tidak sesuai dengan rancangan, apabila yang dilakukan oleh para tukang tidak sama dengan hasil yang direncanakan akan terjadi masalah besar dengan bangunan yang telah di buat karena rancangan adalah sebuah proses yang panjang, rumit, sulit dan telah sempurna darisisi perancang dan rancangan itu. Maka implementasi juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah diusulkan dan sampai apa yang direncanakan pada saat penggalian gagasan dilakukan guna untuk dijalankan dengan segenap hati dan keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang dengan perencanaan awal atau menyimpang dari yang telah dirancang maka terjadilah kesia-siaan antara rancangan dengan implementasi. Rancangan dan impelemntasi adalah sebuah sistem dan membentuk sebuah garis lurus dalam hubungannya (konsep linearitas) dalam arti impementasi mencerminkan rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman guruserta aktor lapangan lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar sebagai inti untuk memahami perancangan dengan baik dan benar.

25

3. Konsep PNPM Mandiri Perdesaan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan atau PNPM-Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang mendukung program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan yang wilayah kerja dan target sasarannya adalah masyarakat perdesaan. Program nasional pemberdayaan Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998-2007.

4. Perkerasan Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawahpermukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,jalan lori, dan jalan kabel.

5. Draenase

Draenase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, Baik yang terbentuk dengan secara alami maupun yang dibuat oleh manusia. Dalam bahasa Indonesia, draenase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur jalannya suplai air demi pencegahan terjadinya banjir.

26

6. Perencanaan

Secara umum perencanaan dapat dikategorikan sebagai perencanaan di desa, di kecamatan dan di kabupaten. Perencanaan kegiatan di desa, dimulai dengan tahapan penggalian gagasan sampai dengan musyawarah desa perencanaan atau dikenal dengan istilah Menggagas Masa Depan Desa (MMDD) perencanaan kegiatan di kecamatan dimulai dengan Musyawarah Antar Desa (MAD) prioritas usulan sampai dengan (MAD) menetapkan usulan. Perencanaan kegiatan di kabupaten adalah perencanaan koodinatif, dimulai dari keterlibatan utusan kecamatan dalam forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sampai dengan Musrembang Kabupaten.

7. Pelaksanaan

Untuk menjamin kualitas pelaksanaan kegiatan yang tetap mengacu pada prinsip dan mekanisme program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, maka perlu adanya persiapan pelaksanaan yang matang dan terencana. Persiapan pelaksanaan ini lebih ditujukan kepada penyiapan aspek sumber daya manusia, termasuk masyarakat, Tim Pelaksana Kegiatan, Unit Pengelola Kegiatan, dan seluruh pelaku program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan lainnya. Karena itu, Tim Pelaksana Kegiatan dan Unit Pengelola Kegiatan perlu mendapatkan pelatihan terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan yang didanai program nasional pemberdayaan masyarakat Mandiri Perdesaan, Pelatihan Unit Pengelola Kegiatan, Tim

27

Pelaksana Kegiatan dan pelaku desa lainnya dilakukan dalam masa setelah penandatanganan SPPB oleh Camat, sampai dengan masa persiapan pelaksanaan.

Pelaksanaan kegiatan adalah tahap pelaksanaan seluruh rencana yang telah disepakati dalam pertemuan musyawarah antar desa penetapan usulan dan susunan Desa informasi hasil MAD serta rapat-rapat persiapan pelaksanaan. Dalam pelaksanaan kegiatan itu perlu diperhatikan hal-hal penting sebagai berikut:

1) Masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sehingga pelaksanaan keputusan dan tanggung jawab ada pada masyarakat.

2) Masyarakat desa mendapat prioritas untuk turut bekerja dalam melaksanakan kegiatan, terutama bagi rumah tangga miskin.

3) Apabila ada bagian pekerjaan yang belum mampu dikerjakan oleh masyarakat sendiri, masyarakat dapat mendatangkan tenaga terampil atau ahli dari luar sepanjang disepakati dalam musdes, dan kebutuhan tersebut di atas harus diperhitungkan dalam Rencana Anggaran Bangunan.

4) Penggunaan dana sesuai dengan rencana dan kegiatan agar mencapai hasil yang memuaskan serta selesai tepat waktu.

Untuk penyaluran dana Program Nasional Pemberdayaan Mandiri (PNPM) Mandiri Perdesaan, mengikuti proses dan prosedur yang diatur dalam surat edaran direktur jenderal perbendaharaan, Departemen Keuangan.

28

8. Pengawasan

Pengawasan adalah merupakan proses kegiatan yang terus-menerus dilaksanakan untuk mengetahui pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, kemudian di adakan penilaian serta mengoreksi apakah pelaksanaannya sesuai dengan semestinya atau tidak. Pengawasan yang dimaksud dalam hal ini adalah pengawasan yang dilakukan oleh Tim Kordinasi, para pelaku kegiatan proram pada berbagai tingkatan dan Tim Pelaksana terhadap kegiatan Program PNPM Mandiri Perdesaan sejak proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta pemeliharaan.

9. Kesejahteraan sosial

Kesejahteraan sosial mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia baik secara kelompok maupun secara individu untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, sedangkan menurut rumusan Undang Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1, adalah: “Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir dan batin, yang memungki nkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi sertakewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”.

29

10. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan mengacu pada tingkat kerusakan prasarana, sebagai berikut:

a) Pemeliharaan Rutin

Untuk menangani kerusakan/ masalah ringan yang mengakibatkan fungsi prasarana terganggu (seperti genangan air di jalan, bahu jalan tergerus air hujan, pedel ada yang lepas, kotoran/sampah, dll). Pemeliharaan Rutin dilaksanakan tiap (2 / 3 / 4 ) minggu sekali dengan swadaya (gotong royong)

b) Pemeliharaan Berkala atau Periodik

Untuk menangani kerusakan-kerusakan / masalah sedang , yang mengakibatkan kualitas prasarana terganggu / rusak (cat lepas, endapan lumpur di selokan, tebing longsor, plesteran rusak, pasangan batu retak, dll.). Pemeliharaan berkala dilaksanakan tiap ( 4 / 5 / 6 ) bulan sekali dengan swadaya dan iuran.

c. Pemeliharaan Darurat

Untuk menangani kerusakan-kerusakan masalah berat yang terjadi akibat bencana alam yang mengakibatkan fungsi maupun kwalitas prasarana terganggu / rusak berat (bangunan rusak berat/

runtuh, batu pokok jalan lepas, dinding atau tembok pecah, pasangan batu pecah, dll.).

30

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September tahun 2014. Lokasi penelitian ini dilakukan di desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan kabupaten gowa. Penelitian dilakukan di Desa Julumate’ne karena Desa Julumate’ne merupakan salah tempat pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)-Mandiri Perdesaan. Pembangunan fisik lingkungan merupakan salah satu program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan.

B. Jenis dan Tipe penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar.

2. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana pertanyaan ”bagaimana” menjadi permasalahan utama untuk menjawab semua permasalahan yang akan di angkat atau di teliti, oleh sebab itu untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu hal yang kemudian di klasifikasikan sehingga dapat di ambil satu kesimpulan, kesimpulan tersebut dapat lebih mempermudah

31

C. Sumber Data

Sumber data merupakan subjek dimana peneliti dapat memperoleh data-data yang diperlukan. Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau yang dianggap. Atau suatu fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, kode, dll. (Iqbal Hasan, 2002).

Pada penelitian ini data-data diperoleh melalui dua sumber yaitu : 1) Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya.

2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-catatan, laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi catatan-catatan, laporan serta arsip yang berhubungan dengan fokus penelitian.

D. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu (1) Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. (2) Informan biasa, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. (3) Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti (Hendarso dalam Suyanto, 2005).

Dari penjelasan yang sudah diterangkan diatas, maka peneliti

32

Purposive Sampling merupakan penentuan informan tidak didasarkan atas

strata, kedudukan, pedoman, atau wilayah tetapi didasarkan pada adanya tujuan dan pertimbangan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian. Yang menjadi informan penelitian ini yaitu hanya mengambil dua jenis informan yaitu informan kunci dan informan biasa yang diambil dari Tim Pelaksana Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan dan masyarakat yang melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)-Mandiri Perdesaan di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan kabupaten Gowa, kemudian yang dimaksudkan kedua jenis informan tersebut yaitu sebagai berikut :

Tabel 1 : Keadaan informan menurut jenis informan

No Informan Penelitian Jumlah

Informan kunci

1. Fasilitator Kecamatan 1 orang

2. Fasilitator Teknik Kecamatan 1 orang

3. Ketua UPK Kecamatan 1 orang

4. Kepala Desa 1 orang

5. Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) 1 orang

6. KPMD 1 orang

Informan biasa

7. Masyarakat yang melakukan pekerjaan PNPM 2 orang

Jumlah 8 orang

Sumber : RPJM-Desa Julumate’ne

33

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam peneliti ini, meliputi :

1. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara tidak tersruktur atau terbuka yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak manggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti.

2. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui hasil pengamatan secara langsung pada objek penelitian mengenai peran pemerintah desa dalam implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan di desa julumate’ne kecamatan bontolempangan kabupaten gowa.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pencatatan, meringkas maupun menganalisis data dari bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan obyek yang diteliti seperti dokumen-dokumen, buku-buku, surat kabar, majalah, atau dapat juga berupa gambar. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data

34

secara jelas dan konkrit tentang peran pemerintah desa dalam implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan di desa julumate’ne kecamatan bontolempangan kabupaten gowa.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dari lokasi penelitian diproses lebih lanjut dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, kemudian diinterprestasikan menjadi seperangkat informasi sebagai hasil penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan gambaran secara jelas dan sederhana agar lebih mudah dimengerti dan dipahami. Teknik analisis data yang digunakan model interaktif (interactive model),

G. Pengabsahan Data

Validasi data sangat mendukung hasil akhir dari suatu penelitian, oleh karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa denagan menggunakan teknik triangulasi.

Dalam teknik pengumpulan data, tringulasi diartikan sebagai etknik pngumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan dan sumber data yang telah ada. Adapun beberapa macam bentuk teknik pengumpulan data adalah :

1. Tiangulasi sumber data

Tiangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.

Dalam hal ini, untuk menguji kredibilitas data tentang Peranan Pemerintah

35

Desa Dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, maka pengumpulan data dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan kepada kepala desa, pengelola, pelaksana serta pelaku dalam hal ini masyarat.

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode dalam hal ini bermakna sebagai data yang diperoleh dari satu sumber yang ada dengan menggunakan metrode atau teknik tertentu, termasuk dilakukannya uji keakuratan data atau ketidak akuratan data yang sudah ada.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi metode yang berkenaan dengan waktu pengumpulan data. Waktu juga sering mempengaruhi tingkat kredibilitas data, dimana data yang dikumpulkan melalui teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak kegiatan dan masalah, sehingga akan memberikan data yang lebih valid.

36 35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Sejarah singkat Kabupaten Gowa

Sebelum Kerajaan Gowa terbentuk, terdapat 9 (sembilan) Negeri atau Daerah yang masing-masing dikepalai oleh seorang penguasa yang merupakan Raja Kecil. Negeri ini ialah Tombolo, Lakiung, Samata, Parang-parang, Data, Agang Je’ne, Bisei, Kalling dan Sero. Pada suatu waktu Paccallayya bersama Raja-Raja kecil itu masygul karena tidak mempunyai raja, sehingga mereka mengadakan perundingan dan sepakat memohon kepada Dewata agar menurunkan seorang wakilnya untuk memerintah Gowa. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1320 (Hasil Seminar Mencari Hari Jadi Gowa) dengan diangkatnya Tumanurung menjadi Raja Gowa maka kedudukan sembilan raja kecil itu mengalami perubahan, kedaulatan mereka dalam daerahnya masing-masing dan berada di bawah pemerintahan Tumanurung Bainea selaku Raja Gowa Pertama yang bergelar Karaeng Sombaya Ri Gowa. Raja kecil hanya merupakan Kasuwiyang Salapanga (Sembilan Pengabdi), kemudian lembaga ini berubah menjadi Bate Salapang (Sembilan Pemegang Bendera). Pada tahun 1320 Kerajaan Gowa terwujud atas persetujuan kelompok kaum yang disebut Kasuwiyang-Kasuwiyang dan merupakan kerajaan kecil yang terdiri dari 9 Kasuwiyang yaitu Kasuwiyang Tombolo, Lakiyung, Samata, Parang-parang, Data, Agang Je’ne, Bisei, Kalling, dan Sero.

37

Di masa kepemimpinan Karaeng Tumapa’risi Kallonna tersebutlah nama Daeng Pamatte selaku Tumailalang yang merangkap sebagai Syahbandar, telah berhasil menciptakan aksara Makassar yang terdiri dari 18 huruf yang disebut Lontara Turiolo. Pada tahun 1051 H atau tahun 1605 M, Dato Ribandang menyebarkan Agama Islam di Kerajaan Gowa dan tepatnya pada tanggal 9 Jumadil Awal tahun 1051 H atau 20 September 1605 M, Raja I Mangerangi Daeng Manrabia menyatakan masuk agama Islam dan mendapat gelar Sultan Alauddin. Ini kemudian diikuti oleh Raja Tallo I Mallingkaang Daeng Nyonri Karaeng Katangka dengan gelar Sultan Awwalul Islam dan beliaulah yang mempermaklumkan shalat Jum’at untuk pertama kalinya.

Raja I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape Muhammad Bakir Sultan Hasanuddin Raja Gowa ke XVI dengan gelar Ayam Jantan dari Timur, memproklamirkan Kerajaan Gowa sebagai kerajaan maritim yang memiliki armada perang yang tangguh dan kerajaan terkuat di Kawasan Indonesia Timur.

Akibat peperangan yang terus menerus antara Kerajaan Gowa dengan VOC mengakibatkan jatuhnya kerugian dari kedua belah pihak, oleh Sultan Hasanuddin melalui pertimbangan kearifan dan kemanusiaan guna menghindari banyaknya kerugian dan pengorbanan rakyat, maka dengan hati yang berat menerima permintaan damai VOC. Dalam sejarah berdirinya Kerajaan Gowa, mulai dari Raja Tumanurung Bainea sampai dengan setelah era Raja Sultan Hasanuddin telah mengalami 36 kali

38

pergantian Somba (raja). Pada tahun 1950 berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1950 Daerah Gowa terbentuk sebagai Daerah Swapraja dari 30 daerah Swapraja lainnya dalam pembentukan 13 Daerah Indonesia Bagian Timur. Sejarah Pemerintahan Daerah Gowa berkembang sesuai dengan sistem pemerintahan negara. Setelah Indonesia Timur bubar dan negara berubah menjadi sistem Pemerintahan Parlemen berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950 dan Undang-undang Darurat Nomor 2 Tahun 1957, maka daerah Makassar bubar. Pada tanggal 17 Januari 1957 ditetapkan berdirinya kembali Daerah Gowa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ditetapkan sebagai daerah Tingkat II . Sela njutnya dengan berlakunya Undang-undang Nomor 1 tahun 1957 tentang Pemerintahan Daerah untuk seluruh wilayah Indonesia tanggal 18 Januari 1957 telah dibentuk Daerah – daerah Tingkat II.

Tabel 2 : Bupati Gowa Dari Tahun 1957 sampai sekarang

No Nama Bupati Periode

1. Andi Idjo Karaeng Lalolang 1957 – 1960

2. Andi Tau 1960 – 1967

3. H. M. Yasin Limpo Karetaker

4. Andi Bachtiar Kareteker

5. K. S. MasÕud 1967 – 1976

11. H. Andi Baso Machmud Karetaker

12. H. Ichsan Yasin Limpo, SH 2005 sampai sekarang

39

2. Profil Desa Julumate’ne a. Keadaan Geografi

Desa julumate’ne merupakan daerah pegunungan/lereng yang terletak di wilayah kecamatan bontolempangan kabupaten gowa.Desa julumate’ne berbatasan sebelah utara dengan elurahan Sapaya (kec.Bungaya),sebelah timur dengan Desa Bontolempangan, sebelah selatan dengan kec.Biringbulu, sebelah barat berbatasan Desa Ulujangan.Dengan luas +_ 16,18 km2,jarak dari ibukota Kecamatan Bontolempangan : 8 km.

Desa julumate’ne sebelumnya hanya sebuah wilayah RK/RW dengan nama Bontomate’ne yang merupakan wilayah dari dusun lemoa desa bontolempangan pada tahun 1965 s/d 1988.Kemudian dibentuk menjadi dusun/lingkungan yang membawahi 3 (tiga) RW/RK yaitu : RK Bontomate’ne,RK Barua,RK Pammolongan.

Pada tahun 1989 kampung gallaran ulujangan juga dipisahkan dari desa Sapaya sehingga pada tanggal 28 Desember 1989 dibentuklah Desa persiapan julumate’ne yang membawahi 3 wilayah Dusun Bontomate’ne,Dusun Barua,dan Dusun Ulujangan,pusat pemerintahan Desa Julumate’ne berousat di Dusun Julumate’ne sebagai ibu kota desa.

Pada tahun 1992 Desa persiapan Julumate’ne resmi jadi desa Defenitif melalui pemilihan langsung dengan kepala desa pertama hasil pemilihan pada waktu itu adalah : Muhammad.S.yang

40

memerintah sampai pertengahan tahun 2003.Yang kemudian pada pemilihan kedua digantikan oleh kepala desa yang terpilih : M.Basri Madi (samapi sekarang).

Pada tahun 2003 juga wilayah Desa Julumate’ne yakni Dusun Ulujangan juga dipisahkan dari desa induk menjadi Desa persiapan Ulujangan, sehingga sehingga RK Pammolongang juga dijadikan sebuah wilayah Dusun dengan nama Dusun Bontomarannu.Pada tahun 2008 diadakan pemilihan Kepala Desa yang ke_3 di desa Julumate’ne, dan yang terpilih kembali adalah M.Basri Madi.Pada awal pemerintahan tahun 2 008 tersebut,terbentuk lagi satu dusun yaitu Dusun Bajiminasa yang sebelumnya merupakan bagian Dusun Bontomate’ne. Sehingga saat ini Desa Julumate’ne memiliki 4 bagian wilayah Dusun sebagaimana tersebut diatas.

Desa Julumate’ne berada 144 KM dari ibu kota Provinsi atau 135 dari Kota sungguminasa ibukota kabupaten Gowa atau 3 KM ibu kota kecamatan Bontolempanagan.Desa Ju lumate’ne dengan luas wilayah 9,33 KM2. Batas-batas wilayah Desa Julumate’ne :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sapaya utara Kec.

Bungaya.

- Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bontolempangan Kec.

Bontolempangan.

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Biringbulu.

41

- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Ulujangan Kec.

Bontolempangan.

b. Keadaan Penduduk

Desa Julumate’ne mempunyai jumlah penduduk 2.112 jiwa, berdasarkan sensus penduduk dari data statistik. Dimana jumlah penduduk laki-laki sebesar 1.026 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebesar 1.086 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) 525 KK.Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3 : Keadaan Jumlah Penduduk.

No Dusun

c. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Secara umum sumber perekenomian ataupun mata pencaharian penduduk Desa Julumate’ne didominasi oleh pedagang dengan jumlah kartu keluarga (KK) yaitu 426 dan tingkat perekonomian terendah berada pada mata pencaharian pegawai negeri sipil (PNS) yaitu

Secara umum sumber perekenomian ataupun mata pencaharian penduduk Desa Julumate’ne didominasi oleh pedagang dengan jumlah kartu keluarga (KK) yaitu 426 dan tingkat perekonomian terendah berada pada mata pencaharian pegawai negeri sipil (PNS) yaitu

Dokumen terkait